Saturday, October 17, 2009

Tour de Bima Part One# Sekilas Tentang Bima



Tidak banyak orang luar Bima yang tahu dimana letak letak persis kota kecil yang pernah berjaya di era kesultanannya dulu. Kebanyakan teman-teman saya di Jawa mengira Bima itu berada di Pulau Lombok. Sebagian lagi menyangka bahwa daerah Bima atau dalam bahasa lokal disebut Mbojo (saya juga lebih nyaman dengan sebutan Mbojo) berada dalam wilayah provinsi NTT. Sayang sekali, orang Indonesia sendiri ternyata wawasan ke-Indonesiaannya kurang sekali. Tapi bagi anda yang suka membaca dan senang melihat Peta, pasti tidak akan bingung ketika ditanya letak Bima.

Bagi anda yang belum tahu, Bima adalah sebuah daerah tingkat II yang berupa kabupaten dan kota yang terletak di ujung timur pulau Sumbawa dan termasuk dalam provinsi NTB. Tapi sekarang lagi hangat wacana akan dibentuknya provinsi Sumbawa yang meliputi semua daerah tingkat II di Pulau Sumbawa.

Secara geografis, Bima dibatasi oleh Kabupaten Dompu sebelah barat, Selat Sape di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan dan Laut flores disebelah utara. Teluk bima yang menjorok sampai jauh ke daratan Bima adalah teluk kecil yang sangat tenang. Lebarnya tidak sampai dua kali lebar sungai Mahakam di Kalimantan timur. Teluk ini menjadi urat nadi Bima sejak zaman kerajaan karena di teluk ini ada sebuah pelabuhan laut yang menjadi pusat bongkar pasang berbagai komoditi perdagangan yang masuk dan keluar wilayh Bima dan sekitarnya. Pada zaman kerajaan, pelabuhan ini pernah menjadi pusat bongkar pasang beras dan hasil pertanian lain di wilayah Indonesia Timur. Kapal-kapal dagang besar berlabuh di Pelabuhan Bima untuk berlindung dari cuaca buruk karena teluk ini selalu tenang, tidak pernah bergolak.

Cuaca di Bima cukup panas untuk daerah dataran rendah dan sangat dingin untuk daerah dataran tinggi seperti daerah disekeliling gunung Lambitu di sebelah timur kota. Sepeti umumnya topografi pulau Sumbawa, wiayah Bima berbukit-bukit dan berwarna cokelat eksotis. Jadi, bagi anda yang akan datang ke Bima, jangan lupa untuk menyipakan Sun Screening, Lip Balm dan sebangsanya.

Seperti pusat pemerintahan lain pada zaman dahulu, pelabuhan menyatu dengan pusat pemerintahan dan pasar sebagai infrastruktur ekonomi. Menyusuri jalan keluar pelabuhan menuju pusat kota, anda akan menemukan pasar yang sudah turun temurun menjadi pusat transaksi dan urat nadi perekonomian sejak zaman kerajaan dahulu kala. Melewati pasar, anda akan sampai ke kompleks Istana Kesutanan Bima yang sampai sekarang masih berdiri megah sebagai saksi sejarah dan kejayaan bangsa ini pada masa lalu.

Kompleks istana Bima atau Asi Mbojo terdiri dari sebuah bangunan istana, lapangan “Sera Suba (Lapangan Tentara)” yang sekarang dikenal dengan Lapangan Merdeka. Tapi masyarakat Bima sendiri lebih suka menyebut nama aslinya “Sera Suba”. Disebut sera suba karenadi lapanga inilah kegiatan seremonial kemiliteran Kesulatanan Bima berlangsung. Sampai sekarang, kegiatan kesultanan tetap dilangsungkan disini.

Tepat disebelah Selatan lapangan, di seberang jalan, berdiri sebuah Masjid yang sudah ada sejak zaman kesultanan. Masjid Sultan Shalahuddin. Mesjid ini menjadi salah satu pilar pemerintahan karena Kesultanan Bima pada zaman dahulu sangat kental dengan nilai-nilai keislamannya.

Memasuki wilayah dataran Bima dari arah Dompu, jalan raya yang dilewati terbentang menyusuri bibir teluk memutar menyerupai busur dan berakhir di terminal Dara di gerbang kota. Jalanan yang membentang di atas pantai itu menyajikan pemandangan teluk bima yang eksotis degan Pulau Kambing di tengah-tengahnya. Satu-satunya pulau yang terdapat di teluk itu. Jalanan dibangun persis di atas tanggul pantai. Seperti menyusuri jalanan di Lombok Utara menuju ke Senggigi tapi bedanya, jarak laut dengan jalan raya lebih dekat ketika menyusuri teluk Bima.
Bima juga bisa dicapai lewat perjalanan udara dari Bandara Juanda Surabaya, Ngurah Rai Bali dan Selaparang Mataram. Lapangan terbang Sultan Sholahuddin terletak di tepi teluk sebelah utara di luar kota Bima. Setelah itu perjalanan bisa ditempuh dengan menggunakan Taxi Bandara menuju pusat kota melewati jalanan yang membentang di atas bibir pantai sambil menikmati air teluk yang biru dan tenang. Pusat kota adalah lembah sempit yang dipagari oleh perbukitan yang pelindung alam bagi kota ini.

Hari mingggu kemarin, saya menyempatkan diri Jogging menikmati keindahan Pantai Lawata dan teluk Bima yang tenang. Di tepian teluk yang berbatasan dengan gerbang kota dari wilayah Selatan memang tersedia jogging track di pinggir teluk yang kalau malam hari menjadi tempat nongkrong masyrakat kota.

Inilah beberapa gambar yang sempat saya abadikan ketika jogging kemarin:


suasana pagi di Pantai Lawata Bima


memandangi air teluk yang tenang sambil menunggu sunrise setelah jogging membuat jiwa raga segar kembali

Sunday, October 11, 2009

Muhammad Hasan Marungka (Emka)


Selama liburan di kampung rutinitas pagi saya berubah total. Kalau biasanya saya jalan pagi-pagi sendiri dan dilanjutkan sarapan dan membaca sambil ditemani secangkir chochocino hangat, sekarang rutinitas itu nggak ada lagi.


 

Pagi-pagi stelah kelar shalat shubuh, saya harus langsung momong ponakan saya yang baru berumur sepuluh bulan. Pagi-pagi gelap begiti dia musti digendong jalan-jalan memutari pekarangan rumah kami yang luas. Dingin yang menusuk tulang, tidak membuat si Emka, panggilan ponakan saya itu berhenti merengek untuk jalan-jalan. Iya, walaupun judulnya kami tinggal di Bima, tapi desa tempat kami tinggal dinginnya minta ampun. Sampai-sampai sepanjang pagi diselimuti kabut tebal yang membuat jarak pandang tersisa hanya sepuluh meteran.


 

Keponakan saya itu paling nggak bisa diajak duduk diam. Umurnya sih baru sepuluh bulan tapi pengennya turun dan jalan ke tanah. Nnggak sabaran banget dia. Padahal merangkak saja dia baru belajar. Makanya, ketika menjejakka kaki ke lantai sambil ditegakin kakinya nggak mau diam, langsung melangkah cepat-cepat sambil tertawa terkekeh-kekeh. Ngegemasin banget pokoknya. Kalau digendong sambil duduk atau berdiri diam, dia bakalan nangis sambil mencakar-cakar muka dan menjambak kepalaorang yang menggendongnya.


 

Kegemarannya adalah memukul-mukul muka, menarik jenggot dan menjambak rambut orang yang menggendongnya plus narik-narik kuping. Makanya saya beruntung banget punya kepala cepak. Dia hanya mengacak-acak kepala saya tanpa menemukan pegangan. Tapi karena jenggot saya lumayan panjang, maka jenggotlah yang menjadi sasarannya. Kalau sudah memegang suatu benda, dia nggak akan melepaskannya dengan mudah. Makanya handphone ibunya habis dibanting dan digigit sama dia. Rambut kribo ayahnya menjadi mainan yang paling mengasyikkan buat dia. Kalau sudah melihat bola, dia akan sangat girang dan merangkak mengejar-ngejar bola yang dilemparnya sendiri. Tapi dia paling senang kalau ada yang memegang dia untuk berdiri buat nendang bola. Langsung deh, dua kakinya bergerak-gerak cepat menendang bola. Dia baru akan berhenti beraksi kalau sudah ngantuk atau haus.

Kita selalu bilang si Emka kecil yang lucu itu nggak sabaran. Belum bisa berdiri sudah pengen jalan, pengen nendang-nendang bola pula.

Aduh Emka, cepat balik dong…! Paman sudah kanget banget neh….


 

Makanya sekarang saya kangen banget sama dia. Si kecil Emka lagi menemani ibunya yang sedang sertifikasi di Mataram untuk membuktikan kalau dia benar-benar the professional teacher. Alhasil, selama lima belas hari ini rumah bakal sepi tanpa aksinya yang lucu.


 


 

Tuesday, October 6, 2009

Pagi


Pagi
“Lose an hour in the morning, and you will be all day hunting for it”
-Richard Whately-

Itu kalimat yang saya kutip dari blog yang rutin saya kunjungi akhir-akhir ini. Saya sangat setuju dengan kalimat itu karena pengalaman sudah membuktikan. Suasana pagi memang menentukan suasana satu putaran hari yang kita lewati. Kalau pagi sudah suram dan tidak menyenangkan, yakin deh, satu hari bakalan suram. Oleh karena itu, pagi adalah salah satu masa dalam satu hari yang paling saya senangi selain malam. Saya selalu berusaha membuat pagi saya menyenangkan. Biasanya pada pagi hari juga saya sangat produktif. Saya bisa membaca dan menulis banyak hal pada pagi hari.

Untuk membuat pagi saya menyenangkan saya punya berapa rutinitas yang jarang saya tinggalkan. Setelah shalat shubuh, berdzikir pagi dan tilawah saya biasanya keluar rumah dan berjalan beberapa menit untuk meghirup udara segar sambil bersenandung riang. Saya melakukannya untuk menghindari godaan selimut yang amat menggiurkan. Apalagi udara di tempat saya tinggal amat sangat dingin. Kemudian saya masuk ke rumah dan membaca buku favorit saya. Setelah gelap berganti dengan remang-remang, saya akan melangkahkan kaki ke pasar yang tidak begitu jauh dari rumah tempat saya tinggal. Di dekat pasar nenek penjual lupis yang selalu dikerubuti pembeli siap menghidangkan sarapan lupisan jajanan pasar yang lain yang amat lezat. Dngan sebungkus lupisdi tangan saya melangkah pulang. Saya menikmati sarapan lupis saya dengan ditemani secangkir chochochino sambil membaca atau menonton berita pagi di televisi.

Seperti usia anak-anak, pagi adalah gold age pada lima tahun pertama usia anak manusia. Apa yang diterima pagi akan melandasi perjalanannya melingkar utuh sepanjang hari; berlari-lari bersama jarum jam yang tunduk pada waktu kronos.

Seperti mata anak-anak, matahari pagi hari bersih dan lugu. Ia belum belajar menyerang dan memberang. Ia menakjubi dunia yang mulai bergerak serta menatap kamu dan saya dengan cinta yang masih baru; meminta kita mengisinya dengan hal baik yang akan jadi pegangannya bertumbuh dewasa.

Saya akan sangat menyesal kalau sampai tertidur di pagi hari setelah shalat shubuh. Seperti ada yang hilang dari hidup saya dan meninggalkan sesuatu yang tidak nyaman yang mengganggu suasana sepanjang hari. Makanya saya sangat setuju dengan perkataan Mr. saya yang senada dengan Richard Whitely tadi. Katanya, untuk melihat kualitas hari seseorang. Lihatlah bagaiman ia melalui pagi harinya. Mungkin tidak seratus persen benar, tapi saya dan beberapa teman yang saya perhatikan membuktikannya.

Pagi adalah semangat. Ia adalah saat dimana otak masih bersih dari polusi permasalahan rutin yang membebani. Pagi adalah saat yang paling pas untuk memulai hal yang baik dalam hidup. Ia adalah waktu dimana terdengar sapaan riang penuh semangat;

“Selamat Pagi…!!!