Saturday, September 19, 2009

Pulang ke Kota Kita


Terminal itu menyambut kepulanganku ke kotamu, ke kota kita. Terminal tua yang semakin renta dan kusam. Bahkan deru perubahan yang didengungkan massa dan media tidak merubahnya menjadi megah dan angkuh.

Eits…,tapi dia berubah. Berubah semakin kusam dan tua dan berbeban. Seperti pak tua yang dipaksa untuk terus mengemban tugas anak muda di kerentaannya. Kulangkahkan kakiku menapaki pojok kotamu, kota kita berdua. Masih berdebu dan kumuh seperti dahulu. Kepergianku ternyata tidak membuatnya lega karena berkurang sudah satu beban penduduk yang harus ditampungnnya. Begitu juga gelombang kepergian pemuda kota ini untuk menuntut ilmu mencoba untuk lebih baik katanya. Entah benar, entah tidak. Tetap sama saja, tidak sedikitpun membuatmu melangkah maju. Aku khawatir malah kau menapaki kembali langkah yang telah kau lewati. Mundur seperti undur-undur.
Seperti yang aku bilang, kami pergi atau tidak tetap tidak memuatmu bergeming maju. Atau kami semua harus kembali agar bisa membuatmu maju? Ah…entahlah!

Aku melangkah menyusuri kotamu, kota kita semua. Mendengarkan obrolan penduduknya. Sayup aku dengar, ternyata hamper semua lulusan SMA disini melanjutkan pendidikan mereka ke bangku kuliah. Bukan itu saja, para ambtenar dan pejabatpun kuliah lagi. Ah…rajin benar mereka. Kotaku penuh dengan masyarakat terdidik.

Tapi kok, tidak ada yang berubah. Ah…mungkin aku terlalu memperhaikan fisik. Mungkin yang berubah orang-orangnya. Semakin maju,canggih dan educated. Tapi sebentar!! Tidak kah kau dengar apa kata ibu itu? Nah, bapak itu juga! Mbak-mbak yang diseebelah sana bilang apa?

Apa??? Mereka kuliah tapi tidak membuat mereka pintar?
Kenapa?mahasiswa kan pintar-pintar. Agen perubah. Apa bahasa kerennya? Iya…!! Agen of Change
Apa??? Mereka belajar untuk mengejar pangkat dan jabatan? Mereka belajar buat jadi ambtenar? Ahh…yang benar?
Nah, ibu yang pakai kebaya hijau di seberang jalan itu bilang apa lagi? Apa???!! Skripsi mereka dibuatkan oleh dosen dengan imbalan uang?
Serius???!!
Bukannya dosen itu harus mengajarkan yang baik??
Apa???
Mereka membuatkan mahasiswanya skripsi karena mereka baik??
Mahasiswanya juga baik sama dosennya?? Mereka ngasih duit ke dosen??
Baik banget ya mereka?? Aku beum pernah loh ngasih uang ke dosenku….
Ah, suara-suara itu sungguh bising. Tapi bagaimana bisa diam ketika kota kita semakin muram kayak gini. Mereka pantas bising. Malah suara-suara itu semakin gaduh menerjang gendang telingaku.

“Para PNS selingkuh…..”
“Pejabat main suap…” sudah gede kok masih disuap…!
“anggota dewan ini punya ‘simpanan” disana, yang itu pacaran lagi sama mahasiswa itu…!
“pemimpin kita mengancam ini kalau tidak itu…..!

Lalu meluncurlah cerita tentang para raja lokal yang menjanjikan jalan diaspal kalau dia tetap bercokol di "istana" kalau masyarakat kembali memilihnya menjadi penguasa. iya, P E N G U A S A !!! Buka pemimpin. Juga ancaman akan membatalkan janjinya kalau ternyata dia tidak dipilih lagi.

Arggh...kenapa selera orang semakin rendah akan retorika. tidak adakah kamus yang memuat kata-kata yang lebih bagus? Mengapa pemimpin menjadi pengancam?
Ah, entahlah. Aku tak tahu. Mungkin benar kata Ebiet aku harus bertanya pada rumput yang bergoyang....

masih banyak yang harus aku tanyakan. Mengapa orang menjadi begitu pengecut walaupun hanya untuk sekedar berteriak marah karena periuk nasinya terancam dilenyapkan. mengapa mereka dengan patuh membayar yang seharusnya menjadi hak mereka?

Arrgghh....entahlah. Mungkin aku pun tidak perlu bertanya...

Monday, September 7, 2009

Ngobrol Bareng Azzam n’ Husna KCB; I’m Not Into Artist Freak Fans

Seharian jadi MC di acara Tabligh Akbar dan Talkshow bersama pemain Ketika Cinta Bertasbih kemarin cukup melelahkan. Sangat melelahkan sebenarnya. Puasa-puasa disuruh ngoceh dari pagi sampai sore.

Makanya dengan sirik temanku bilang begini

"Ugh, kita cuap-cuap dari pagi sampai sore nggak ada yang foto ya".


 

Dia bilang begitu ketika melihat orang-orang yang berdesakan di depan panggung berebut mengambil gambar Odi (Azzam) dan Mayda (Husna). Untung anak-anak KCB sangat friendly. Mereka melayani semua permintaan foto dari para fans yang tidak sedikit yang histeris. Nggak Cuma cewek, para cowok pun berebutan berfoto narsis.

Temanku itu terus merepet tentang keinginannya menjadi artis. Hahaha….


 

Frankly speaking, aku nggak pernah punya keinginan yang cukup besar untuk berfoto bersama artis. Aduh, gengsi dong!! Makanya ketika dengan ramainya orang-orang berebutan berfoto bersama bintang KCB, aku hanya menonton saja dari tribun Timur Samantha Kridha. Lucu juga melihat "perjuangan" para fans itu untuk bisa berfoto dengan idola mereka. Ada yang berfoto ala remaja-remaja friendster, bibir dimanyunkan terus jari telunjuk ditaruh di pipi. Hahaha….


 

Nggak dapat kesempatan berfoto bareng Odi, ayahnya pun menjadi sasaran target foto bareng. Iya, Odi datang ditemani oleh kedua orang tuanya selain Humas SinemaArt dan rekannya Meyda Safira yang memerankan Husna.


 

Menurutku, sosok-sosok pemain KCB pantaslah untuk diidolakan. Setidaknya dari Talkshow itu terganbar kalau mereka mempunya kepribadian kuat. Kepripadian yang positif. Odi (Azzam) misalnya, Ia amat religius seperti anak rohis. Itu tidak terlepas dari didikan Sang Ayah yang juga mengasuh sebuah Pondik Pesantren di Bangil. Apalagi pembinaan yang dilakukan oleh Crew KCB melibatkan Kang Abik juga. Pas casting juga ada interview untuk mengukur kepribadian yang dilakukan oleh Neno warisman. Pantaslah kalau kepribadian mereka amat dekat dengan kepribadian yang mereka perankan di Film.


 

Odi merantau ke Jakarta selepas SMP. Ia tinggal bersama saudaranya dan melanjutkan SMA disana. Selepas SMA dia memang sengaja tidak langsung kuliah karena dia ingin kuliahnya dibiayai sendiri. Dia sempat berjualan ayam goreng, sarung dan barang-barang lainnya. Ia ingin hidup mandiri katanya. Sampai akhirnya dia lolos casting KCB dan sekarang mendapatkan beasiswa full 8 semester di Universitas Al-Azhar Jakarta.


 

Sedangkan sosok Meyda adalah seorang mahasiswa. Katanya dia dulu amat tomboy dan bersyukur sekali bisa bergabung bersama KCB yang sekarang membuatnya jauh lebih feminin. Kalau menurutku sih, nggak adat tanda-tanda kalau dia itu pernah sangat tomboy. Dia datang dengan busana muslimah terusan dan kerudung yang menjuntai menutupi dada. Lengkap dengan kaus kaki yang melengkapi busana seorang muslimah sejati. Anggun sekali.


 

Sebelum bergabung bersama KCB, Meyda sempat bekerja paruh waktu di restoran cepat saji. Ia juga pernah bekerja di gerai busana. Itu semua ia lakukan di sela-sela kuliahnya di ITENAS Bandung. Ketika ditanyai apakah ia akan meneruskan karirnya di dunia acting, dia menjawab


 

"ketika itu tidak membatasi keadaan saya yang seperti ini (berjilbab), why not?

Mudah-mudahan kehadiran KCB bisa menjadi oase di tengah tontonan yang makin nggak karuan sekarang ya. Berjilbab hanya karena tuntutan peran.


 

Ketika turun dari panggung, Odi sama Meyda sempat "dikurung" di ruang panitia untuk melayani permintaan tanda tangan yang masih membanjir dari para fans. Nah, di sela-sela waktu tanda tangan itu lah panitia yang tadinya "jaim" berubah menggila. Mumpung nggak ada saigan untuk berebut, berfoto depuasnya!!


 

Aku juga sempat fot berapa kali sih. Tapi bukan karena aku kepingin banget foto sama artist loh ya. Serius!! Aku Cuma nggak mau kalah saja sama anak-anak panitia yang lain. Paling nggak, aku nggak dibilangin tolol sama Iqbal nanti. Ketemu orang KCB tapi nggak ada buktinya. Hehehe….


 

PS

Bagi teman-teman di Seputaran Malang, bisa menonton tayangan Talk Show bersama bintang KCB di Acara Momenta di JTV Malang tanggal 11 September jam 4 sore.