Monday, June 29, 2009

Laki-Laki Punya Cerita; Tentang Perempuan



Seperti apakah perempuan di mata anda? Begitu banyak perlakuan yang didapat oleh kaum perempuan tentunya berawal dari bagaimana kita menempatkan perempuan di hati kita. Bagi yang seorang suami, tentu saja bagaimana ia menempatkan isterinya di hati dan di sisinya. Bagi yang belum meyandang status suami , teuntu saja bagaimana kita menganggap saudara perempuan, ibu, dan perempuan-perempuan di sekitar kita.

Sepulang Liqo aku malam ini aku masih sempat menghabiskan Perempuan Punya Cerita sebelum melanjutkan sripksi. Nggak banyak yang membuatku "dekat" dngan film ini kecuali tema yang diangkat. Tentang kehidupan kaum perempuan. Sebuah film yang terdiri dari beberapa film pendek yang berdiri sendiri. Semacam "Maya, Raya, Daya" dan "Paris J'te Aime".

Perempuan memang diciptakan dengan sangat berbeda dan istimewa. Istilah "Men are from Venus and women are from Mars" cukup menunjukkan betapa berbedanya kita dengan kaum perempuan. Dan memahami perbedaan ini sehingga kita bisa memperlakukan "perempuan kita" dengan proporsi yang pas. Sejarah mengabadikan keistimewaan perempuan dengan sebuah kata mutiara yang tetap diingat sepanjang zaman; dibalik setiap pahlawan besar selalu ada seorang perempuan agung. Seorang perempuan tempat mereka menumpahkan perasaan, menemukan kenyaman, berbagi beban, tempat mereka bisa dengan bebas menujukkan kelemahan mereka tanpa merasa malu dan kemudian merubahnya menjadi energi untuk tampil hebat di luar rumah.

Sejak kecil aku paling dekat dengan perempuan. Bunda, Ibuku. Dilahirkan sebagai bungsu dari tiga bersaudara membuat aku menjadi anak yang sangat dimanja oleh Bunda. Apalagi semenjak aku mulai masuk SD. Tapi semua itu tidak menjadikan aku tumbuh sebagai anak yang manja karena aku selalu menemukan figure dari buku-buku cerita yang menemani aku tumbuh besar. Buku-buku Enid Blyton, Dwianto Setiawan, Alfred Hithcock, C. M Nas, Marga T dan sederet penulis Indonesia lainnya membuat aku menemukan sosok pahlawanku sendiri.

Kakak pertamaku laki-laki. Usia kami terpaut sekitar 7 tahun. Kami tidak pernah akur, berantem hampir setiap hari. Dia selalu memancing emosiku dengan berbagai cara. Tapi aku tahu, sebenarnya dia amat saying padaku. Nah, baru dengan kakak perempuanku yang aku panggil Sista (sister Ita) aku sangat akur. Aku selalu berada di pihaknya setiap ia terlibat konflik dengan kakak laki-lakiku.

Kedekatanku dengan dua perempuan, Bunda dan Sista membuatku sangat perasa dan tidak pernah rela melihat perempuan dizholimi. Aku juga menjadi sangat tahu bagaiman menyengkan hati Bunda. Ketika SMP aku sering banget berantem karena ada anak lain yang menghina teman perempuanku. Padahal teman perempuan itu tidak masuk dalam lingkaran sahabat, kami hanya pernah satu kelas ketika SD. Makanya, aku punya banyak teman perempuan yang sangat loyal. Sampai-sampai pacar (dulu waktu SMP) sering cemburu terhadap teman-teman perempuanku. Begitulah, setiap ada konflik yang melibatkan perempuan dan laki-laki pasti simpati pertamaku sebelum mengetahui permasalahannya jatuh ke Si Perempuan.

Memasuki bangku SMA, terpisah jauh dari Bunda dan Sista yang juga terpisah jauh karena harus kuliah ke Malang, aku hampir tidak pernah berinteraksi lagi dengan perempuan. Bagaimana mau berinteraksi, wong sekolahku isinya adalah makhluk berjakun semua. Mulai dari siswa sampai staff pengajar. Yang perempuan paling hanya ibu kantin doang. Terpisah jarak yang jauh, membuatku semakin dekat dengan Bunda dan Sista. Kedekatan itu terwujud dengan surat-surat panjang yang datang dan terkirim saban waktu. Bukankah tulisan terkadang lebih mudah untuk mengunkapkan perasaan?

Sampai sekarang perempuan yang paling dekat denganku hanya Bunda dan Sista. Teman-teman kuliah dan partner di organisasi sebenarnya banyak. Tetapi tentu saja aku tidak bisa sedekat dengan teman-teman ketika SMP dan SD dahulu. Pemahaman membuatnya begitu. Tetapi untuk urusan simpati dan keberpihakan, sepertinya masih tetap kepada perempuan. Makanya untuk urusan poligami, tidak akan pernah menjadi minatku. Secara syar'i aku tahu itu benar, tapi hatiku tidak akan tega melakukannya. Iya, iyalah! Bagaimana aku melakukannya kalau menikah satu aja belumJ

Friday, June 26, 2009

Tentang Ketika Cinta Bertasbih



Rasanya waktu cepat sekali berlalu. Tak terasa almanak sudah bergeser ke angka 26, sudah berada di penghujung bulan. Hari jum'at pula, akhir pekan. It is very hard to have a quality time when your status is ambiguous. I'm a student but have no lecture. It is all caused by my unfinished thesis (not finished yet).

Pagi-pagi aku terdampar di depan TV dan nonton Espresso. Iya, acara infotainment (not to say gossip)itu. Terlepas dari gossip itu haram atau nggak kemasan program infotainment yang satu ini menurutku yang paling bagus diantara acara sejenis. Presenternya juga keren-keren, kesannya smart gitulah kecuali satu, om-om berjiwa tante-tante itu.

Yang membuat aku memutuskan buat stay on pantengin acara itu pagi ini adalah karena bintang tamu yang dihadirkan adalah pemeran utama tokoh-tokoh di film Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Sejak pertama kali membaca novelnya, aku curious dengan sosok Azzam dan Anna ketika ditampilkan di layar lebar. Sosok yang di novelnya sangat luar biasa. Dan ternyata tidak mengecewakan ketika diperankan oleh Odi (panggilannya Kholidi) dan Oky. Namanya rhime banget ya? Paling tidak kekecewaan terhadap film Ayat-Ayat Cinta sedikit terobati. Odi menurutku sosok yang sangat berkharisma dan ikhwan banget. Bukan khaisma karena acting, tetapi charisma yang benar-benar terpancar dari pribadi dia. Charisma tidak bisa dibuat-buat. Ia terpancar karena kepribadian yang kuat, prinsip yang kuat dan keluasan wawasan dan ilmu. Walaupun Odi tidak sekharismatik Anis Baswedan (salah satu tokoh favoritku), tapi untuk ukuran usianya cukup lah. Ketika tampil di Espresso pagi ini pun dia jauh berbeda dengan teman-temannya yang lain. Sama juga ketika dia datang Ke Malang buat Roadshow Mei lalu.


Mengenai sosok Oky (Anna), dia juga akwat banget. Walaupun aku nggak tahu dalamnya bagaimana, tapi dari konsistensi dia berhijab paling nggak itu tergambarkan. Sosok muslimah cerdas yang luwes. Aktingnya pun natural banget. Mahasiswa UI pula. Dia tidak datang ke Espresso bareng pemain KCB yang lainnya pagi ini. Katanya sih lagi UAS. Yang anak UI,kayaknya bisa cerita nih tentang sosok dia di kampus. Anyone know?

Mengenai filmnya, satu yang agak menggangguku. Costume mereka. Menurutku bentuk wajah Anna lebih cocok memakai kerudung persegi biasa (nggak tahu istilahnya apa) daripada kerudung instan kayak yang di film. Ia ebih anggun ketika tampil di roadshow dengan kerudung perseginya itu. Terus yang paling mencolok adalah bulu mata palsu (istilahnya apa lagi ini) yang dipakai Meyda (Ayatul Husna). Apalagi pas schene ketika Husna berbincang dengan Ibu mereka di saat menulis surat buat Azzam. Cling banget (kata temanku yang kemarin berkoar-koar di FB juga begitu). Bukannya muslimah nggak boleh pake begituan?

Terus yang aneh juga dalah kerudung yang dipakai santriwati yang menjadi moderator bedah bukunya ayatul Husna, Menari bersama ombak. Emang boleh ya, di pondok pake kerudung mini yang dilipat ke belakang macam itu? Kalau di sekolahku dulu, pihak sekolah sudah menetapkan ukuran minimal kerudung buat para santriwati. Terus koq, peserta roadshownya banyak yang make up nya (atau dimake up-i) menor ya? Yang kata temanku lagi, sinetron banget. Tuntutan kamera kali ya? Karena memang tanpa make up akan kelihatan jelek sekali di kamera.

But overall filmnya bagus lah menurutku. Bagus banget malah. Secara penonton kan lebih mudah berkomentar dan bawel sok mengkritisi sana-sini. Padahal mereka sudah berjuang keras loh buat menyelesaikan film itu. Pake syuting di Kairo pula. Terkesan banget dengan suasana Alexandria nya.

Anyway, two thumbs up for KCB. For Azzam and friends. Kalau aku bawel, yah namanya juga penonton. Always want the perfecto one.

Another writing about KCB is in Abel's blog and also here


 

Thursday, June 25, 2009

Yes, I’m Student But…..


Kehidupanku akhir-akhir ini sedikit janggal kurasakan. Sebenarnya bukan janggal sih, tetapi semacam ketidaknyamanan yang disebabkan oleh konfrontasi batin atas my routine flow. Semua ini terjadi karena perubahan rutinitas yang sudden. Kalau selama ini rutinitasku adalah di depan laptop di kamar, di depan laptop di library dan kadang di depan laptop di kafe mengutak-atik skripsi (30 menit menit mengutak-atik skripsi dan sisanya melanglang kemana-mana) berubah menjadi mutar-mutar yan nggak jelas. Penyebabnya adalah telatnya aku bisa bertemu dengan supervisorku untuk discuss hasil revisi bab 1,2 dan 3. Aku jadi malas buat melangkah ke bab 4 kalau belum ada hasil discuss dari bab-bab sebelumnya yang sudah aku revisi. My supervisor is now very busy with the final test (UAS). She must supervises the exam for a week.

Kalau selama ini my flow terkesan akademis dan mahasiswa-rajin banget, akhir-akhir ini jauh sekali dari kesan kehidupan mahasiswa.

Malam minggu, nongkrong sendiri di Coffee Time sampai cafenya tutup. Mungkin orang-orang melihat aneh, ngapain nih anak malam minggu di kafe sendirian. Ngapain aja?

Iya sih aku bawa script yang rencananya buat aku analisis, nyicil bab 4 rencananya. Tapi begitu sampai di café, tumpukan script itu teronggok merana di atas meja di tengah hingar bingar café. Mungkin dia merana karena malu telah dijadikan kamuflase oleh mahasiswa yang seolah-olah kelihatan rajin banget mau ngerjain skripsi di kafe segala dan ternyata ujung-ujungnya cuma ngenet.

Hari minggu. Pagi-pagi hanya nongkrong di kamar. Baca-baca buka-buk a laptop tapi tidak satupun aktivitas yang berhubungan dengan skripsi.

Senin. Rencananya sih ke kampus, tapi akhirny a terdampar di pusat konsumsi yang amat menggoda, Department Store. Tengok sana-tengok sini, comot sana-comot sini. Terus sibuk cari penjahit buat ngecilin baju yang aku beli. Tetep, nggak pernah ada baju yang benar-benar pas sama badanku.

Selasa. Jadwal ketemu supervisor. Gara-gara nungguin penjahit menyelesaikan bajuku, jadwal kekampus jadi molor jauh. Kayaknay sudah jadi trendnya penjahit deh, penjahit manapun yang aku temui selalu lupa dan ingkar janji. Kemarin katanya bajuku bisa diambil jam 9. Jam 10 aku datang, ternyata belum disentuh sama sekali. Instead of goig to campus wearing the old shirt, I was waiting for the bloody tailor finishing my new shirt. It is ended up with long waiting for the supervisor without meeting. I failed to meet my supervisor just because of the bloody me, bloody shirt and bloody tailor.

Rabu. In very early morning, at 12. 30 am, I went to Internet café and fell asleep until shubuh. Jam 9 an ke kampus lagi, berusaha untuk ketemu my supervisor. Sebenarnya bisa telepon dulu buat memastikan apakah beliau bisa ketemu atau tidak. Tapi hapeku baterainya mati dan chargernya dibawa teman. Mau ke wartel, aduh malas banget! Bolak-balik dengan model feeling di koridor fakultas membuatku capek sendiri. Dan my supervisor nggak bisa untuk memberikan bimbingan hari ini. She asked me to come on Saturday.

The temptation of the very very hot weather makes me ended up at the swimming pool. Swimming whole the afternoon until my eyes getting red.

See, are my routines flow like the students routines?


 


 


 

Wednesday, June 24, 2009

Aku, Dompet dan Mbak Pramuniaga



Setelah seharian mutar-mutar nggak jelas, rasanya capek baget. Awalnya sih pagi-pagi aku siap-siap mau ke kampus, nengokin announcement board di fakultas (secara kampus masih make sistem manual zaman dinosaurus masih berkeliaran), takut ketinggalan ujian kayak dulu lagi. Tapi sebelumnya mampir dulu ke Zero Jeans, mau reparasi jeans kesayanganku yang aku sudah bosan banget makenya pake dilipat ujungnya kayak gitu. Setelah dari Zero Jeans (kudunya Zero bayar royalty ke aku, sudah ak promosiin gitu!), baru ingat kalau sepatuku juga musti dibawa ke "Stop n Go" (oiiy…bayar juga lo!!) buat dipoles biar kayak sepatu Cinderella lagi (bagusnya maksudnya).

Keluar dari stop n Go di MOG, aku keingat lagi kalau harus ngebeliin CD buat adekku-yang-dudul-banget-yang-malu-beli-CD-sendiri-padahal-sudah-kuliah. Pengen digampar tuh anak! Walaupun sudah diomelin bolak-balik, tetap aja keukeuh nggak berani. Ya ampun itu anak, kalau nggak ada aku bisa-bisa nggak pake CD dia. Kayaknya dia butuh kursus-kepercayaan-diri-buat-beli-CD-sendiri.

Yah, sudahlah! Sebagai kakak yang baik aku pun menyetujui untuk membelikan dia CD. Dan akhirnya aku pun meluncur ke Matahari. Terdampar di underwear section dan sibuk pilih-pilih CD yang membuat aku bête banget karena mbak paramuniaganya yang selalu ngikutin kemana-mana. Nggak tahan dibuntuti, akhirnya dengan muka dimanis-manisin dan senyum lima jari tersunggging, menahan kesal aku bilang ke si mbak itu;

"Mbak, emang harus ngikutin kemana-mana ya?

"eh, errgh…iya" jawabnya tergagap tapi kemudian nyambung lagi "ya udah, saya tinggal ya, kalau butuh bantuan panggil saya ya"

"oke mbak" jawabku dengan tetap memasang senyum lima jari.

Heran deh, department store gitu loh. Kalau aku butuh bantuan kan pasti aku panggil. Lagian kenapa sih yang jaga men
uderwear section mesti cewek. Bukannya yang paling ngerti masalah cowok, cowok juga.

Kelar membolak-balik, milih-milih aku jalan ke men section yang lain.

"Loh, itu short keren ngapain disitu??!!!

"Selamatin, selamatin!!
Ayo Erik, ambil cepat!!

Pluk..! akhirnya short keren itu teronggok manis dalam kantong belanjaanku.

Jalan lagi sambil noleh kiri kanan dengan muka berbinar-binar.

"Loh, itu kemeja kok keren banget. Kayaknya pas banget sama aku!!! Coba sana coba sini, keluar masuk fitting room. Dan kemeja hitam yang malang itupun teronggok dengan jumawanya dalam kantong belanjaan menyusul si "short keren". Dompet di kantong sudah protes aja dari tadi, bawel banget dia.

"Ingat Erik, sekarang baru tanggal 22 loh!

"Bulan Juli masih lama loh!

Benda-benda keren di department store itu balas berteriak-teriak centil sambil melambai-lambai sok anggun. "udah Erik, ngapain didengarin si dompet bawel itu!! Ayo, ayo! Sini sama tante!!

Untunglah hati dan otakku masih setia sama dompet yang telah menemani mereka bertahun-tahun dan tidak menghiraukan teriakan-teriakan centil dari baju-baju yang berlomba melambaikan tangan sok bergaya Miss Indonesia yang nggak banget itu. Bergegas aku menuju kasir dan cepat-cepat membayar.

"Loh, kok diskon 20%??!!

"balik lagi ah, Jeans yang tadi juga sale 20%!! Balik nggak, balik nggak, balik nggak, balik NGGAK!!!

Cepat-cepat aku ke parkiran sambil berjanji dalam hati buat nggak ke Departement Store ataupun menyambangi mal lagi sebulan ke depan.


 

Sunday, June 7, 2009

Sakit, Sahabat, dan Empati



Orang bijak bilang kalau sakit adalah masa dimana kita diberi kesempatan untuk istirahat dan mengevaluasi diri. Kata agama pun penyakit adalah penebus (meringatkan/menggugurkan) dosa-dosa. Semacam kompensasi begitu lah.

Ditimpa cobaan sakit ketika jauh dari sanak keluarga yang tempat biasa kita mengadu dan berbagi membuat penyakit yang diderita semakin dobel penderitaannya. Kalau tidak punya mental yang kuat, bisa-bisa sakit psikis menjadi bonus penyakit yang diderita.

Ketika SMA dulu, pernah Malaria Tropikana menyerangku ketika awal tahun aku sekolah. Sekolah di boarding school kelihatannya memang banyak teman. Tinggal satu komplek dengan ribuan pelajar lain dan di sekolah bertemu dengan mereka lagi. Tetapi kalau mau melihat yang mana friend dan yan mana true friend lihatlah ketika anda sakit. Setidaknya itulah pengalaman yang aku alami. Teman-teman yang biasanya lengket ketik sehat dan bersenang-senang hilang entah kemana begitu aku sakit. Hanya satu dua yang benar-benar peduli. Malah, yang selama ini "kurang dianggap" itulah yang tulus menemani ketika aku sakit.

Memang teman bukan obat dalam ilmu medis. Tapi kehadiran sahabat dan saudara yan tulus setidaknya membuat kita kuat menhadapi cobaan penyakit yang ditimpakan tuhan. Kita merasa tidak sendiri. Motivasi dan sugesti yang mereka berikan membuat kita kuat melawan penyakit. Banyak penyakit yang terkalahkan oleh sugesti. Walaupun mereka tidak datang menjenguk dengan parcel buah di tangan, empati dan simpati mereka rasanya cukup. Kepedulian tidak bisa datang ketika kita sendiri selama ini tidak peduli. Kepedulian yang datang hari ini adalah kepedulian yang kita berikan kemarin. Kita jadi tahu sejauh mana usaha kita bersosialisasi ketika sakit. Setidaknya dengan kepedulian dan empati yang datang kepada kita, kita jadi tahu sebanyak apa empati dan simpati yang telah kita berikan kepada orang lain. Memang bukan ukuran yang akurat.

Hari ini, seorang sahabat sedang diberi waktu untuk istirahat sejenak dari rutinitasnya oleh Yang Maha Kuasa. Ia tengah diuji kekuatan dan kesabarannya. Seorang sahabat yang tegar dan jarang mengeluh. Salah satu hal yang aku kagumi darinya. Dengan waktu istirahat yang sangat amat minim, ia adalah seorang pemimpin aktvis pergerakan di kampusnya dengan kegiatan seabrek selain kewajibannya untuk kuliah. Bayangkan, dengan jadwal kuliah di Arsitektur yang padat dan tugas yang menumpuk, dia masih harus bekerja malam harinya sampai pagi untuk membiayai kuliah dan biaya hidup sehari-hari. Dia sudah mandiri sejak semester awal perkuliahannya. Apakah engkau mengira sahabatku ini seorang yang berwajah letih dengan karena beban yang ditanggungnya? Atau barangkalai engkau membayangkan seorang dengan pakaian lusuh dan penampilan tidak terawat?

Engkau salah! Engkau salah menduga sebab ia adalah seorang dengan paras berseri dan dandanan yang rapid an penampilan terawat. Dia masih sempat untuk bermain teater disela-sela kepadatan aktifitasnya. Ia masih sempat berkumpul bersama sahabatnya untuk memetik gitar dan mendendangkan lagu untuk menghibur diri. Tidak salah kan kalau aku kagum padanya?

Tapi kali ini sobat, tampaknya reminder dalam dirimu sudah berbunyi. Tanda kau untuk beristirahat sejenak. Peringatan bagimu untuk menyeimbangkan aktivitasmu. Tentu saja aku mudah saja sok member nasihat begini karena itu tak terjadi padaku. Penonton memang selalu lebih mudah berkomentar.

Get well soon my brother. Syafakallah akh Wafin…

Thursday, June 4, 2009

Negara Baru Bernama Facebook


Bahwa facebook-an telah menjadi rutinitas harian kaum melek teknologi di Indonesia bukan sebuah kabar baru lagi. "facebook kamu apa", "punya facebook nggak" sekarang menjadi question item kalau berkenalan dengan orang baru atau bertemu teman lama. Kalau jawaban anda "apaan tuh" , bersiap-siaplah dengan jawaban balik "hari gene….??!!". Selain untuk keep in touch sama teman-teman, menemukan kembali teman SMA dan menambah teman, kan asyik juga tuh kalau di statusku tertulis "Erik Marangga now become friends with Mario Lawalatta", "Obama tagged Erik Marangga in his note". Erik, Penting nggak sih?? Penting ya? Penting nggak? Penting lah!!!

Bukan hanya personal yang mempunyai account di situs ini tapi juga group band, perusahaan dan institusi bernama universitas pun tidak mau kalah untuk unuk eksistensi di dunia maya walaupun hanya lewat facebook. Salah satu stasiun TV local yang terkenal saja menggunakan facebook untuk berinteraksi langsung on air dengan pemirsanya. Sampai-sampai situs jejaring social yang dibuat oleh…….ini sempat menjadi topic bahasan kaum pesantren dan mengharamkannya (aduh, kayaknya yang mengharamkan itu media deh)beberapa saat lalu. Segitunya kah? Is that a sign that facebook become one of central role in our life? Hmm…the answer is on how you place the fb in your daily life.

Terlepas dari pro dan kontra mengenai facebook, here are some fact of the so called facebook;

Pertama, per April 2009, Negara dengan penetrasi tertinggi oleh facebook adalah Islandia dengan tingkat penetrasi 46, 89%. Sementara Indonesia ada di urutan 71 dengan penetrasi 1, 35%. Wajar sih, mengingat penduduk kita 200 juta lebih.

Kedua, USA menjadi Negara dengan jumlah pengguna fb terbanyak, 5o juta lebih. Dan Indonesia menempati posisi 9 dengan jumlah pengguna 3,1 juta pengguna.

Ketiga, facebook adalah website paling popular nomor 2 di Indonesia setelah google. Apa kabarnya dengan friendster? Sekarang jatuh ke nomor 6. Website local yang ada di top 10? Detik di nomor 9 dan Kaskus di nomor 10.

Keempat, jika facebook adalah sebuah Negara, maka dia adalah Negara ke 5 terpadat di dunia dengan jumlah "penduduk" sebanyak 200 juta. Tepat di bawah Indonesia yang berada di posisi ke 4. Tapi bentar lagi, kayaknya Indnesia bakal disalib facebook sih. Makanya, yang pada bujang, cepetan nikah dan buat anak yang banyak biar Indonesia nggak disalib fcebookJ

Kelima, Negara dengan jumlah pengguna terendah adalah Iraq, Estonia, dan Latvia dengan jumlah user dibawah 20. Nah kan, kayaknya kesejahteraan dan keamanan itu berbanding lurus dengan penggunaan facebook. Tapi kalau facebook bisa dipakai buat nembak musuh, user di Iraq bakal meningkat tajam tuh. Sayangnya fb cuma bisa buat nembak pasangan (emang keterima?).

Yang terakhir, rata-rata pengguna facebook mengahabiskan waktu 21 menit disanadan mengunjungi facebook rata-rata 4 kali sehari, hampir sama denganishalat wajib harian dan mengalahkan waktu makan rata-rata orang Indonesia. So, how 'bout you? How much you spend (money and time)? For fb?

Setidaknya itu data yang aku dapat dari Applymagazine. Mudah-mudahan sih itu bakalan jadi soal yang bakal ditanyain sama professor penguji skripsiku nanti. Bakalan ada nggak pesaing yang akan menggeser facebook? Let see…!!

Oke deh, nama gue Erik, tinggal di istana Hijau, hobby travelling, swimming n cooking , R n B, Hip hop and Jazz Lover. fb gue; erikmarangga@yahoo.com. Facebook loe dong….!