Sunday, August 23, 2009

Kata Mereka

Dulu saya sempat bingung ketika seorang teman bilang kalau saya harus berdamai dengan diri sendiri dan berdamai dengan kenyataan. Katanya saya akan tetap stuck di posisi saya waktu itu kalau saya tidak berdamai dengan diri saya sendiri. Saya bingung karena saya tidak pernah merasa "bertengkar" dengan diri saya sendiri. Wong itu diri saya sendiri yang saya cintai kok. Bagaimana mungkin saya bisa membenci dan bertengkar dengannya? Iya sih, saya sempat iri juga kenapa saya tidak seganteng Justin Timberlake atau tidak sekaya Mark Jugenberk yang membuat situs jaringan sosial yang membernya saat ini cukup untuk membuat sebuah Negara besar. Saya juga sempat iri kenapa suara saya tidak sebagus Aki Alexa atau Samy Kerispatih (sebenarnya mau bilang Josh Groban. Tapi saya takut itu ketinggian). Tapi toh, saya tidak pernah membenci diri saya karena saya tidak bis seperti mereka.


 

Kali lain, teman saya pernah berkata kalau saya suka mengasihani diri sendiri. Dia bilang itu akan membuat saya menjadi "tidak tegar". Sejujurnya saya sama sekali tidak setuju dengan apa yang dkatakannya itu. Tapi saya mendiamkannya. Sekali-sekali mendengarkan apa yang dikatakan orang lain nggak ada ruginya. Begitu pikiran saya waktu itu. Toh, terkadang manusia nggak sadar dengan apa yang terjadi padanya kalau tidak diingatkan oleh mausia lainnya.


 

Seorang teman yang lain juga pernah mengirim comment ke salah satu catatan iseng saya di blog. Dia bilang saya terlalu terpaku pada masa lalu hanya karena saya suka mengaitkan tulisan saya dengan cerita-cerita masa lalu saya. Adakah yang salah dengan mengenang masa lalu yang menurut saya indah?


 

Beberapa orang kawan mengajukan pendapat yang lain tentang diri saya. "kamu itu suka menjaga jarak engan orang lain". Begitu katanya. Dia bilang begitu hanya karena saya tidak sering berkumpul dan jalan bareng dengan mereka. Jujur, saya suka risih dengan jalan ramai-ramai. Rasanya seperti anak-anak remaja. Kalau sekali-sekali sih nggak masalah. Saya juga suka nggak nyaman duduk mengobrol tentang hal-hal yang menurut saya nggak penting. Saya suka jalan sendiri karena saya bisa kemanapun yang saya suka. Tidak ada yang mengeluh capek, tidak perlu malu karena kenorakan orang lain yang dikaitkan dengan saya karena saya jalan bareng dengan dia.


 

Lama-lama saya merasa terintimidasi. Semakin kesini, saya merasa melakukan sesuatu hanya untuk menyenangkan hati orang lain. Well, saya suka menyenangkan hati dan menjga perasaan orang lain. Tapi, saya juga berharap orang lain menyenangkan hati saya seperti yang saya lakukan terhadap dia. Yah, seperti law of attraction, ketika saya menebarkan hal positif, saya juga ingin hal yang positif pula yang datang kepada saya. Kalau Cuma enak di dia, rugi banget saya! Situ ratu???


 

Akhirnya karena menghargai diri saya sendiri, saya mulai setia kepada nurani saya. Ketika seseorang mengatakan begini begitu, saya akan angsung menanyakan kepada nurani saya. Benar begitu nggak sih? Penting nggak sih ngedengarin dia. Tapi pengecualian ketika orang ngomong begini:

"Kamu ganteng deh"

"Kamu kok baik sekali sih"

"igh, baru lihat ada cowok sebaik kamu"

I wish everyone would say it to me. Hahaha….!


 

Akhirnya karena saya sayang sama diri saya sendiri, saya mulai belajar "mengabaiakan" perasaan dan kesenangan orang lain jika harus mengorbankan perasaan sendiri. Well, not in all cases. At least, I try not to make myself as victim. Aku nggak ingin di akhirnya nanti menangis darah sambil menyanyikan

"mengapa harus aku yang mengalah……"


 


 

Wednesday, August 19, 2009

BBF, Simbol, dan Cinta

Kemarin sore aku masih sempat nonton Boys Before Flower, drama korea yang ketika awal nonton aku nggak tahu judulnya. Dulu sempat direcomend oleh seorang
Abang yang lagi kuliah di Jepang. Sempat penasaran sih, tapi nggak kesampaian terus nyewa VCD nya. Nah, ketika aku sedang strick banget nulis skripsi, aku iseng-iseng nonton tengah malam buat selingan. Pindah-pindah channel dan tertarik ketika melihat ada drama korea yang aku baru tahu setelah tiga kali nonton kalau itu Boys Before Flowers.


 

Episode kemarin sore berceita tentang Junpyo, lelaki super dingin yang sulit mengungkapkan cintanya dengan wajar, memberikan kalung kepada Jandi gadis yang sangat dicintainya tapi sering berantem karena ekspresi cinta Junpyo yang sering menyakitkan Jandi. Kalung itu adalah kaung yang tidak ada duanya di dunia karena didesain sendiri oleh Junpyo. Dia memberikan kalung itu di lobby hotel dengan latar belakang lampu kota yang sangat indah. Kalung itu ditaruhnya di kantong jaket yang dia pakaikan ke Jandi untuk menahan udara musim dingin yang sangat menusuk. Setelah itu jeng Di dimintanya untuk memasukkan tangannya ke kantong jaket biar tidak kedinginan. Junpyo, merasakan ada benda di katong jaket itu dan mengeluarkannya. Dengan keluguan seperti biasanya, Jandi berkata


 

"aku tahu kadang-kadang seleramu suka aneh. Tapi untuk apa kamu mengoleksi kalung ini. Ini kan untuk perempauan?

"Gadis bodoh!! Itu buatmu. Kau pakai ya? Itu kalung yang sangat mahal dan tidak ada duanya di dunia ini.

"tidak ada duanya?

"iya, itu aku desain sendiri. Kamu harus tetap memakainya dan jangan kau hilangkan lagi. Awas..!!


 

Nyatanya kalung itu hilang keesokan harinya ketika Jandi main ski. Sebenarnya bukan hilang sih, tetapi diambil oleh Ginger dan komplotan gadis yang iri akan kedekatan jung did an Junpyo yang kaya raya dan selebritis di sekolah itu. Gadis-gadis itu pura-pura menolong Jandi yang terjatuh ketikabermain ski dan tanpa disadari oleh Jandi salah seorang dari mereka merenggut kalung itu dari lehernya. Jandi baru menyadarinya ketika sahabatnya menanyakan kalung itu ketika mereka makan malam di hotel.


 

Ginger dan komplotannyamemprovokasi Junpyo dengan mengatakan kalau Jandi sengaja meninggalkan kalung itu di hutan dkat tempat main ski karena di tidak benar-benar cinta pada gu Jong Pio.


 

Sebenarnya Gu Jong Pio tidak termakan oleh omongan gadis-gadis itu. Tapi ia marah juga pada Jung di yang dianggapnya tidak meghargai pemberiannya. Ia mendatangi ung Di di kamar yang sedang panic mencari kalung itu. Ia marah besar walaupun Jandi sudah meminta maaf dan menjelaskan semuanya.


 

Ginger dan komplotannya berpura-pura prihatin atas kehilangan kalung Jandi dan memberitahu kalau ada karyawan tempat bermain ski yang menemukan kalung itu. Jung di nekat menembus hamparan salju yang luas untuk menemui karyawan hotel yang dikataka oleh Ginger dan komplotannya tadi.


 

Berjalan di tengah salju pada malam hari tentu saja bukan ide yang bagus. Jandi pingsan di tengah hamparan salju karena dingin yang begitu mendera. Untunglah Junpyo yangtidak menemukan Jandi di kamarnya, mencari ke tengah hamparan salju dan menemukan gads yang begitu dicintainya terkapar dengan wajah pucat dan bibir membiru di tengah hujan salju yang terus turun.

***


 

Sebenarnya aku bukan ingin menulis sinopsis drama ini. Setelah mendengar dialog ketika Junpyo memberikan kalung kepada Jandi aku jadi tercenung. Begitu banyak orang yang "menaruh" cintanya pada simbol. Banyak yang menganggap pasangannya tidak cinta, nggak setia ketika simbol itu tidak ada pada pasangan mereka. Cincin, kalung, gelang atau apalah namanya. Semakin mahal dan berharga sebuah simbol semakin besar cintanya. Begitukah?


 

Apalah artinya sebuah simbol ketika pada praktiknya bukan praktek cinta?

Simbol itu penting tapi rasanya sebuah simbol terlalu kecil untuk menampung cinta ketika seseorang benar-benar cinta. Bahkan cincin kawin yang katanya simbol ikatan sehidup semati pun bisa dijual buat beli beras. Cincin kawin harus menjadi korban untuk bukti cinta yang lebih besar; memberi makan orangorang yang dicintai.


 

Aku pernah punya pengalaman unik dengan simbol. Dulu aku suka memakai cincin di jari manis sebelah kiri. Sampai suatu hari ketika sedang asyik bermain di pantai bersama dengan seorang teman bule dia reflek betanya.

"Are you married?

"No. I'm definetely single!

"But why you are wearing the ring?

"Oh, it's only an accesoris! I love to see the rig on my finger!


 

Aku pikir waktu itu mengidentifikasi satus seseorang dengan cincin yang dkenakannya sudah nggak zaman lagi. Tapi ternyata, simbol itu masih berlaku buat temanku itu. Orang bule pula.

Ketika makan siang dia bertanya dengan ekspresi terkejut sambil menunjuk ke arah jari-jariku.

"Where is you ring?

Aku pura-pura terkejut. Dan membolak-balikkan telapak tanganku. Lalu dengan enteng aku menjawab.

"I think It's scattered when we was swimming"

"Let's find it"

"Take it easy. It's just a cheap ring. I can buy another one"

Padahal cincin itu sudah aku kantongi setelah dia mengira aku "married" tadi. Hoho…bisa turun pasaran aku!!


 

PS:

Aku sudah nonton Boys Before Flowers Episode 9-20. Ada yang punya 1-8 dan Episode 20 dan seterusnya ggak?

Thursday, August 13, 2009

Catatan Akhir Kuliah Part 4#Finally…!

Sebelumnya, Maf, kalau englishx buruk, jangan ditegur di situ ya. Hohoho…secara aku kan belum SSJ. Kalau mau ngoreksi lewat message ajahJ

Akirnya, terlewatkan sudah moment yang yang ditunggu-tunggu. Setelah memastikan kalau dasi yang kupakai sudah matching dengan outfit dan parfum yang aku pakai wanginya pas, aku melangkah mantap memasuki ruang siding skripsi. Satu jam ke depan menentukan semua hasil kerja keras focus dengan skripsi selama satu setengah bulan terakhir.


 

Berdo'a sudah. Pasang senyum lima jari selalu. Aroma parfum sudah oke, sudah dites ke beberapa orang. Dasi matching. Sekarang tinggal prsentasi dan siap-siap menjawab semua pertanyaan penguji. Untuk membat relax, tadi sempat foto-foto dulu di luar ruangan ujian. Aku sampai bawa dua kameramen sekaligus buat mengabadikan moment yang menentukan ini.


 

Hahaha….sebenarnya bukan untuk mengabadikan moment ini sih. Aku saja yang merasa sayang kalau nggak difoto padahal sudah dandan keren.


 

Sebelum duduk di depan penguji, terlebih dahulu menebar senyum lima jari memastikan kalau aku sudah member first impression yang bagus. Kemudian membuak kancing jas lalu duduk. Aku ingat, begitulah yang dilakukan oleh teman sekelas Ikal di Sorbonne dalam novel lascar pelangi.


 

Ketua penguji kemudian membuka uian dengan memeperkenalkan dua penguji lain which is udah aku kenal. Satunya Pak Langgeng dan Satu lagi Bu Galuh, advisorku yang bak banget itu. Pak Langgeng langsug menyapa terlebih dahulu.


 

"You write your thesis about Barack Obama, right? Your appearance is similar to him!

"Thank You Sir" aku menjawab sambil pasang senyum lima jari.

"Yes really. Do you have family relation with him?

Aku semakin lebar tersenyum. Hilang sudah debur di dadaku yang masih tersisa ketika pertama kali melangkah masuk ruangan tadi. Setelahnya nge-flow saja aku presentasikan skripsiku. Berbekal mind map warna-warni yang aku buat tadi pagi, mengalirlah kata-kata dari mulutku memenhi sepuluh menit kesempatan yang diberikan kepadaku.


 

Sessi pertanyaan dari penguji, dihabiskan oleh pertanyaan-pertanyaan dari Pak Langgeng selak penguji utama. Bu Rina hanya mengajukan dua pertanyaan di akhir sesi. Pak Langgeng mengeksplor habishabisan kenapa aku memilih topic dan objek ini untuk skripsiku.


 

"Is the reason you choose Obama as your object because he is our idol?

Aku tersenyum dan menjawab tidak kemudian mejelaskan alas an-alasanku. Setelahnya semua Chapter ditanyakannya. Beruntung juga aku revisi berkali-kali. Karena sering revisi aku jadi tahu benar harus menjawab apa. Tapi cara Pak Langgeng menguji benar-benar menyenangkan. Kayak interview. Ketika orang fakultas masuk membawa mainuman dan snack buat penguji, Pak LAnggeg engan santai bilang begini.


 

"We are interviewing Obama right now"

Aku tersenyum dan menganggap itu do'a. Kalau bisa haus lebih dari Obama dong!

Mudah-mudahan lacarnya ujian menjadi pertanda baik buat nilaiku nanti. Kita lihat sajaJ

Thanks buat Bro Ridho n' Bro Tata yang sudah rela jadi fotografer. Juga buat Bro Tio yang sudah jai pengawal. Nggak sia-sia antum gabung MENWA BroJ

Catatan Akhir Kuliah Part 3# Pintar, Kelihatan Pintar, dan Sidang Skripsi

Aku berniat menghadiri sidang skripsi seorag teman ketika menulis catatan ini. Aku pikir sidangnya terbuka, jadi aku bias ikut masuk dan melihat bagaimana sih siding skripsi yang kata-teman-teman bisa membuat makan nggak enak dan tidur tidak nyenyak sebelum hari persidangan. Ternyata sidangnya nggak boleh dihadiri oleh selain dosen penguji (3 orang). akhirnya aku hanya bisa melihat dri luar auditorium sambil menulis catatan ini. Padahal teman-temanku banyak yang menanyakan kapan waktu ujianku in case mereka mau hadir buat mensupport. Aduh, thanks banget guyz..!!


 

Kemarin-kemarin malah aku berpikir bahwa sidang skripsi itu adalah saat dimana kita benar-benar mati-matian mempertahankan penelitian seperti di film-film barat. Aku berencana untuk membuat presentasinya dalam format power point malah. Karena dalam pikiranku aku akan berdiri gagah di depan banyak audien dan mempresentasikan skripsiku dengan gaya seorang eksekutif menyampaikan presentasi atas idenya yang cemerlang di depan puluhan koleganya. Aku malah sudah menyiapkan gerakan-gerakan untuk menambah kesan wibawa dan elegan dalam presentasiku. Seperti memperbaiki letak kacamata (berencana pakai kaca mata), mengibaskan jas, dan menggerak-gerakkan tangan dengan ekspresif. Aku malah sudah berburu outfit yang pas ke Matahari. Dasi juga sudah siap. Bagaimanapun first impression itu sangat penting!!


 

Setelah melihat kenyataan sidang skripsi temanku yang hanya dihadiri oleh tiga penguji, aku jadi tidak terlalu rewel untuk masalah outfit. Aku beralih memantapkan materi skripsiku malah karena ketika aku kehilangan kata-kata kelak, aku tidak bisa mengalihkannya dengan geraka-gerakan penambah wibawa nan mantap yang sudah aku persiapkan itu. Aku juga berniat cari pafum yang cool karena aku bakal duduk dihadapan 3 penguji yang hanya dipisahkan oleh satu meja yang tidak lebar. Aku ingin ketika aku duduk di depan mereka, kesan yang mereka dapatkan adalah aku benar-benar laki-laki yang menyenangkan (kayak mau nge-date aja!!). Aku ingin dengan kesan pertama itu, mereka langsung berpikir buat memberiku nilai A.


 

Enaknya, aroma apa ya? Vanilla, Citrus, Sandalwood, atau Jasmine yang dipadu dengan musk? Atau Fahrenheit favoritku itu aja ya? Ini benar-benar penting karena sepuluh menit pertama orang akan melihat kepada penampilan luar. Nggak pengen kan, pertama ketemu aja orang langsung ilfil , padahal dalam diri kita menyimpan banyak hal yang luar biasa. Makanya, in this case, I agree to judge the book from it case. Pintar itu penting, tetapi kelihatan pintar lebih penting lagi. Tampan itu bagus, tetapi menarik adalah super super cool!!!


 

Berburu Parfum yuk…!!


 

Catatan Akhir Kuliah Part 2# Untitled

Cuma Ahad, 2 Agustus 09

Sejak menyerahkan Bab IV tanggal 28 kemarin yang kemudian direvisi total aku kemudian terkurung dalam kamar sendiri dan hanya ditemani oleh tumpukan draft skripsi, satu mug besar Chocochino, dan laptop. Keluar kamar hanya pas sholat dan makan siang. Wuih…benar-benar autis. Aku juga dah kasih ultimatum ke anak-anak; jangan ngobrol sama aku kalau nggak penting. Dua hari hanya tidur sekitar 3 jam per harinya membuat efek yang luar biasa: aku terserang flue berat dan demam yang membuat kepala rasanya berat banget. Apalagi ditambah harus mengerjakan Bab IV dan revisisiannya itu.


 

Berhubung aku sudah membuat hanya satu pilihan "ujian sekarang dan lulus" penyakit itu kalah. Dengan doping aneka macam makanan, susu segar, jus jeruk dan yang pasti STMJ Nabila yang ma nyus banget itu aku bisa bertahan nggak tidur dan menyelesaikan skripsi.


 

Beruntung banget aku karena dosen pembimbingku yang sekaligus ketua jurusan itu berbaik hati mengundangku datang ke rumahnya untuk membahas Bab IV. Hari minggu pula. Makanya dari kemarin aku cerita terus kalau ke teman-teman kalau dosen pembimbingkku itu baik baget.


 

Sore-sore sepulang dari ambil pas foto dari studio aku berencna langsung ke rumah dosen pebimbing. Di tengah jalan, ada sms masuk "better tomorrow at 9. Wadduh….dosennya nggak bisa ketemu sekarang. Pdahal besok hari terakhir pendaftaran. Ya udah lah, aku nyiapin persyaratan dan ngecek lagi kelengkapan skripsi aja. Sekalian bisa nonton coffe prince n' BBF lah ntar malam. Duh, mudah-mudahan nggak banyak yang direvisi.


 

Senin, 3 Agustus 09

Pagi-pagi masih flue berat, ngecek lagi skripsi. Edit-edit lagi. Tapi tentu saja hanya itu yang bisa aku lakukan. Bab IV nya belum pasti. Diapprove nggak ya? Sambil nunggu jam 9, aku masak sop jamur buat sarapan. Yummy bgt….! Tapi agak bĂȘte juga, belum berani ngopi. Flue itu ngundang batuk juga buat sama-sama berpesta di tubuhku. Padahal kan my day wouldn't complete without a cup of morning coffee…

Jam 9 ke kampus nunggu my advisor. Beliau baru datang jam 10.30. masuk ke ruangan jurusan, aku mulai ngitung-ngitung.

Kalau sekarang masih nunggu approve, masih cukup nggak ya, waktu buat bayar uang ujian ke Bank, Print semua dari Bab awal sampai akhir plus appendices yg berjibun. Belum lagi kalau harus revisi.


 

Dan ternyata benar! Bukan revisi sih, aku Cuma harus nambah satu sub-bab lagi. Begitu selesai berdiskusi dikit, aku langsung lari ke parkiran dan memacu motor pulang. Langsung konsentrasi di depan laptop. Dan rasanya otak mudah banget diajak kompromi kali ini. Semuanya mengalir. Kayak lagi nulis blog. Apa karena itu mudah atau karena aku yang ngawur nulisnya. Dan pas adzan dhuhur satu sub bab yang diminta , selesai sudah.


 

Langsung lari ke rental buat ngeprint semuanya. Jam 12. 45. 45 menit kemudian ngeprint kelar. Tinggal minta approve. Satu jam lagi kantor fakultas bakal tutup. Foto copy skripsi lima exemplar belum, bayar SPP belum. Ternyata my advisor masih rapat. Daripada nunggu, aku mutusin buat foto copy skripsi dulu. Sambil nunggu foto cpy kelar, aku ke Bank buat bayar registrasi ujian.


 

Oh God…!!! Antrian di Bank yang di kampus panjang banget. Aku lupa, kalau ini musim bayar SPP. Bukan hanya satu kampus, tapi hampir semua kampus di Malang yang bejibun banyaknya itu megharuskan mahasiswanya buat registrasi sekarang. Belum lagi registrasi mahasiswa baru. Dengan cepat aku memacu motor ke Bank di kampus sebelah. Lebih parah ternyata. Sampai Bank mendirikan terof di luar karena ruangan nggak mampu menampung mahasiswa.


 

Ah, masih ada bank di kota. Kantor pusat. Aku benar-benar ngebut memacu motorku ke kota. Buyi kampas rem yang sudah aus nggak aku pedulikan lagi. Satu menit rasanya sangat berharga. Jam 2.20 sampai di depan resepsionis bank. Dan aku sangat lega. Kelihatannya sepi. Ngambil nomor antrian kemudian melongok ke dalam. Ampun….! Ternyata penuh. Mahasiswa semua lagi. Kulirik nomor antrianku. Nomer 722, sedangkan sekarang baru giliran antrian 659. Tanpa berpikir panjang aku melesat keluar dan langsung memacu motor kembali ke kampus. Lebih baik minta Approval dulu. Rencananya, mau minta dispensasi buat bayar besok saja. Mudah-mudahan bisa.


 

Sampai di kampus, 5 exemplar skripsi sudah kelar dicopy. Aku berlari dari tempat foto copy ke kampus. Pake motor malahn bikin makin lama. Jalanan depan kampus macet banget. Sampai di fakultas, my advisor belum keluar dari ruang rapat. Gelisah aku mondar-mandir sambil meneteng setumpuk skripsi.

Akhirnya my advisor kelar juga rapatnya. Tanpa ba bi bu, lembar approvalku langsung ditanda tangani. Sekarang, tinggal ngomong ke orang fakultas minta dispensasi buat byar besok. Staf fakultas sudah mulai kemas-kemas.

Lucky me, ternyata bayarnya bisa besok. Dan ternyata banyak banget yang medaftar dulu dan skripsinya nyusul besok. Untung banget ada teman yang jadi staf di fakultas ngebantuin proses pendaftaran karena semua berkasku masih acak-acakan. Hffhhh…akhirnya selesai juga!!


 

Tapi begitu keluar dari fakultas, aku kembali panic. Kunci motorku nggak ada. Acak-acak tas. Rogoh-rogoh kantong, tetap nggak ketemu. Ngecek ke fakultas dan jurusan juga nggak ketemu. Cepat aku berlari ke tempat foto copy, siapa tahu kuncinya masih nancap di motor. Nggak ada juga. Alu kembali ke fakultas dan ngecek ulang di kajur. Tetap nggak ada.

Akhirnya aku pasrah, toh masih ada serepnya di rumah. Yang penting sudah daftar ujian. Dngan langkah gonti aku berjalan ke depan kampus buat nunggu angkot. Langkah rasanya ringan banget. Mulut nggak berhenti tersenyum.


 

Dengan santai aku duduk menunggu angkot yang nggak kunjung lewat. Pas raba-raba pinggang, tanganku merasakan ada sesuatu yang kasar.

Ya ampun…ternyata kunci motor itu terselip di ikat pinggang.

Tapi thanks ya Ir, sudah bantuin nyari kunci motorku. Ternyata keselip. Jadi malu sama orang-orang fakultasJ . thanks juga karena sudah bantuin proses pendaftaran…..


 


 

Tuesday, August 11, 2009

Catatan Akhir Kuliah part#1: The Best "Satpam" in the World

Ahirnya sampai juga ke ujung yang aku harus lewati sebagai mahasiswa S1. belum ujung-ujung amat sih. tapi 99,999999% lah. tinggal menunggu penentuan setelah menmbuktikan kalau ak pantas menjadi sarjana di depan para penguji bulan depan. jadi, bolehlah aku bilang kalau aku sudh sampai ke ujung. hitung-hitung motivasi buat diri sendiri.


 

Jangan tanya berapa tahun aku mengakhirinya.tidak cepat dan juga tidak lama. jadi, berapa? ini bukan soal hitungan hari, jadi aku tidak mau meng-angka-kannya. Pengalaman selama kuliah itu lah yang tidak bias dihargai dengan angka-angka.


 

Sudah lama aku ingin menulis tentang bagaimana aku melewati masa kuliah yang amat "menyenangkan" ini (biar dibilang bersyukur, padahal sih....)


 

Salah satunya tentang satpam atau sebutan kerenya s e k u r i t i (padahal sih sama saja).

Ketika pertama masuk kuliah hal yang paling membuat aku tidak betah adalah perpustakaan yang seadanya (sekarang sih udah keren banget), pelayanan di BAK (nggak ada ramah-ramahnya. kayaknya yang direkrut untuk jadi pegawai BAK itu yang judes-judes!sampai sekarang masih tuh), dan Satpam (idem dengan BAK).


 

Dibandingkan dengan satpam di kampus lain, satpam UIn memang jauh banget. satpam UMM misalnya, mereka selalu menyapa dengan ramah dan menempatkan dirinya sebagai pelayan civitas akademika. nah, di kampusku tercinta ini, satpamnya berlagak bos. walaupun aku sudah pasang senyum lima jari, tetap aja nggak ada rama-ramahnya. sering sih, kirim sms protes ke pak rektor dan dibalas. tapi tetap aja...!


 

Tapi itu dulu...

Sebelum dua satpam baru itu bergabung menjadi 'Guardian Angel' di kampus. mereka kemudian menjadi penjaga gerbang yang selalu ramah dan mengumbar senyum. tapi yang paling keren yang satunya. dan baru tahu belakangan ini kalau namanya Ferry. Mas Ferry! padahal dari dulu tag nama itu terpasang di dadanya,tapi aku nggak notice.


 

Nah karena mas Ferry ini lah au kemudian menaikkan grade penilaiankua atas satpam kampus. Mas Ferry ini pribadinya sangat menyenangkan. walaupun aku nggak kenal dekat, tapi dari pembawaannya yang selalu tesenyum dengan muka berseri-seri, itu tidak diragukan lagi. dia selalu tersenyum lima jari kayak aku:)


 

Begitu aku mau melewati gerbang tempat dia berjaga, biasanya dia langsung mengucap salam dan memsang senyum lima jarinya itu. baru kemudian mengecek STNK. setelah selesai, biasanya aku membalas memberikan senyum lima jari dan mengucap terima kasih. Nah, dia pasti akan bilang "sama-sama mas, hati-hati di jalan". dengan tetap tersenyum.

Aduh..sekuriti BCA kalah jauh lah sama Mas ferry ini. Apalagi sama front office rektorat yang belagu dan judes banget itu.

Menurutku sih, Mas Ferry ini cocoknya jadi customer service atau manajer marketing sekalian di perusahaan bonafide. Benar-benar pelayanan dari hati.

Aku jadi curiga, jangan-jangan dia alumni "Mr. Indonesia" dan dididik khusus kepribadian sama ibu Mooryati Sudibyo, atau Marta Tilaar.

Nah, mas ferry ini cukup membuat aku bertahan buat betah kuliah di kampus ini. Aku pun bela-belain keluar dari kampus melalui gerbang yang dijaga sama Mas ferry. Kalau dia jaga di gerbang depan, aku ikut keluar lewat gerbang depan. Pas lagi jaga di gerbang belakang, aku bela-belain keluar lewat gerbang belakang juga.

Seorang teman ketika membaca catatan ini di FB berkomentar begini:

    "Wah! Kayaknya Banyak Fans tu satpam, gimana kalo bikin Satpam idol aja, kayaknya nice to meet you..!!hehehe!

Oke, sedikit cerita tentang Satpam di UB.

kalo di UIn (untuk maksud penulisan UIn baca post pertama) ada mas ferry si bawang putih (sebut saja demikian), kayaknya bawang merahnya semua ngumpul di UB, semua satpamnya sok berkuasa, sok penting (sebenarnya emang penting sih) dan sok2 lainya (maaf kalo jadi ngomongin orang, kebawa suasana ne), kalo mas ferry selalu dengan senyum 5 jarinya, satpam UB gak mau kalah selalu dengan senyum -5 jarinya (bisa kalian bayangkan sendiri), walau tampang msih lulusan SMA tapi wuh gayanya bok udah kayak lulusan penjara!!. Believe it or not, untuk membuktikan Silahkan saja bertandang ke universitas yang kemarin juara umum PIMNAS XXII (promosi dikit) jika ingin membuktikan gimana si bawang merah bekerja"

Kayaknya itu ide yang oke juga, Satpam Kampus of The Year. Tapi jangan aku yang jadi jurinya karena jelas I"ll vote for Mas Ferry!!


 

Kalian pada tahu kan siapa Mas Ferry? Cerita dong gimana kesan kalian sama dia...!