Sunday, March 22, 2015

Cerita Jogja; Little Blond by the Pool


Senang kembali lagi ke Jogjakarta dan blusukan di akhir pekan. Setelah kemarin berbelanja hadiah untuk keluarga di negeri jauh sana, hari ini saya memutuskan untuk mengunjungi Candi Gebang. Candi yang ternyata masih di area seputaran ring road utara ini adalah salah satu dari candi-candi kecil yang bertebaran di wilayah Jogjakarta. Seperti candi-candi kecil lainnya, keadaan candi terpelihara baik dengan taman cantik berhiaskan bunga-bunga kuning bermekaran yang berselang-seling dengan rumpun lydil yang membentuk lorong-lorong kecil. Di luar pagar candi dikelilingi oleh hamparan sawah dan kebun tebu yang menghijau. Rambutan sedang di puncak musim sehingga di sekitar candi pohon-pohon dipenuhi warna merah rambutan yangsedang ranum. Saya memutuskan untuk membagi separuh rambutan yang saya beli di pinggir jalan dari ibu tua tadi dengan dua orang penjaga candi berseragam itu. Mereka ramah.

Hal yang membuat saya tidak merasa tinggal di kota adalah keramahan penduduk sekitar yang rajin menyapa dan bertukar senyum. Kehangatan penduduk, sawah yang terhampar asri, suasana tenang yang jauh dari bising kota menghasilkan kesan bahwa saya sedang berada di desa. Hal seperti ini yang kelak akan dirindukan dari kota ini.

Setelah puas menikmati ketenangan, saya mengendarai motor menuju ke arah dalam ring road menuju Amplaz. Saya ke sini ingin mendapatkan beberapa butir ubi jalar untuk karbohidrat makan malam nanti. Saya berencana memasak untuk malam ini. Sudah lebih dari dua bulan saya tidak menyambangi mall paling ngehits se-Jogja ini. Kesibukan menulis thesis membuat saya hanya familiar dengan perpustakaan kampus, Madam Tan, Lagani dan Jogjakarta Plaza Hotel tempat gym saya, dan tentu saja rumah yang seringkali hanya dihuni setelah hari gelap ketika saya kembali ke rumah dari tempat-tempat tadi. Apalagi, satu minggu kemarin saya menghabiskan waktu di Jakarta. 

Setelah makan siang, saatnya mendinginkan tubuh dengan berenang. Salah satu yang membuat saya bersikeras memperpanjang keanggotaan saya di gym adalah karena saya bisa bebas menggunakan fasilitas kolam renang di hotel, lengkap dengan diskon 20% dari pembelian makanan atau minuman dari restoran yang terletak di lobby yang menghadap ke kolam renang. Maka, jadilah gym dan kolam renang beserta Langen Suko Park dengan jogging track di antara rumput taman yang hijau dengan semerbak wangi bunga kamboja pink yang tumbuh tersebar di seluruh taman menjadi tempat melepas penat. Ini seperti a liitle sanctuary untuk bersantai dari rutinitas menjadi mahasiswa pascasarjana dengan beban thesis yang cukup menguras otak dan tenaga.

Duduk di pool chair di tepi kolam renang, saya asyik menonton tingkah 3 orang anak bule yang asyik bermain air di kolam untuk anak-anak. Kedua orang tuanya juga nimbrung bermain dengan mereka sesekali ketika mereka berhenti dari aktifitas berenang. Saya tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah anak yang paling kecil. Umurnya kira-kira 2 tahun. Dengan Rambut blonde dan mata biru membuat anak tersebut sangat menggemaskan. Apalagi tingkahnya yang aktif berlarian ke sana kemari, berlari tepat di sepanjang tepi kolam untuk orang dewasa tanpa takut terjatuh. Kemuadian ia berpindah ke seberang kolam dekat tempat saya duduk. Di sini, Ia mengangkat tanda peringatan dan membawanya turun ke tangga taman. Melihat hal tersebut, sang ayah segera mengejar dan mengangkatnya kembali ke tepian kolam. 

Sekarang ia tengah mencoba untuk memakai sandal Crocs yang menyerupai kodok yang entah milik ibunya atau bapaknya. Sandal kebesaran tersebut membuatnya melangkah terseret-seret mengitari kolam renang. Mungkin bosan dengan sandal, ia melempar semua sandal tersebut ke dalam kolam renang dan berlari menuju kursi tempat ayanya berbaring sambil membaca. Ia menarik-narik ujung celana ayahnya untuk menunjukkan sandal-sandal yang mengapung di tengah kolam. Ia seakan-akan ingin menunjukkan betapa ia telah melakukan sesuatu yang luar biasa.

Sekarang Ia berlari ke arah kakaknya yang tengah berenang mencipratkan air ke arah kakaknya dengankaki mungilnya. Sang kakak meladeni dengan mecipratkan air dari arah kolam membuat si kecil berteriak-teriak girang. Ketika si kakak berbalik untuk berenang, si kecil mengambil batu kali yang menjadi hiasan di sepanjang kolam dan melemparkan ke arah sang kakak dan tepat mengenai kepalanya. Si kakak berteriak keras dan menangis mengundang perhatian Ibu mereka yang segera menenangkan si kakak. Sementara si kecil dengan rambul blonde  yangmenggemaskan tersebut berjalan menjauh seakanmelarikan diri dari perbuatannya. Oops, I did something wrong! Mungkin itu yang tengah ia pikirkan. Si, ibu segera mendatangi si kecil yang tiba-tiba sudah memanjat patung gajah yang terbuat dari batu dinpinggir kolam. Sambil menggendongnya ia memberi peringatan serius kepada si kecil sambil menunjuk ke arah si kakak yang masih menangis memegang kepalanya. 

Saya yang menonton sedari tadi tidak bisa menahan senyum melihat tibgkah mereka. Sangat berbeda bagaimana orang tua kebanyakan di negara kita memperlakukan anak-anak mereka saat kecil. Kebanyakan anak-anak kita familiar dengan kata-kata "jangan", "awas" "kamu nakal" dan sebagainya.

"Jangan lari-lari, nanti kamu jatuh! 
" jangan sentuh itu, nanti tangan kamu kotor! 
" ke sini kamu. Igh, susah sekali sih dibilangin. Nakal kamu! 

Kata-kata itu yang membuat anak-anak tidak bebas mengesplorasi sekitar mereka, mengikuti rasa ingin tahu mereka akan lingkungan sekitarnya, belajar dari apa yang ereka lihat dan mereka alami. Anak-anak tumbuh dan belajar secara natural dari apa yang mereka lihat, rasakan dan alami di sekitar mereka. Ketika mereka di iarkan untuk mengeksplorasi dan menuntaskan rasa ingin tahu mereka, mereka akan tumbub mejadi pembelajar yang tidak takut untuk mencoba hal baru, membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru, tumbuh menjadi jiwa petualang. 

Hiburan tontonan tingkah anak kecil dari pinggiran kolam sore ini cukup menyegarkan otak. Berenang lima belas putaran cukup mengembalikan semangat untuk kembali menghadapi thesis. Selalu ada hal-hal kecil yang menyenangkan di Jogja. 

PS
Saya bingung mau memberi judul apa untuk catatan ini😃