Monday, December 28, 2009

Surat Cinta Untuk Bunda


Bunda….

Apa kabar?


 

Dengan keyakinan akan keampuhan do'a anak yang sedang berusaha sholeh, nanda memohon kepada Allah Gusti Sing Paring Urip untuk tidak pernah mengguyurkan rahmat, hidayah dan segala kebaikannya kepadamu. Tentu itu tidak sepadan dengan apa yang telah kau berikan untuk hidup anakmu ini. Tapi, paling tidak, itu yang bisa aku lakukan saat ini. Doakan agar aku bisa berbuat lebih untuk kebahagiaanmu, untuk kebahagiaan kita. Bunda tahu kan, do'a dan dukungan itu akan membuat saya tetap tegar menapaki setapak kecil yang telah saya rintis. Kekuatan itu yang akan selalu menenangkan badai ketika langkah terasa berat.


 

Saat menulis surat ini, rinai hujan tengah menerpa jendela kamarku Bunda. Dan hujan telah lama menjadi sekutuku untuk mengingatmu. Hujan selalu menciptakan desir di hati anakmu ini untuk berpikir jernih….merenungi semua yang telah terlewat. Buat anakmu ini, hujan tercipta untuk menyatukan rasa dengan orang-orang tersayang. Lewat rinai hujan kukirimkan rindu, lewat gemuruh petir kukirimkan cinta.


 

Nanda tahu dan sangat sadar, Bunda menaruh harapan besar akan diri saya walaupun bunda tidak pernah mengatakannya. Maafkan kalau semua periode yang telah lewat telah kuisi dengan kekecewaan buatmu Bunda. Rupanya hanya itu yang bisa dipersembahkan oleh anakmu ini sekarang ini. Tapi Bunda, bukankah waktu tidak beku dan berhenti sampai disini? Berikan nanda kesempatan lagi dan lagi.

Nanda yakin jalan di depan masih terbentang panjang, dan dengan segenap daya dan upaya nada akan tetap berusaha melangkah tegar. Kalaupun Bunda melihatku lemah dan ingin berhenti, tolong berikan energi untuk tetap tegak menyusurinya. Tarik anakmu ini ketika dia terjatuh dan susah untuk bangkit. Berikan nanda kekuatan dengan doa dan dukunganmu Bunda….


 

Nanda tahu, Bunda sering tersakiti karena diriku. Tapi percayalah, tidak ada sedikitpun nanda berniat untuk sengaja melakukannnya. Kalaupun nanda sering berbeda pendapat dengan pendapatmu, itu bukan karena nanda ingin melawanmu ataupun berontak. Mungkin zaman yang membuat kita berbeda. Tapi sekali lagi, tidak ada sedikitpun ada rasa benci denganperbedaan iti. Tidak sedikitpun. Karenanya maafkan semua sikap dan kesalahan anakmu ini.


 

Bunda tahu apa yang paling mudah membuatku menangis? Membayangkan bunda kecewa dan tersakiti, itulah jawabannya. Karenanya, jangan anggap nanda cengeng kalau sering menangis ketika Bunda menelepon. Hanya kepada Bunda, nanda menangis. Di luar itu, nanda tetaplah anakmu yang tegar. Di balik setiap pahlawan besar, selalu ada seorang wanita agung, begitu kata orang bijak. Rasulullah punya Khadijah tempatnya merebahkan kepala, Pak Harto punya Ibu Tien tempatnya bersandar. Jangan pernah bosan untuk menjadi perempuan agung bagi anakmu ini.


 

Hari ini nanda belum bisa membawa Bunda ke tanah suci, belum bisa membawa bunda keliling Indonesia, juga belum bisa memberikan baju baru. Pun nanda tidak bisa memberi rangkaian bunga liar yang dulu biasa nanda petik di bukit belakang rumah kita. Hari ini nanda hanya bisa menitipkan do'a bersama sejumput rindu semoga Bunda selalu berbahagia. Hari ini nanda hanya bisa berucap; Selamat Hari Ibu…


 

Happy Mother Day for all mother in the world…!


 


 

Friday, December 18, 2009

Tujuh Belas Alasan Yang Membuat Malang Patut Dicintai

Begitu banyak yang bisa dicintai dari suatau tempat; kamar, rumah, tempat nongkrong favorit sampai ke ruang yang lebih besar; kota. Biasanya aku mencintai suatu tempat bukan karena tempat itu indah, sempurna dan tidak ada yang membuatku mengeluh akan tempat itu. Oke, itu juga salah satu alasan tapi bukan yang utama. Aku lebih terkesan dengan suatu tempat karena hal-hal kecil yang dimilikinya yang membuat kita selalu kangen untuk bisa bersentuhan dengannya. Istilah jawanya ngageni.


 

Lima tahun tinggal di kota malang sebagai seorang mahasiswa membuat saya mengenal hampir tiap sudut kota dan tempat-tempat serta hal favorit yang membuat saya semakin suka dengan kota ini. Saya menganggapnya sebagai second home town. Tentu saja kesukaan saya ini adalah kesukaan versi mahasiswa yang segalanya berdasarkan prinsip "dengan duit yang sekecil-kecilnya mendapatkan kesenangan sebanyak-banyaknya". Yah, semacam "lowest cost for the ultimate fun and joy" atau bahasa sederhananya p e n g i r i t a n.


 

    Nah, ini dia 17 alasan mengapa kota Malang layak untuk dicintai:

Satu

Malang kota yang adem, nyaman banget buat ditinggali. Yah, walaupun sekarang kadang suka panas banget sih. Efek global warming. Ketika saya mnginjakkan kaki pertama kali di kota ini lima tahun yang lalu, jaket adalah kostum wajib kalau mau berangkat kuliah kalau nggak mau kedinginan. Tiga tahun yang lalu pun masih begitu. Walaupun sekarang tidak sesejuk dahulu, paling tidak nggak sepanas kota-kota lain macam Surabaya, Jogja dan Jakarta lah.

Dua

Warnet bertebaran dimana-mana. Hampir tiap gang dan kompleks ruko ada warnet. Malah bisa tiga sampai empat warnet dalam satu kompleks ruko. Wanet di Malang selalu menyediakan fasilitas kelas satu. Webcam, Bluetooth, Infrared dan VCD/DVD RW adalah fasilitas yang lazim yang nggak ditemukan di warnet-warnet di Jakarta. Privacy terjamin karena billingnya disekat. Kenyamanan nomor wahid karena bisa milih; mau yang smoking area atau yang non smoking area. Standar turun, ditinggal pelanggan. Pilihan bejibun bo…! Yang pasti, warnet bagus buat kesehatan mahasiswa. Cari film terbaru, sambangi warnet. Butuh free software terbaru, satroni warnet!

Tiga

Makanan enak dan murah tersedia dimana-mana senjang hari 24 jam, 7 hari seminggu. Tentu saja dengan harga yang murah meriah. Bisa ngutang pula. Dengan modal duit lima ribu rupiah, sudah bisa makan enak plus minumannya.

Empat

Kafe tempat nongkrong menjamur mengalahkan wartel. Dari kelas mahasiswa dengan prinsip modal seuprit keuntungan segajah sampai eksekutif lounge. Dari yang bertempat duduk lesehan sampai yang bersofa empuk menye-menye. Tapi bagi mahasiswa, yang penting free hotspot yang artinya juga pesan minum segelas nongkrong sampai pagi dan ngenet sampai mabok.

Lima

Bagi yang suka clubbing, selalu ada diskon khusus buat mahasiswa. Kartu Mahasiswa berguna buat kartu diskon disini.

Enam

Akhir pekan, nggak ada acara? Ke DVD rental aja! Sewa VCD dan DVD kemudian nonton sampai jereng di kamar. Dimana lagi ada rental-rental VCD original dengan harga dibanting plus diinjek-injek selain di Malang? Apalagi kalau punya member card.

Tujuh

Pengen yang agak berkelas dikit? Bioskop XI tersedia di tiap mall dan Plaza dengan harga dan tingkat kenyamanan bergantung pada amal ibadah anda masing-masing. Hehe... Tapi yang jelas tidak melanggar prinsip-prinsip pengiritan mahasiswa.

Delapan

Kafe-kafe nyaman dengan harga mahasiswa siap menampung kita sepanjang malam buat ngerjain tugas. 1 jam ngerjain tugas, sisanya nongkrong dengan alasan melepas penat karena capek ngerjain tugas.

Sembilan

Perpustakaan-perpustakaan nyaman dengan koleksi buku super duper lengkap tersedia di seluruh kota. Karena Malang puluhan kampus negeri dan swasta, otomatis perpustakaan yang tersedia sebanyak kampus yang ada. Kita bisa jadi member setiap perpustakaan itu dan menikmati fasilitas yang tersedia. Untuk kampus negeri, cukup dengan membuat kartu sakti, kita sudah bisa memasuki pepustakaan kampus negeri mana saja. Untuk menikmati fasilitas perpustakaan kampus swasta seperti UMM, cukup dengan membuat member card dengan biaya yang sangat murah. Dan tentu saja, semua perpustakaan tadi dilengkapi fasilitas Wi fi. Belum lagi perpustakaan kota malang yang koleksinya super lengkap dan up to date. Perpustakaan favorit saya adalah perpustakaan pusat UMM. Tempatnya sangat nyaman, penataan bukunya bagus, koleksinya up to date dan ada American Corner dan Iranian Corner sekaligus. Satu lagi, petugasnya ramah-ramah dan muda-muda (penting ya? Penting banget!!). Saya punya sudut favorit tempat saya biasa ngerjain tugas atau sekedar membaca sambil menikmati segelas cappuccino. Sebuah café di balkon lantai 2 pepustakaan pusat UMM. Dari sana saya bisa melayangkan pandangan ke arah taman baca yang rimbun di bawah sana, memperhatikan tingkah polah mahasiswa yang bermacam-macam.

Sepuluh

Persewaan buku hampir di setiap gang. Kalau ingin membaca novel atau komik terbaru tapi males buat ngeluarin duit untuk beli, sewa saja di persewaan buku yang juga disebut pepustakaan. Dari koleksi zaman SD semacam Lima Sekawannya Enyd Blyton sampai koleksi terbaru tersedia lengkap disini.

Sebelas

Setiap hari berkutat dengan kuliah dan pekerjaan embuat jiwa raga anda menuntut rileksasi untuk me recharge energi. Nggak perlu jauh-jauh ke Belanda buat melihat taman bunga dan nggak harus ke Bahamas atau Karibia buat menikmati keindahan pantai. Tiga puluh menit berkendara dari Malang, kompleks kebun bunga Sidomulyo sudah menanti dengan aneka warna kembang dan aneka jenis bunga. Naik bus dua sampai tiga jam, pantai sudah di depan mata. Kalau mau yang lebih seru, dengan berjalan kaki dua jam, bukit-bukit yang dipenuhi oleh pepohonan jeruk sudah melambai-lambai di depan anda mengundang untuk dipetik buahnya. Menikmati jeruk yang dipetik sendiri sambil memanjakan mata dengan panorama pegunungan dan kota Malang nun di bawah sana menepis semua penat dan lelah. Jiwa raga menjadi fresh kembali.

Dua belas

Di Malang ada Laguna (Lagoon) yang keren banget. Segara Anakan yang terletak di tengah pulau Sempu yang berhutan rapat. Nggak perlu jauh-jauh ke Thailand untuk bisa menikmati Lagoon ala The Beach nya Leonardo Di Caprio. Dengan menyeberangi Selat kecil selama kira-kira 15 menit setelah perjalanan melewati areal pertanian yang hijau, kita sudah sampai di Pulau Sempu untuk kemudian menembus hutan dengan trak menantang untuk sampai di Segara Anakan.

Tiga belas

Pengen tampil modis dan gaya ala artis ibukota? Butik-butik dan distro bertebaran sampai ke gang-gang. Hari ini baru diperagakan di Milan, besok sudah nongol kembarannya di distro.

Empat belas

Baju selalu wangi dan rapi tanpa perlu repot-repot ngerendam dan ngucek. Males banget kan kalau kuku hasil meni pedi setiap minggu rusak gara-gara nyuci? Laudry service menhantui orang Malang di setiap sudut. Tentu saja dengan harga mahasiswa dan embel-embel diskon yang membuat nyuci sendiri menjadi pekerjaan konyol. Bayangkan, Cuma dua rebu perak per kilo!!

Lima belas

Tengah malam diserang rasa lapar? Easy!! Duduk aja di sepan jendela kos sambil menunggu suara; teeeee…..sate………! itu tandanya sate Madura yang terkenal lezat itu mau lewat. Purr….campur…!! Nah, sekarang giliran tahu campur Lamongan yang lewat. Tinggal pilih, Mie Ayam, Pangsit dan Tahu Telor pasti nyusul dibelakangnya. Kalau mau makan sambil nongkrong, ke warung Burjo (bubur kacang ijo) aja. Tinggal ngesot sampai koq. Buka 24 jam pula.

Enam belas

Status mahasiswa istimewa banget di sini. Beragam seminar dan event menyediakan harga spesial bahkan gratis buat mahasiswa. Cukup hanya dengan nunjukin kartu KTM. Lumayan, nambah-nambah ilmu, nambah koleksi note book, koleksi pin dan koleksi pulpen serta stiker.

Tuhuh belas

Semua produk berlomba-lomba menawarkan harga promosi di kota Malang. Apalagi produk provider telepon selular. Namanya juga mahasiswa, pas promosi kartunya dipakai, promosi selesai ganti lagi sama yang lain. Bahkan kemarin ada midnite sale yang jual laptop dengan harga Cuma 1 jutaan. Padahal sebulan sebelumya saya beli laptop yang sama harganya 3 jutaan.


 

Sebenarnya masih banyak lagi alasan yang membuat saya jatuh cinta sama kota Malang. Tapi seperti yang saya bilang, alasan-alasan yang saya tulis ini berdasarkan pemikiran seorang mahasiswa yang selalu berpegang teguh pada prinsip pengiritan. Nah, apakah andajuga punya hal-hal yang anda sangat sukai tentang kota anda? Let me know…!

Wednesday, December 16, 2009

Hujan


Ada 3 hal begitu lekat dengan hujan. Paling tidak menurutku.

Ketika hujan turun pertama kali, aku senang sekali mencium bau tanah yang begitu segar. Bau tanah yang tertimpa hujan setelah berbulan-bulan kering karena kemarau. Disusul kemudian muncul sensasi getaran hati seperti perasaan nelangsa tapi tanpa sebab. Setelah itu semua bayangan masa kecil dan desa tempat aku tumbuh akan terpampang seperti slide yang diputar. Menatap pepohonan yang basah sambil merapatkan jaket atau selimut yang menutup sekujur badan. Ada simponi tercipta di setiap tetes hujan yang jatuh menimpa pepohonan dan rerumputan. Titik-titik itu kemudian akan mencari celah dan mengalir membentuk sunggai-sungai kecil yang kemudian berubah seakin besar ketika bertemu dengan sungai-sungai kecil lainnya. Kemudian mereka bersinergi menjadi arus yang deras yang sanggup mengapungkan benda-benda besar dan melabuhkannya di muara dan bersekutu dengan teman-teman mereka di samudera.

Ingat lagu ini kan?

Tik..tik…tik… bunyi hujan

Di atas genting

Aiirnya turun tidak terkira

Cobalah tengok

Dahan dan ranting, pohon dan kebun

Basah semua….


 

Berbeda dengan bunyi hujan di lagu itu yang berbunyi "tik.., tik.., tik..", hujan di rumah kami berbunyi gemuruh menderu kuat seperti badai. Hujan yang turun menimpa atap seng akan menghasilkan bunyi yang dahsyat yang mengalahkan bunyi-bunyi lain. Hanya guruh yang sekali-sekali mencoba menyaingi yang akan kedengaran, seolah tidak rela eksistensinya hilang karena hujan. Seperti mencoba mengadu kekuatan mengklaim diri menjadi penguasa. Tapi bukankah mereka bersahabat? Kalau datang hujan, guruh akan hadir pula.


 

Berlari-lari di tengah tombak-tombak air yang deras meluncur dari langit adalah ahal kedua yang sangat mengasyikkan. Berlari telanjang dada di sepanjang jalan desa di tengah hujan deras sambil mencipratkan genangan air kepada teman-teman sangatlajh seru. Hujan pertama kemarin, aku nggak bisa berlari-lari di tengah hujan seperti waktu kecil dulu. Soalnya, aku lagi ke kota dan terjebak hujan di warnet. Aku hanya bisa memandang iri kepada gerombolan muda-mudi yang berjalan bergerombol di tengah hujan. Bergembira salig mencipratkan air ke kawan mereka.


 

Hal ketiga yang membuatku jatuh cinta pada hujan adalah kesenduan yang diciptakannya. Yah, dia datang membawa sendu yang begitu menggetarkan. Rasakan desirannya, perih yang tiba-tiba merejam di dada. Aku suka kesenduan ini. Kesenduan membuatku bisa merenung dan berpikir lebih jernih dan tentu saja lengkap dengan efek dramanya. Kesenduan yang mebmbawa ingatanku pada dia yang disana dan dia yang disitu serta dia yang jauuuhhh disana. Mereka yang pernah singgah mengisi spenggalan kisah hidup mereka yang sempat menorehkan warna pelangi dalam hidup.


 

Hari ini hujan. Aku teringat mereka ketika sendu menyergapku dalam dingin….


 

Tour de Blitar



Wilayah Kabupaten dan kota blitar terbentang di lembah sungai brantas yang bermata air di lereng gunung Welirang Kota batu dan bermuara di laut Jawa setelah melewati kota Surabaya. Sebagai dataran yang membentang di sepanjang sungai dan dipayungi oleh Gunung Kelud yang terakhir meletus tahun 1990 dan statusnya pernah menjadi siaga satu karena aktivitasnya yang meningkat pada Oktober 2007, Blitar adalah daerah pertanian yang subur. Makanya, sepanjang perjalanan dengan kereta api dari stasiun Kota Malang, di kiri-kanan rel sejauh mata memandang terhampar perkebunan tebu, jagung, dan aneka palawija yang menghijau diselang-selingi oleh kebun buah-buahan. Durian dan rambutan sedang berbuah lebat. Memandangnya saja, sudah memberikan kepuasan tersendiri.


 

Setelah sekitar dua jam perjalan sampailah kita di stasiun Kota Blitar setelah pastinya melewati stasiun-stasiun kecil yang bejibun. Sebagai kereta dengan label ekonomi, tentu saja ia harus patuh pada kodratnya; berhenti di setiap stasiun yang dilewati. Stasiun kota Blitar sendiri tidak terlalu besar tapi cukup nyaman. Seperi biasa, belum afdhol kalau belum foto-foto membekukan kenangan dan membiarkannya bercerita di kemudian hari.



 

Gerombolan the lost Boy; tangan manis ke tangan cebok: Ridho, Cemet, Fuad, Bams, Erik, Abe.

Tujuan pertama pagi ini adalah rumah sahabat kami yang orang tuanya baru balik dari beribadah haji. Seperti lazimnya tradisi di Jawa Timur, ketika seseorang pulang dari menunaikan ibadah haji, maka keluarganya akan mengadakan perjamuan untuk menyambutnya. Selama sebulan penuh, para keluarga, tetangga dan handai taula akan berdatangan untuk memberikan ucapan selamat. Tamunya bisa lebih ramai dari pernikahan tergantung dari seberapa luaspergaulan si empunya acara.

Tentu saja ini kunjungan yang sangat tepat bagi kami, gerombolan mahasiswa yang selalu bersekutu dengan segala hal yang berbau gratis. Kapan lagi disuguhi makanan, aneka kue dan buah-buahan yang nggak habis-habis (soalnya selalu di re-fill sama yang empunya rumah).


 

Setelah memanjakan lidah, saatnya mengunjungi tempat wisata di Blitar. Makam Bung karno dan pepustakaanya yang menjadi kebanggaan warga Blitar adalah destinasi pertama. Kompleks makam Bung Karno selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah yang ingin mengenang dan mungkin napak tilas perjuangan proklamator dan presiden Indonesia pertama ini. Kompleks makam ini menyatu dengan perpustakan Nasional Bung Karno yang arsitekturnya tidak seperi lazimnya perpustakaan. Bagi saya, pepustakaan ini cukuplah menjadi alasan untuk betah tinggal di Blitar. Dengan banyak open space, sayang sekali kalau tidak digunakan buat acara-acara pementasan atau apresiasi seni dan semacamnya.



Gerbang makam Bung karno

di Cungkup Joglo bernama Astono Mulyo inilah tempat peristirahatan Bung Karno didampingi oleh kedua orang tua beliau; R Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai

no comment:

di Monumen Bung Karno Membaca. coba tebak, buku apa yang sedang dibaca oleh beliau?

rapat G 8 pindah ke Perpus Bung Karno

 

Puas mengitari makam dan pepustakaan, Mbak Miza yang menjadi tuan rumah membawa kami ke sebuah warung pecel yang katanya terkenal enaknya. Warung pecal Mbok Bari. Yup, rasanya tour nggak lengkap kalau belum mencoba local food.




 

Hari beranjak sore ketika kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke destinasi terakhir kami hari ini. Sebuah candi peninggalan kerajaan Majapahit yang dibangun oleh raja Syrenggra yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200. Dialah candi Penataran. Berdiri tegak di tengah dataran pertanian yang subur di lereng barat daya Gunung Kelud untuk tetap menceritakan babad kehidupan masa lampau. Kompleks candi ini adalah yang terluas di Jawa Timur.


 


 



hamparan kompleks candi

saksi bisu peradaban




matur suwun Mbah...



Di sudut kiri belakang kompleks terdapat sebuah pemandian/petirtaan dengan air jernih yang mengalir. Dinding kolam penuh dengan relief yang bersi rangkaian cerita tentang Pemburu Tertipu, Kura-kura yang Sombong serta Lembu dan Buaya. Sekarang, kolam nan jernih itu dihuni oleh ikan-ikan lele dan ikan Mas yang hidup damai menikmati peninggalan kerajaan Kediri.




lembayung senja perlahan turun menyelimuti dataran dengan latar belakang kemegahan gunung kelud. lembayung yang mencipta nuansa keemasan yang menyelimuti kebisuan Candi Penataran, mengantarkan kami yang beranjak dengan sejuta pertanyaan di benak.

Friday, December 4, 2009

The Violist


Kembali aku terdampar di kedai ini. aku lebih suka menyebutnya kedai walaupun didepannya jelas terpampang "Magnetto cafe".

Tempat ini selalu sukses membuat aku senang berada di dalamnya. ah, lebih tepatnya tenang. perpaduan aroma kopi dan lantai kayu cokelat ini selalu memberikan aku ketenangan yang susah dijelaskan.

Aku tidak tahu, apakah ketenangan itu datanganya dari suasana kedai ini atau memang aku yang mensyaratkan ketenangan dengan berada di kedai ini.

Kedai ini sempurna

Karena kedai ini menyediakan cangkang yang nyaman saat aku butuh menyendiri mencuri sedikit sunyi.

Karena kedai ini menyediakan secangkir cappuccino dan mocca kesukaanku.

Dimana lagi kedai yang menyediakan secangkir mocca yang ketika tegukannya bersentuhan dengan lidah langsung menyalakan pijar-pijar ketenangan. Damai


 

Karena, kedai kopi ini adalah panggung kecil yang menampilkan fragmen-fragmen hidup.

Lelaki temu janji dengan perempuan selingkuhan. Lelaki paruh baya yang mencoba kembali rumus cassanova, meyakinkan diri bahwa ia masih muda

Perempuan menyeka mulut anak lelakinya yang berlepotan krim dari sepotong kue cokelat. mengelapnya dengan sabar dengan sapu tangan putihnya, mempertontonkan kasih yang hidup


 

Seorang lelaki paruh baya yang mengajarkan anak lelaki kecilnya bermain kartu. menasbihkan "ke-ayaha-an" dalam dirinya. mencoba menghadirkan kebanggaannya sebagai seorang ayah

Lelaki menghibur belahan jiwanya dengan kado kecil dan perempuan menjerit kegirangan. Memang cinta butuh sering-sering diungkapkan


 

Di sinilah aku menyendiri mencuri sunyi

tenang

damai sekali


 

Dan sekali lagi kulihat dia

Melihat jemarinya yang menari di atas dawai biola meningkahi tongkat yang menggesek mendayu-dayu, meninggalan rasa

Lewat biola ia kirimkan isi hatinya, meruap bersama udara sore di kedai ini

dan rasa itu membiusku kini...

Kembali kulihat dia

Melihat matanya yang sendu, sesendu melodi yang ia mainkan sore itu

Setiap alunan biola yang melengking seolah berbicara

Kau tinggalakan aku kelu


 

Dan tatapannya menyapu ujung jalan yang terlihat dari jendela kedai kopi

Matanya bercerita

"Aku masih ingat sayang, saat pertama kali aku melihatmu di ujung jalan sana .. berlari-lari menghindari rinai hujan yang rindu ujung celana khaki-mu .... aku sudah jatuh cinta"

"Dan hari berikutnya..."

"Hari berikutnya..."

"Sampai kehadiranmu di ujung jalan sana membuatku kecanduan"

"Hari saat engkau buka pintu kedai ini, adalah hari paling menyenangkan buatku ... meskipun, engkau tak tahu"

"Jemariku seakan berjiwa saat engkau datang. Ia bersenandung girang. Ah, semoga saja rasa itu juga kau bisa raba"

"Aku kecanduan di kali pertama"


 

Ternyata benar, hidup itu adalah energi yang bertransformasi.

dari pojok ruangan kedai kopi ini, kurasakan hatinya bicara. Lewat denting, lewat mata, lewat air muka.

Sekarang aku semakin awas mengamati bahasa tubuhnya.


 

Wahai pemain biola, apa lagi yang engkau rasa?


 

Tak sengaja kucuri dengar

"Kasihan ya Mas Rangga....ditinggal pergi begitu cepat..."


 


 

Monday, November 9, 2009

Arti Sebuah Nama



"What's in a name?

That which we call a rose

By any other name

Would smell as sweet"


 

Apalah arti sebuah nama.

Itu ungkapan yang sangat popular tentang nama yang amat sangat benci. Perkataan Shakespeare Sang Maestro banyak disalah tafsirkan oleh orang yang mengatakan betapa tidak berartinya sebuah nama. Padahal Shakespeare mengungkapkan itu dalam kontesk berbeda ketika menulisnya dalam Kisah Percintaan yang dibaca seluruh dunia sampai sekarang yang menurut orang bagus banget tapi menurutku pathetic. Shakespeare
menggunakan ungkapan ini karena Romeo dan Juliet tidak bisa bersatu berhubung nama belakang keduanya menunjukkan nama dua keluarga yang sudah bermusuhan selama bertahun-tahun. Sebelum membaca bukunya, saya beranggapan bahwa Shakespeare tolol sekali mengeluarkan statemen itu. Saya sempat curiga saat ituu Shakespeare sedang sangat putus asa karena namanya jelek dan diolok-olok oleh temannya dan berapologi dengan ungkapan itu karena memang banyak banyak dipakai untuk berapologi oleh orang-orang saat ini.


 

Bagi saya, nama adalah atribut yang sangat penting bagi seorang manusia. Bayangkan, kalau orang-orang tidak mempunyai nama atau ditandai dengan angka-angka. Bakalan ruwet dunia. Pasti sangat membosankan menghafalkan angka-angka yang sampai jutaan.

"hai 2. 768. 543. 211"

"hai, kamu salah. aku bukan 2. 768. 543. 211 tapi 2. 768. 534. 211"


 

Nama adalah salah satu yang membedakan seseorang dengan orang yang lainnya. Nama adalah harapan dan do'a. Nama merupakan brand yang digaungkan melalui semesta yang ditangkap oleh semua unsure di sekeliling kita dan menentukan apakah nama kita marketable atau tidak. Karena nama itu sangat penting, perusahaan-perusahaan jasa komunikasi dan advertising memasang harga tinggi untuk menentukan sebuah nama yang marketable untuk brand sebuah produk sebelum dilempar ke pasar. Karena nama itu sakral, Mulan Kwok berubah menjadi Mulan Jameela, Ahmad Dani menjadi Muhammad Dani dan banyak artis dan public figur tampil dengan nama yang megah, anggun, keren dan enak diucapkan dan di dengar. Itu semua karena berartinya sebuah nama.

Bahkan dalam penokohan karakter dalam fiksi atau pementasan teater nama memiliki peran yang amat penting untuk suksesnya sebuah karya fiksi dan pementasan.


 

Saya pernah punya banyak pengalaman yang disebabkan oleh nama saya.

Ketika SD sampai SMP, saya dapat scholarship yang langsung ditransfer ke rekening saya. Suatu hari saya ingin mengambil sebagian duit saya itu untuk membeli sesuatu. Ketika saya berhadapan dengan teller, petugas itu memandang curiga kepada saya dan bertanya

"apakah benar ini rekening kamu?

"benar pak. Ada apa ya?

"Nama yang tertulis koq nama perempuan?

"iya itu nama saya Pak!" Saya mulai naik darah karena nama saya dikatakan nama perempuan.

"tapi ini nama perempuan, jangan-jangan kamu bukan pemilik rekening ini"

Saya yang ketika SMP mudah sekali marah, mulai berdebat dengan petugas kantor pos itu. Petugas itu tetap tidak percaya dan tidak mau mencairkan uang saya. Saya hamper mau menangis arena marah sampai akhirnya datang petugas yang lain dan menjamin kalau saya tidak mungkin menipu. Walaupun saya bisa mencairkan uang saya, saya tetap dongkol dan sakit hati.

Sepulang dari kantor pos, saya mendesak ibu saya agar nama saya dirubah. Tapi ibu saya tidak mau dan tetaplah nama itu melekat erat pada diri saya.


 

Pengalaman kedua masih ketika masa SMP juga. Waktu itu saya mengikuti pelatihan pengurus OSIS di sebuah hotel di kota saya. Di hari terakhir pelatihan, sertifikat dibagikan kepada peserta. Ketika mengambil milik saya, saya kaget karena yang terpampang di sertifikat saya adalah foto cewek lengkap dengan pita dan kucir dua yang panjang. Ternyata panitia mengira pemilik sertifikat adalah perempuan karena meilhat namanya.

Kembali saya merengek-rengek kepada orang tua saya agar nama saya diganti atau paling tidak ditambah sepotong nama yang "laki" banget. Tapi orang tua saya tetap bersikukuh bahwa tidak ada yang salah dengan nama yang saya miliki.

Akhirnya saya pun mulai menerima nama saya dengan segala tragedi yang masih tetap sering menyertainya. Pun ketika kuliah, ketika dosen memanggil nama saya dan melihat kea rah kelompok kursi mahasiswi, saya dengan lantang menjawab sambil melambai-lambaikan tangan.

"I am here Sir!!!


 

Apalah arti sebuah nama?

Jawabannya adalah nama adalah segalanya. Seseorang bisa saja gagal karena sebuah nama. Nama yang 'kurang bagus' akan membuat sesorang tidak pede tampil di muka umum karena tidak mau nama buruknya disebut-sebut di depan umum. Seorang anak yang namanya diolok-olok oleh temannya akan memberikan dampak psikologis yang buruk kepada si anak; rendah diri, pemalu, pendendam dan tidak ingin tampil menonjol. Itu bukan dari teori psikologi, tapi hasil pengamatan saya bergaul selama hamper dua puluhan tahun bersama anusia-manusia lainnya sejak saya kecil dulu. Kalau ada ungkapan "batas bahasaku, batasa duniaku", maka aku melihat nama bisa membatasi dunia seseorang.


 

So, how dare people say; apalah arti sebuah nama.

It's absolutely everyting!!!


 


 


 

Saturday, October 17, 2009

Tour de Bima Part One# Sekilas Tentang Bima



Tidak banyak orang luar Bima yang tahu dimana letak letak persis kota kecil yang pernah berjaya di era kesultanannya dulu. Kebanyakan teman-teman saya di Jawa mengira Bima itu berada di Pulau Lombok. Sebagian lagi menyangka bahwa daerah Bima atau dalam bahasa lokal disebut Mbojo (saya juga lebih nyaman dengan sebutan Mbojo) berada dalam wilayah provinsi NTT. Sayang sekali, orang Indonesia sendiri ternyata wawasan ke-Indonesiaannya kurang sekali. Tapi bagi anda yang suka membaca dan senang melihat Peta, pasti tidak akan bingung ketika ditanya letak Bima.

Bagi anda yang belum tahu, Bima adalah sebuah daerah tingkat II yang berupa kabupaten dan kota yang terletak di ujung timur pulau Sumbawa dan termasuk dalam provinsi NTB. Tapi sekarang lagi hangat wacana akan dibentuknya provinsi Sumbawa yang meliputi semua daerah tingkat II di Pulau Sumbawa.

Secara geografis, Bima dibatasi oleh Kabupaten Dompu sebelah barat, Selat Sape di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan dan Laut flores disebelah utara. Teluk bima yang menjorok sampai jauh ke daratan Bima adalah teluk kecil yang sangat tenang. Lebarnya tidak sampai dua kali lebar sungai Mahakam di Kalimantan timur. Teluk ini menjadi urat nadi Bima sejak zaman kerajaan karena di teluk ini ada sebuah pelabuhan laut yang menjadi pusat bongkar pasang berbagai komoditi perdagangan yang masuk dan keluar wilayh Bima dan sekitarnya. Pada zaman kerajaan, pelabuhan ini pernah menjadi pusat bongkar pasang beras dan hasil pertanian lain di wilayah Indonesia Timur. Kapal-kapal dagang besar berlabuh di Pelabuhan Bima untuk berlindung dari cuaca buruk karena teluk ini selalu tenang, tidak pernah bergolak.

Cuaca di Bima cukup panas untuk daerah dataran rendah dan sangat dingin untuk daerah dataran tinggi seperti daerah disekeliling gunung Lambitu di sebelah timur kota. Sepeti umumnya topografi pulau Sumbawa, wiayah Bima berbukit-bukit dan berwarna cokelat eksotis. Jadi, bagi anda yang akan datang ke Bima, jangan lupa untuk menyipakan Sun Screening, Lip Balm dan sebangsanya.

Seperti pusat pemerintahan lain pada zaman dahulu, pelabuhan menyatu dengan pusat pemerintahan dan pasar sebagai infrastruktur ekonomi. Menyusuri jalan keluar pelabuhan menuju pusat kota, anda akan menemukan pasar yang sudah turun temurun menjadi pusat transaksi dan urat nadi perekonomian sejak zaman kerajaan dahulu kala. Melewati pasar, anda akan sampai ke kompleks Istana Kesutanan Bima yang sampai sekarang masih berdiri megah sebagai saksi sejarah dan kejayaan bangsa ini pada masa lalu.

Kompleks istana Bima atau Asi Mbojo terdiri dari sebuah bangunan istana, lapangan “Sera Suba (Lapangan Tentara)” yang sekarang dikenal dengan Lapangan Merdeka. Tapi masyarakat Bima sendiri lebih suka menyebut nama aslinya “Sera Suba”. Disebut sera suba karenadi lapanga inilah kegiatan seremonial kemiliteran Kesulatanan Bima berlangsung. Sampai sekarang, kegiatan kesultanan tetap dilangsungkan disini.

Tepat disebelah Selatan lapangan, di seberang jalan, berdiri sebuah Masjid yang sudah ada sejak zaman kesultanan. Masjid Sultan Shalahuddin. Mesjid ini menjadi salah satu pilar pemerintahan karena Kesultanan Bima pada zaman dahulu sangat kental dengan nilai-nilai keislamannya.

Memasuki wilayah dataran Bima dari arah Dompu, jalan raya yang dilewati terbentang menyusuri bibir teluk memutar menyerupai busur dan berakhir di terminal Dara di gerbang kota. Jalanan yang membentang di atas pantai itu menyajikan pemandangan teluk bima yang eksotis degan Pulau Kambing di tengah-tengahnya. Satu-satunya pulau yang terdapat di teluk itu. Jalanan dibangun persis di atas tanggul pantai. Seperti menyusuri jalanan di Lombok Utara menuju ke Senggigi tapi bedanya, jarak laut dengan jalan raya lebih dekat ketika menyusuri teluk Bima.
Bima juga bisa dicapai lewat perjalanan udara dari Bandara Juanda Surabaya, Ngurah Rai Bali dan Selaparang Mataram. Lapangan terbang Sultan Sholahuddin terletak di tepi teluk sebelah utara di luar kota Bima. Setelah itu perjalanan bisa ditempuh dengan menggunakan Taxi Bandara menuju pusat kota melewati jalanan yang membentang di atas bibir pantai sambil menikmati air teluk yang biru dan tenang. Pusat kota adalah lembah sempit yang dipagari oleh perbukitan yang pelindung alam bagi kota ini.

Hari mingggu kemarin, saya menyempatkan diri Jogging menikmati keindahan Pantai Lawata dan teluk Bima yang tenang. Di tepian teluk yang berbatasan dengan gerbang kota dari wilayah Selatan memang tersedia jogging track di pinggir teluk yang kalau malam hari menjadi tempat nongkrong masyrakat kota.

Inilah beberapa gambar yang sempat saya abadikan ketika jogging kemarin:


suasana pagi di Pantai Lawata Bima


memandangi air teluk yang tenang sambil menunggu sunrise setelah jogging membuat jiwa raga segar kembali

Sunday, October 11, 2009

Muhammad Hasan Marungka (Emka)


Selama liburan di kampung rutinitas pagi saya berubah total. Kalau biasanya saya jalan pagi-pagi sendiri dan dilanjutkan sarapan dan membaca sambil ditemani secangkir chochocino hangat, sekarang rutinitas itu nggak ada lagi.


 

Pagi-pagi stelah kelar shalat shubuh, saya harus langsung momong ponakan saya yang baru berumur sepuluh bulan. Pagi-pagi gelap begiti dia musti digendong jalan-jalan memutari pekarangan rumah kami yang luas. Dingin yang menusuk tulang, tidak membuat si Emka, panggilan ponakan saya itu berhenti merengek untuk jalan-jalan. Iya, walaupun judulnya kami tinggal di Bima, tapi desa tempat kami tinggal dinginnya minta ampun. Sampai-sampai sepanjang pagi diselimuti kabut tebal yang membuat jarak pandang tersisa hanya sepuluh meteran.


 

Keponakan saya itu paling nggak bisa diajak duduk diam. Umurnya sih baru sepuluh bulan tapi pengennya turun dan jalan ke tanah. Nnggak sabaran banget dia. Padahal merangkak saja dia baru belajar. Makanya, ketika menjejakka kaki ke lantai sambil ditegakin kakinya nggak mau diam, langsung melangkah cepat-cepat sambil tertawa terkekeh-kekeh. Ngegemasin banget pokoknya. Kalau digendong sambil duduk atau berdiri diam, dia bakalan nangis sambil mencakar-cakar muka dan menjambak kepalaorang yang menggendongnya.


 

Kegemarannya adalah memukul-mukul muka, menarik jenggot dan menjambak rambut orang yang menggendongnya plus narik-narik kuping. Makanya saya beruntung banget punya kepala cepak. Dia hanya mengacak-acak kepala saya tanpa menemukan pegangan. Tapi karena jenggot saya lumayan panjang, maka jenggotlah yang menjadi sasarannya. Kalau sudah memegang suatu benda, dia nggak akan melepaskannya dengan mudah. Makanya handphone ibunya habis dibanting dan digigit sama dia. Rambut kribo ayahnya menjadi mainan yang paling mengasyikkan buat dia. Kalau sudah melihat bola, dia akan sangat girang dan merangkak mengejar-ngejar bola yang dilemparnya sendiri. Tapi dia paling senang kalau ada yang memegang dia untuk berdiri buat nendang bola. Langsung deh, dua kakinya bergerak-gerak cepat menendang bola. Dia baru akan berhenti beraksi kalau sudah ngantuk atau haus.

Kita selalu bilang si Emka kecil yang lucu itu nggak sabaran. Belum bisa berdiri sudah pengen jalan, pengen nendang-nendang bola pula.

Aduh Emka, cepat balik dong…! Paman sudah kanget banget neh….


 

Makanya sekarang saya kangen banget sama dia. Si kecil Emka lagi menemani ibunya yang sedang sertifikasi di Mataram untuk membuktikan kalau dia benar-benar the professional teacher. Alhasil, selama lima belas hari ini rumah bakal sepi tanpa aksinya yang lucu.


 


 

Tuesday, October 6, 2009

Pagi


Pagi
“Lose an hour in the morning, and you will be all day hunting for it”
-Richard Whately-

Itu kalimat yang saya kutip dari blog yang rutin saya kunjungi akhir-akhir ini. Saya sangat setuju dengan kalimat itu karena pengalaman sudah membuktikan. Suasana pagi memang menentukan suasana satu putaran hari yang kita lewati. Kalau pagi sudah suram dan tidak menyenangkan, yakin deh, satu hari bakalan suram. Oleh karena itu, pagi adalah salah satu masa dalam satu hari yang paling saya senangi selain malam. Saya selalu berusaha membuat pagi saya menyenangkan. Biasanya pada pagi hari juga saya sangat produktif. Saya bisa membaca dan menulis banyak hal pada pagi hari.

Untuk membuat pagi saya menyenangkan saya punya berapa rutinitas yang jarang saya tinggalkan. Setelah shalat shubuh, berdzikir pagi dan tilawah saya biasanya keluar rumah dan berjalan beberapa menit untuk meghirup udara segar sambil bersenandung riang. Saya melakukannya untuk menghindari godaan selimut yang amat menggiurkan. Apalagi udara di tempat saya tinggal amat sangat dingin. Kemudian saya masuk ke rumah dan membaca buku favorit saya. Setelah gelap berganti dengan remang-remang, saya akan melangkahkan kaki ke pasar yang tidak begitu jauh dari rumah tempat saya tinggal. Di dekat pasar nenek penjual lupis yang selalu dikerubuti pembeli siap menghidangkan sarapan lupisan jajanan pasar yang lain yang amat lezat. Dngan sebungkus lupisdi tangan saya melangkah pulang. Saya menikmati sarapan lupis saya dengan ditemani secangkir chochochino sambil membaca atau menonton berita pagi di televisi.

Seperti usia anak-anak, pagi adalah gold age pada lima tahun pertama usia anak manusia. Apa yang diterima pagi akan melandasi perjalanannya melingkar utuh sepanjang hari; berlari-lari bersama jarum jam yang tunduk pada waktu kronos.

Seperti mata anak-anak, matahari pagi hari bersih dan lugu. Ia belum belajar menyerang dan memberang. Ia menakjubi dunia yang mulai bergerak serta menatap kamu dan saya dengan cinta yang masih baru; meminta kita mengisinya dengan hal baik yang akan jadi pegangannya bertumbuh dewasa.

Saya akan sangat menyesal kalau sampai tertidur di pagi hari setelah shalat shubuh. Seperti ada yang hilang dari hidup saya dan meninggalkan sesuatu yang tidak nyaman yang mengganggu suasana sepanjang hari. Makanya saya sangat setuju dengan perkataan Mr. saya yang senada dengan Richard Whitely tadi. Katanya, untuk melihat kualitas hari seseorang. Lihatlah bagaiman ia melalui pagi harinya. Mungkin tidak seratus persen benar, tapi saya dan beberapa teman yang saya perhatikan membuktikannya.

Pagi adalah semangat. Ia adalah saat dimana otak masih bersih dari polusi permasalahan rutin yang membebani. Pagi adalah saat yang paling pas untuk memulai hal yang baik dalam hidup. Ia adalah waktu dimana terdengar sapaan riang penuh semangat;

“Selamat Pagi…!!!

Saturday, September 19, 2009

Pulang ke Kota Kita


Terminal itu menyambut kepulanganku ke kotamu, ke kota kita. Terminal tua yang semakin renta dan kusam. Bahkan deru perubahan yang didengungkan massa dan media tidak merubahnya menjadi megah dan angkuh.

Eits…,tapi dia berubah. Berubah semakin kusam dan tua dan berbeban. Seperti pak tua yang dipaksa untuk terus mengemban tugas anak muda di kerentaannya. Kulangkahkan kakiku menapaki pojok kotamu, kota kita berdua. Masih berdebu dan kumuh seperti dahulu. Kepergianku ternyata tidak membuatnya lega karena berkurang sudah satu beban penduduk yang harus ditampungnnya. Begitu juga gelombang kepergian pemuda kota ini untuk menuntut ilmu mencoba untuk lebih baik katanya. Entah benar, entah tidak. Tetap sama saja, tidak sedikitpun membuatmu melangkah maju. Aku khawatir malah kau menapaki kembali langkah yang telah kau lewati. Mundur seperti undur-undur.
Seperti yang aku bilang, kami pergi atau tidak tetap tidak memuatmu bergeming maju. Atau kami semua harus kembali agar bisa membuatmu maju? Ah…entahlah!

Aku melangkah menyusuri kotamu, kota kita semua. Mendengarkan obrolan penduduknya. Sayup aku dengar, ternyata hamper semua lulusan SMA disini melanjutkan pendidikan mereka ke bangku kuliah. Bukan itu saja, para ambtenar dan pejabatpun kuliah lagi. Ah…rajin benar mereka. Kotaku penuh dengan masyarakat terdidik.

Tapi kok, tidak ada yang berubah. Ah…mungkin aku terlalu memperhaikan fisik. Mungkin yang berubah orang-orangnya. Semakin maju,canggih dan educated. Tapi sebentar!! Tidak kah kau dengar apa kata ibu itu? Nah, bapak itu juga! Mbak-mbak yang diseebelah sana bilang apa?

Apa??? Mereka kuliah tapi tidak membuat mereka pintar?
Kenapa?mahasiswa kan pintar-pintar. Agen perubah. Apa bahasa kerennya? Iya…!! Agen of Change
Apa??? Mereka belajar untuk mengejar pangkat dan jabatan? Mereka belajar buat jadi ambtenar? Ahh…yang benar?
Nah, ibu yang pakai kebaya hijau di seberang jalan itu bilang apa lagi? Apa???!! Skripsi mereka dibuatkan oleh dosen dengan imbalan uang?
Serius???!!
Bukannya dosen itu harus mengajarkan yang baik??
Apa???
Mereka membuatkan mahasiswanya skripsi karena mereka baik??
Mahasiswanya juga baik sama dosennya?? Mereka ngasih duit ke dosen??
Baik banget ya mereka?? Aku beum pernah loh ngasih uang ke dosenku….
Ah, suara-suara itu sungguh bising. Tapi bagaimana bisa diam ketika kota kita semakin muram kayak gini. Mereka pantas bising. Malah suara-suara itu semakin gaduh menerjang gendang telingaku.

“Para PNS selingkuh…..”
“Pejabat main suap…” sudah gede kok masih disuap…!
“anggota dewan ini punya ‘simpanan” disana, yang itu pacaran lagi sama mahasiswa itu…!
“pemimpin kita mengancam ini kalau tidak itu…..!

Lalu meluncurlah cerita tentang para raja lokal yang menjanjikan jalan diaspal kalau dia tetap bercokol di "istana" kalau masyarakat kembali memilihnya menjadi penguasa. iya, P E N G U A S A !!! Buka pemimpin. Juga ancaman akan membatalkan janjinya kalau ternyata dia tidak dipilih lagi.

Arggh...kenapa selera orang semakin rendah akan retorika. tidak adakah kamus yang memuat kata-kata yang lebih bagus? Mengapa pemimpin menjadi pengancam?
Ah, entahlah. Aku tak tahu. Mungkin benar kata Ebiet aku harus bertanya pada rumput yang bergoyang....

masih banyak yang harus aku tanyakan. Mengapa orang menjadi begitu pengecut walaupun hanya untuk sekedar berteriak marah karena periuk nasinya terancam dilenyapkan. mengapa mereka dengan patuh membayar yang seharusnya menjadi hak mereka?

Arrgghh....entahlah. Mungkin aku pun tidak perlu bertanya...

Monday, September 7, 2009

Ngobrol Bareng Azzam n’ Husna KCB; I’m Not Into Artist Freak Fans

Seharian jadi MC di acara Tabligh Akbar dan Talkshow bersama pemain Ketika Cinta Bertasbih kemarin cukup melelahkan. Sangat melelahkan sebenarnya. Puasa-puasa disuruh ngoceh dari pagi sampai sore.

Makanya dengan sirik temanku bilang begini

"Ugh, kita cuap-cuap dari pagi sampai sore nggak ada yang foto ya".


 

Dia bilang begitu ketika melihat orang-orang yang berdesakan di depan panggung berebut mengambil gambar Odi (Azzam) dan Mayda (Husna). Untung anak-anak KCB sangat friendly. Mereka melayani semua permintaan foto dari para fans yang tidak sedikit yang histeris. Nggak Cuma cewek, para cowok pun berebutan berfoto narsis.

Temanku itu terus merepet tentang keinginannya menjadi artis. Hahaha….


 

Frankly speaking, aku nggak pernah punya keinginan yang cukup besar untuk berfoto bersama artis. Aduh, gengsi dong!! Makanya ketika dengan ramainya orang-orang berebutan berfoto bersama bintang KCB, aku hanya menonton saja dari tribun Timur Samantha Kridha. Lucu juga melihat "perjuangan" para fans itu untuk bisa berfoto dengan idola mereka. Ada yang berfoto ala remaja-remaja friendster, bibir dimanyunkan terus jari telunjuk ditaruh di pipi. Hahaha….


 

Nggak dapat kesempatan berfoto bareng Odi, ayahnya pun menjadi sasaran target foto bareng. Iya, Odi datang ditemani oleh kedua orang tuanya selain Humas SinemaArt dan rekannya Meyda Safira yang memerankan Husna.


 

Menurutku, sosok-sosok pemain KCB pantaslah untuk diidolakan. Setidaknya dari Talkshow itu terganbar kalau mereka mempunya kepribadian kuat. Kepripadian yang positif. Odi (Azzam) misalnya, Ia amat religius seperti anak rohis. Itu tidak terlepas dari didikan Sang Ayah yang juga mengasuh sebuah Pondik Pesantren di Bangil. Apalagi pembinaan yang dilakukan oleh Crew KCB melibatkan Kang Abik juga. Pas casting juga ada interview untuk mengukur kepribadian yang dilakukan oleh Neno warisman. Pantaslah kalau kepribadian mereka amat dekat dengan kepribadian yang mereka perankan di Film.


 

Odi merantau ke Jakarta selepas SMP. Ia tinggal bersama saudaranya dan melanjutkan SMA disana. Selepas SMA dia memang sengaja tidak langsung kuliah karena dia ingin kuliahnya dibiayai sendiri. Dia sempat berjualan ayam goreng, sarung dan barang-barang lainnya. Ia ingin hidup mandiri katanya. Sampai akhirnya dia lolos casting KCB dan sekarang mendapatkan beasiswa full 8 semester di Universitas Al-Azhar Jakarta.


 

Sedangkan sosok Meyda adalah seorang mahasiswa. Katanya dia dulu amat tomboy dan bersyukur sekali bisa bergabung bersama KCB yang sekarang membuatnya jauh lebih feminin. Kalau menurutku sih, nggak adat tanda-tanda kalau dia itu pernah sangat tomboy. Dia datang dengan busana muslimah terusan dan kerudung yang menjuntai menutupi dada. Lengkap dengan kaus kaki yang melengkapi busana seorang muslimah sejati. Anggun sekali.


 

Sebelum bergabung bersama KCB, Meyda sempat bekerja paruh waktu di restoran cepat saji. Ia juga pernah bekerja di gerai busana. Itu semua ia lakukan di sela-sela kuliahnya di ITENAS Bandung. Ketika ditanyai apakah ia akan meneruskan karirnya di dunia acting, dia menjawab


 

"ketika itu tidak membatasi keadaan saya yang seperti ini (berjilbab), why not?

Mudah-mudahan kehadiran KCB bisa menjadi oase di tengah tontonan yang makin nggak karuan sekarang ya. Berjilbab hanya karena tuntutan peran.


 

Ketika turun dari panggung, Odi sama Meyda sempat "dikurung" di ruang panitia untuk melayani permintaan tanda tangan yang masih membanjir dari para fans. Nah, di sela-sela waktu tanda tangan itu lah panitia yang tadinya "jaim" berubah menggila. Mumpung nggak ada saigan untuk berebut, berfoto depuasnya!!


 

Aku juga sempat fot berapa kali sih. Tapi bukan karena aku kepingin banget foto sama artist loh ya. Serius!! Aku Cuma nggak mau kalah saja sama anak-anak panitia yang lain. Paling nggak, aku nggak dibilangin tolol sama Iqbal nanti. Ketemu orang KCB tapi nggak ada buktinya. Hehehe….


 

PS

Bagi teman-teman di Seputaran Malang, bisa menonton tayangan Talk Show bersama bintang KCB di Acara Momenta di JTV Malang tanggal 11 September jam 4 sore.


 


 

Sunday, August 23, 2009

Kata Mereka

Dulu saya sempat bingung ketika seorang teman bilang kalau saya harus berdamai dengan diri sendiri dan berdamai dengan kenyataan. Katanya saya akan tetap stuck di posisi saya waktu itu kalau saya tidak berdamai dengan diri saya sendiri. Saya bingung karena saya tidak pernah merasa "bertengkar" dengan diri saya sendiri. Wong itu diri saya sendiri yang saya cintai kok. Bagaimana mungkin saya bisa membenci dan bertengkar dengannya? Iya sih, saya sempat iri juga kenapa saya tidak seganteng Justin Timberlake atau tidak sekaya Mark Jugenberk yang membuat situs jaringan sosial yang membernya saat ini cukup untuk membuat sebuah Negara besar. Saya juga sempat iri kenapa suara saya tidak sebagus Aki Alexa atau Samy Kerispatih (sebenarnya mau bilang Josh Groban. Tapi saya takut itu ketinggian). Tapi toh, saya tidak pernah membenci diri saya karena saya tidak bis seperti mereka.


 

Kali lain, teman saya pernah berkata kalau saya suka mengasihani diri sendiri. Dia bilang itu akan membuat saya menjadi "tidak tegar". Sejujurnya saya sama sekali tidak setuju dengan apa yang dkatakannya itu. Tapi saya mendiamkannya. Sekali-sekali mendengarkan apa yang dikatakan orang lain nggak ada ruginya. Begitu pikiran saya waktu itu. Toh, terkadang manusia nggak sadar dengan apa yang terjadi padanya kalau tidak diingatkan oleh mausia lainnya.


 

Seorang teman yang lain juga pernah mengirim comment ke salah satu catatan iseng saya di blog. Dia bilang saya terlalu terpaku pada masa lalu hanya karena saya suka mengaitkan tulisan saya dengan cerita-cerita masa lalu saya. Adakah yang salah dengan mengenang masa lalu yang menurut saya indah?


 

Beberapa orang kawan mengajukan pendapat yang lain tentang diri saya. "kamu itu suka menjaga jarak engan orang lain". Begitu katanya. Dia bilang begitu hanya karena saya tidak sering berkumpul dan jalan bareng dengan mereka. Jujur, saya suka risih dengan jalan ramai-ramai. Rasanya seperti anak-anak remaja. Kalau sekali-sekali sih nggak masalah. Saya juga suka nggak nyaman duduk mengobrol tentang hal-hal yang menurut saya nggak penting. Saya suka jalan sendiri karena saya bisa kemanapun yang saya suka. Tidak ada yang mengeluh capek, tidak perlu malu karena kenorakan orang lain yang dikaitkan dengan saya karena saya jalan bareng dengan dia.


 

Lama-lama saya merasa terintimidasi. Semakin kesini, saya merasa melakukan sesuatu hanya untuk menyenangkan hati orang lain. Well, saya suka menyenangkan hati dan menjga perasaan orang lain. Tapi, saya juga berharap orang lain menyenangkan hati saya seperti yang saya lakukan terhadap dia. Yah, seperti law of attraction, ketika saya menebarkan hal positif, saya juga ingin hal yang positif pula yang datang kepada saya. Kalau Cuma enak di dia, rugi banget saya! Situ ratu???


 

Akhirnya karena menghargai diri saya sendiri, saya mulai setia kepada nurani saya. Ketika seseorang mengatakan begini begitu, saya akan angsung menanyakan kepada nurani saya. Benar begitu nggak sih? Penting nggak sih ngedengarin dia. Tapi pengecualian ketika orang ngomong begini:

"Kamu ganteng deh"

"Kamu kok baik sekali sih"

"igh, baru lihat ada cowok sebaik kamu"

I wish everyone would say it to me. Hahaha….!


 

Akhirnya karena saya sayang sama diri saya sendiri, saya mulai belajar "mengabaiakan" perasaan dan kesenangan orang lain jika harus mengorbankan perasaan sendiri. Well, not in all cases. At least, I try not to make myself as victim. Aku nggak ingin di akhirnya nanti menangis darah sambil menyanyikan

"mengapa harus aku yang mengalah……"


 


 

Wednesday, August 19, 2009

BBF, Simbol, dan Cinta

Kemarin sore aku masih sempat nonton Boys Before Flower, drama korea yang ketika awal nonton aku nggak tahu judulnya. Dulu sempat direcomend oleh seorang
Abang yang lagi kuliah di Jepang. Sempat penasaran sih, tapi nggak kesampaian terus nyewa VCD nya. Nah, ketika aku sedang strick banget nulis skripsi, aku iseng-iseng nonton tengah malam buat selingan. Pindah-pindah channel dan tertarik ketika melihat ada drama korea yang aku baru tahu setelah tiga kali nonton kalau itu Boys Before Flowers.


 

Episode kemarin sore berceita tentang Junpyo, lelaki super dingin yang sulit mengungkapkan cintanya dengan wajar, memberikan kalung kepada Jandi gadis yang sangat dicintainya tapi sering berantem karena ekspresi cinta Junpyo yang sering menyakitkan Jandi. Kalung itu adalah kaung yang tidak ada duanya di dunia karena didesain sendiri oleh Junpyo. Dia memberikan kalung itu di lobby hotel dengan latar belakang lampu kota yang sangat indah. Kalung itu ditaruhnya di kantong jaket yang dia pakaikan ke Jandi untuk menahan udara musim dingin yang sangat menusuk. Setelah itu jeng Di dimintanya untuk memasukkan tangannya ke kantong jaket biar tidak kedinginan. Junpyo, merasakan ada benda di katong jaket itu dan mengeluarkannya. Dengan keluguan seperti biasanya, Jandi berkata


 

"aku tahu kadang-kadang seleramu suka aneh. Tapi untuk apa kamu mengoleksi kalung ini. Ini kan untuk perempauan?

"Gadis bodoh!! Itu buatmu. Kau pakai ya? Itu kalung yang sangat mahal dan tidak ada duanya di dunia ini.

"tidak ada duanya?

"iya, itu aku desain sendiri. Kamu harus tetap memakainya dan jangan kau hilangkan lagi. Awas..!!


 

Nyatanya kalung itu hilang keesokan harinya ketika Jandi main ski. Sebenarnya bukan hilang sih, tetapi diambil oleh Ginger dan komplotan gadis yang iri akan kedekatan jung did an Junpyo yang kaya raya dan selebritis di sekolah itu. Gadis-gadis itu pura-pura menolong Jandi yang terjatuh ketikabermain ski dan tanpa disadari oleh Jandi salah seorang dari mereka merenggut kalung itu dari lehernya. Jandi baru menyadarinya ketika sahabatnya menanyakan kalung itu ketika mereka makan malam di hotel.


 

Ginger dan komplotannyamemprovokasi Junpyo dengan mengatakan kalau Jandi sengaja meninggalkan kalung itu di hutan dkat tempat main ski karena di tidak benar-benar cinta pada gu Jong Pio.


 

Sebenarnya Gu Jong Pio tidak termakan oleh omongan gadis-gadis itu. Tapi ia marah juga pada Jung di yang dianggapnya tidak meghargai pemberiannya. Ia mendatangi ung Di di kamar yang sedang panic mencari kalung itu. Ia marah besar walaupun Jandi sudah meminta maaf dan menjelaskan semuanya.


 

Ginger dan komplotannya berpura-pura prihatin atas kehilangan kalung Jandi dan memberitahu kalau ada karyawan tempat bermain ski yang menemukan kalung itu. Jung di nekat menembus hamparan salju yang luas untuk menemui karyawan hotel yang dikataka oleh Ginger dan komplotannya tadi.


 

Berjalan di tengah salju pada malam hari tentu saja bukan ide yang bagus. Jandi pingsan di tengah hamparan salju karena dingin yang begitu mendera. Untunglah Junpyo yangtidak menemukan Jandi di kamarnya, mencari ke tengah hamparan salju dan menemukan gads yang begitu dicintainya terkapar dengan wajah pucat dan bibir membiru di tengah hujan salju yang terus turun.

***


 

Sebenarnya aku bukan ingin menulis sinopsis drama ini. Setelah mendengar dialog ketika Junpyo memberikan kalung kepada Jandi aku jadi tercenung. Begitu banyak orang yang "menaruh" cintanya pada simbol. Banyak yang menganggap pasangannya tidak cinta, nggak setia ketika simbol itu tidak ada pada pasangan mereka. Cincin, kalung, gelang atau apalah namanya. Semakin mahal dan berharga sebuah simbol semakin besar cintanya. Begitukah?


 

Apalah artinya sebuah simbol ketika pada praktiknya bukan praktek cinta?

Simbol itu penting tapi rasanya sebuah simbol terlalu kecil untuk menampung cinta ketika seseorang benar-benar cinta. Bahkan cincin kawin yang katanya simbol ikatan sehidup semati pun bisa dijual buat beli beras. Cincin kawin harus menjadi korban untuk bukti cinta yang lebih besar; memberi makan orangorang yang dicintai.


 

Aku pernah punya pengalaman unik dengan simbol. Dulu aku suka memakai cincin di jari manis sebelah kiri. Sampai suatu hari ketika sedang asyik bermain di pantai bersama dengan seorang teman bule dia reflek betanya.

"Are you married?

"No. I'm definetely single!

"But why you are wearing the ring?

"Oh, it's only an accesoris! I love to see the rig on my finger!


 

Aku pikir waktu itu mengidentifikasi satus seseorang dengan cincin yang dkenakannya sudah nggak zaman lagi. Tapi ternyata, simbol itu masih berlaku buat temanku itu. Orang bule pula.

Ketika makan siang dia bertanya dengan ekspresi terkejut sambil menunjuk ke arah jari-jariku.

"Where is you ring?

Aku pura-pura terkejut. Dan membolak-balikkan telapak tanganku. Lalu dengan enteng aku menjawab.

"I think It's scattered when we was swimming"

"Let's find it"

"Take it easy. It's just a cheap ring. I can buy another one"

Padahal cincin itu sudah aku kantongi setelah dia mengira aku "married" tadi. Hoho…bisa turun pasaran aku!!


 

PS:

Aku sudah nonton Boys Before Flowers Episode 9-20. Ada yang punya 1-8 dan Episode 20 dan seterusnya ggak?

Thursday, August 13, 2009

Catatan Akhir Kuliah Part 4#Finally…!

Sebelumnya, Maf, kalau englishx buruk, jangan ditegur di situ ya. Hohoho…secara aku kan belum SSJ. Kalau mau ngoreksi lewat message ajahJ

Akirnya, terlewatkan sudah moment yang yang ditunggu-tunggu. Setelah memastikan kalau dasi yang kupakai sudah matching dengan outfit dan parfum yang aku pakai wanginya pas, aku melangkah mantap memasuki ruang siding skripsi. Satu jam ke depan menentukan semua hasil kerja keras focus dengan skripsi selama satu setengah bulan terakhir.


 

Berdo'a sudah. Pasang senyum lima jari selalu. Aroma parfum sudah oke, sudah dites ke beberapa orang. Dasi matching. Sekarang tinggal prsentasi dan siap-siap menjawab semua pertanyaan penguji. Untuk membat relax, tadi sempat foto-foto dulu di luar ruangan ujian. Aku sampai bawa dua kameramen sekaligus buat mengabadikan moment yang menentukan ini.


 

Hahaha….sebenarnya bukan untuk mengabadikan moment ini sih. Aku saja yang merasa sayang kalau nggak difoto padahal sudah dandan keren.


 

Sebelum duduk di depan penguji, terlebih dahulu menebar senyum lima jari memastikan kalau aku sudah member first impression yang bagus. Kemudian membuak kancing jas lalu duduk. Aku ingat, begitulah yang dilakukan oleh teman sekelas Ikal di Sorbonne dalam novel lascar pelangi.


 

Ketua penguji kemudian membuka uian dengan memeperkenalkan dua penguji lain which is udah aku kenal. Satunya Pak Langgeng dan Satu lagi Bu Galuh, advisorku yang bak banget itu. Pak Langgeng langsug menyapa terlebih dahulu.


 

"You write your thesis about Barack Obama, right? Your appearance is similar to him!

"Thank You Sir" aku menjawab sambil pasang senyum lima jari.

"Yes really. Do you have family relation with him?

Aku semakin lebar tersenyum. Hilang sudah debur di dadaku yang masih tersisa ketika pertama kali melangkah masuk ruangan tadi. Setelahnya nge-flow saja aku presentasikan skripsiku. Berbekal mind map warna-warni yang aku buat tadi pagi, mengalirlah kata-kata dari mulutku memenhi sepuluh menit kesempatan yang diberikan kepadaku.


 

Sessi pertanyaan dari penguji, dihabiskan oleh pertanyaan-pertanyaan dari Pak Langgeng selak penguji utama. Bu Rina hanya mengajukan dua pertanyaan di akhir sesi. Pak Langgeng mengeksplor habishabisan kenapa aku memilih topic dan objek ini untuk skripsiku.


 

"Is the reason you choose Obama as your object because he is our idol?

Aku tersenyum dan menjawab tidak kemudian mejelaskan alas an-alasanku. Setelahnya semua Chapter ditanyakannya. Beruntung juga aku revisi berkali-kali. Karena sering revisi aku jadi tahu benar harus menjawab apa. Tapi cara Pak Langgeng menguji benar-benar menyenangkan. Kayak interview. Ketika orang fakultas masuk membawa mainuman dan snack buat penguji, Pak LAnggeg engan santai bilang begini.


 

"We are interviewing Obama right now"

Aku tersenyum dan menganggap itu do'a. Kalau bisa haus lebih dari Obama dong!

Mudah-mudahan lacarnya ujian menjadi pertanda baik buat nilaiku nanti. Kita lihat sajaJ

Thanks buat Bro Ridho n' Bro Tata yang sudah rela jadi fotografer. Juga buat Bro Tio yang sudah jai pengawal. Nggak sia-sia antum gabung MENWA BroJ

Catatan Akhir Kuliah Part 3# Pintar, Kelihatan Pintar, dan Sidang Skripsi

Aku berniat menghadiri sidang skripsi seorag teman ketika menulis catatan ini. Aku pikir sidangnya terbuka, jadi aku bias ikut masuk dan melihat bagaimana sih siding skripsi yang kata-teman-teman bisa membuat makan nggak enak dan tidur tidak nyenyak sebelum hari persidangan. Ternyata sidangnya nggak boleh dihadiri oleh selain dosen penguji (3 orang). akhirnya aku hanya bisa melihat dri luar auditorium sambil menulis catatan ini. Padahal teman-temanku banyak yang menanyakan kapan waktu ujianku in case mereka mau hadir buat mensupport. Aduh, thanks banget guyz..!!


 

Kemarin-kemarin malah aku berpikir bahwa sidang skripsi itu adalah saat dimana kita benar-benar mati-matian mempertahankan penelitian seperti di film-film barat. Aku berencana untuk membuat presentasinya dalam format power point malah. Karena dalam pikiranku aku akan berdiri gagah di depan banyak audien dan mempresentasikan skripsiku dengan gaya seorang eksekutif menyampaikan presentasi atas idenya yang cemerlang di depan puluhan koleganya. Aku malah sudah menyiapkan gerakan-gerakan untuk menambah kesan wibawa dan elegan dalam presentasiku. Seperti memperbaiki letak kacamata (berencana pakai kaca mata), mengibaskan jas, dan menggerak-gerakkan tangan dengan ekspresif. Aku malah sudah berburu outfit yang pas ke Matahari. Dasi juga sudah siap. Bagaimanapun first impression itu sangat penting!!


 

Setelah melihat kenyataan sidang skripsi temanku yang hanya dihadiri oleh tiga penguji, aku jadi tidak terlalu rewel untuk masalah outfit. Aku beralih memantapkan materi skripsiku malah karena ketika aku kehilangan kata-kata kelak, aku tidak bisa mengalihkannya dengan geraka-gerakan penambah wibawa nan mantap yang sudah aku persiapkan itu. Aku juga berniat cari pafum yang cool karena aku bakal duduk dihadapan 3 penguji yang hanya dipisahkan oleh satu meja yang tidak lebar. Aku ingin ketika aku duduk di depan mereka, kesan yang mereka dapatkan adalah aku benar-benar laki-laki yang menyenangkan (kayak mau nge-date aja!!). Aku ingin dengan kesan pertama itu, mereka langsung berpikir buat memberiku nilai A.


 

Enaknya, aroma apa ya? Vanilla, Citrus, Sandalwood, atau Jasmine yang dipadu dengan musk? Atau Fahrenheit favoritku itu aja ya? Ini benar-benar penting karena sepuluh menit pertama orang akan melihat kepada penampilan luar. Nggak pengen kan, pertama ketemu aja orang langsung ilfil , padahal dalam diri kita menyimpan banyak hal yang luar biasa. Makanya, in this case, I agree to judge the book from it case. Pintar itu penting, tetapi kelihatan pintar lebih penting lagi. Tampan itu bagus, tetapi menarik adalah super super cool!!!


 

Berburu Parfum yuk…!!


 

Catatan Akhir Kuliah Part 2# Untitled

Cuma Ahad, 2 Agustus 09

Sejak menyerahkan Bab IV tanggal 28 kemarin yang kemudian direvisi total aku kemudian terkurung dalam kamar sendiri dan hanya ditemani oleh tumpukan draft skripsi, satu mug besar Chocochino, dan laptop. Keluar kamar hanya pas sholat dan makan siang. Wuih…benar-benar autis. Aku juga dah kasih ultimatum ke anak-anak; jangan ngobrol sama aku kalau nggak penting. Dua hari hanya tidur sekitar 3 jam per harinya membuat efek yang luar biasa: aku terserang flue berat dan demam yang membuat kepala rasanya berat banget. Apalagi ditambah harus mengerjakan Bab IV dan revisisiannya itu.


 

Berhubung aku sudah membuat hanya satu pilihan "ujian sekarang dan lulus" penyakit itu kalah. Dengan doping aneka macam makanan, susu segar, jus jeruk dan yang pasti STMJ Nabila yang ma nyus banget itu aku bisa bertahan nggak tidur dan menyelesaikan skripsi.


 

Beruntung banget aku karena dosen pembimbingku yang sekaligus ketua jurusan itu berbaik hati mengundangku datang ke rumahnya untuk membahas Bab IV. Hari minggu pula. Makanya dari kemarin aku cerita terus kalau ke teman-teman kalau dosen pembimbingkku itu baik baget.


 

Sore-sore sepulang dari ambil pas foto dari studio aku berencna langsung ke rumah dosen pebimbing. Di tengah jalan, ada sms masuk "better tomorrow at 9. Wadduh….dosennya nggak bisa ketemu sekarang. Pdahal besok hari terakhir pendaftaran. Ya udah lah, aku nyiapin persyaratan dan ngecek lagi kelengkapan skripsi aja. Sekalian bisa nonton coffe prince n' BBF lah ntar malam. Duh, mudah-mudahan nggak banyak yang direvisi.


 

Senin, 3 Agustus 09

Pagi-pagi masih flue berat, ngecek lagi skripsi. Edit-edit lagi. Tapi tentu saja hanya itu yang bisa aku lakukan. Bab IV nya belum pasti. Diapprove nggak ya? Sambil nunggu jam 9, aku masak sop jamur buat sarapan. Yummy bgt….! Tapi agak bête juga, belum berani ngopi. Flue itu ngundang batuk juga buat sama-sama berpesta di tubuhku. Padahal kan my day wouldn't complete without a cup of morning coffee…

Jam 9 ke kampus nunggu my advisor. Beliau baru datang jam 10.30. masuk ke ruangan jurusan, aku mulai ngitung-ngitung.

Kalau sekarang masih nunggu approve, masih cukup nggak ya, waktu buat bayar uang ujian ke Bank, Print semua dari Bab awal sampai akhir plus appendices yg berjibun. Belum lagi kalau harus revisi.


 

Dan ternyata benar! Bukan revisi sih, aku Cuma harus nambah satu sub-bab lagi. Begitu selesai berdiskusi dikit, aku langsung lari ke parkiran dan memacu motor pulang. Langsung konsentrasi di depan laptop. Dan rasanya otak mudah banget diajak kompromi kali ini. Semuanya mengalir. Kayak lagi nulis blog. Apa karena itu mudah atau karena aku yang ngawur nulisnya. Dan pas adzan dhuhur satu sub bab yang diminta , selesai sudah.


 

Langsung lari ke rental buat ngeprint semuanya. Jam 12. 45. 45 menit kemudian ngeprint kelar. Tinggal minta approve. Satu jam lagi kantor fakultas bakal tutup. Foto copy skripsi lima exemplar belum, bayar SPP belum. Ternyata my advisor masih rapat. Daripada nunggu, aku mutusin buat foto copy skripsi dulu. Sambil nunggu foto cpy kelar, aku ke Bank buat bayar registrasi ujian.


 

Oh God…!!! Antrian di Bank yang di kampus panjang banget. Aku lupa, kalau ini musim bayar SPP. Bukan hanya satu kampus, tapi hampir semua kampus di Malang yang bejibun banyaknya itu megharuskan mahasiswanya buat registrasi sekarang. Belum lagi registrasi mahasiswa baru. Dengan cepat aku memacu motor ke Bank di kampus sebelah. Lebih parah ternyata. Sampai Bank mendirikan terof di luar karena ruangan nggak mampu menampung mahasiswa.


 

Ah, masih ada bank di kota. Kantor pusat. Aku benar-benar ngebut memacu motorku ke kota. Buyi kampas rem yang sudah aus nggak aku pedulikan lagi. Satu menit rasanya sangat berharga. Jam 2.20 sampai di depan resepsionis bank. Dan aku sangat lega. Kelihatannya sepi. Ngambil nomor antrian kemudian melongok ke dalam. Ampun….! Ternyata penuh. Mahasiswa semua lagi. Kulirik nomor antrianku. Nomer 722, sedangkan sekarang baru giliran antrian 659. Tanpa berpikir panjang aku melesat keluar dan langsung memacu motor kembali ke kampus. Lebih baik minta Approval dulu. Rencananya, mau minta dispensasi buat bayar besok saja. Mudah-mudahan bisa.


 

Sampai di kampus, 5 exemplar skripsi sudah kelar dicopy. Aku berlari dari tempat foto copy ke kampus. Pake motor malahn bikin makin lama. Jalanan depan kampus macet banget. Sampai di fakultas, my advisor belum keluar dari ruang rapat. Gelisah aku mondar-mandir sambil meneteng setumpuk skripsi.

Akhirnya my advisor kelar juga rapatnya. Tanpa ba bi bu, lembar approvalku langsung ditanda tangani. Sekarang, tinggal ngomong ke orang fakultas minta dispensasi buat byar besok. Staf fakultas sudah mulai kemas-kemas.

Lucky me, ternyata bayarnya bisa besok. Dan ternyata banyak banget yang medaftar dulu dan skripsinya nyusul besok. Untung banget ada teman yang jadi staf di fakultas ngebantuin proses pendaftaran karena semua berkasku masih acak-acakan. Hffhhh…akhirnya selesai juga!!


 

Tapi begitu keluar dari fakultas, aku kembali panic. Kunci motorku nggak ada. Acak-acak tas. Rogoh-rogoh kantong, tetap nggak ketemu. Ngecek ke fakultas dan jurusan juga nggak ketemu. Cepat aku berlari ke tempat foto copy, siapa tahu kuncinya masih nancap di motor. Nggak ada juga. Alu kembali ke fakultas dan ngecek ulang di kajur. Tetap nggak ada.

Akhirnya aku pasrah, toh masih ada serepnya di rumah. Yang penting sudah daftar ujian. Dngan langkah gonti aku berjalan ke depan kampus buat nunggu angkot. Langkah rasanya ringan banget. Mulut nggak berhenti tersenyum.


 

Dengan santai aku duduk menunggu angkot yang nggak kunjung lewat. Pas raba-raba pinggang, tanganku merasakan ada sesuatu yang kasar.

Ya ampun…ternyata kunci motor itu terselip di ikat pinggang.

Tapi thanks ya Ir, sudah bantuin nyari kunci motorku. Ternyata keselip. Jadi malu sama orang-orang fakultasJ . thanks juga karena sudah bantuin proses pendaftaran…..