Sunday, February 24, 2013

Menikmati Jogja 1# Nyasar di Babarsari

Jiwa muda saya cukup terusik. Apa pasal? Semua berawal Dari kesibukan saya travel bolak-balik Jogjakarta-Surabaya-Malang belakangan ini yang membuat saya lebih banyak menghabiskan akhir pekan untuk menikmati waktu di rumah daripada berada di luar. Minggu lalu misalnya, saya terpaksa memarkir motor Berhari-Hari di airport yang tentunya membuat saya harus membayar lebih untuk itu. Saya terpaksa melakukannya karena saya takut terlambat kalau harus naik taxi dan memilih ngebut sendiri ke Airport. Nah, pas kembalinya dari Surabaya saya memacu motor saya dari Airport dalam keadaan capek sekali. Gara-gara kecapekan saya nyasar ke suatu sudut kota Jogja yang belum pernah sengaja saya Explore walaupun sudah 7 bulan saya tinggal di sini, Babarsari.


Para awalnya, saya berpikir saya tersesat daerah pelosok sampai saya menemukan deretan Kafe berselang seling dengan restoran, butik dan tentu saja angkringan dan kaki lima yang menjadi ciri khas Jogjakarta. Saya langsung menobatkan ini adalah area kehidupan malam yang paling hidup di Jogjakarta. Bertepatan dengan weekend membuat suasananya sangat ramai dengan pasangan-pasangan muda. Dibandingkan dengan area keramaian lain di Jogja seperti Sagan dan jalan Parangtritis misalnya, saya lebih tertarik dengan area ini. Suasananya lebih urban tapi tengan kekhasan Jogja. Keramaiannya tidak bisa dibandingkan dengan keramaian Seminyak di Bali atau Kemang di Jakarta karena sentuhan Jogja denganpopulasi mahasiswa yang padat memberikannya suasana yang berbeda. Suasana muda yang vibrant. Satu hal lagi, bagi Anda fans tampang Indonesia timur seperti Ambon manise, Flores, Timor Leste dan Papua, di sinilah tempat Anda mencuci mata. Dan, saya adalah salah satu dari fans itu!


Selain kehebohan orang-orang, hal yang saya sukai dari daerah ini adalah lokasinya yang memanjang mengikuti selokan Mataram. Itu pulalah yang membuat saya terus saja berkendara walaupun saya tahu saya tersesat. Saya memutuskan untuk terus berkendara pelan-pelan dan tidak bertanya kepada orang bagaimana caranya keluar dari daerah ini dan sampai ke rumah. Saya berkendara pelan-pelan sambil menikmati suasana yang sepertinya sudah lama tidak saya sentuh, kehidupan malam yang menggairahkan.


Saya teringat petunjuk teman saya yang bilang kalau kamu menemukan selokan Mataram, kamu tidak akan pernah tersesat. Ke arah utara, selokan ini akan membawa kita sampai ke Gejayan dan tembus MM UGM dan kalau terus lagi, Anda akan sampai ke dekat Borubudur karena selokan ini yang di uat oleh Sultan Jogja ini berawal di sana.


Benar saja, tidak berapa lama kemudian, saya sampai di daerah yang sangat familiar bagi saya, daerah kampus UGM. Saya langsung melaju menuju ring road yang menuju arah rumah saya dengan janji saya akan menghabiskan malam Minggu di Babarsari suatu saat dalam waktu dekat. Jiwa muda saya terusik oleh keramaian tadi. Saya kembali diingatkan oleh kehidupan malam di Seminyak yang biasa saya nikmati pada episode kehidupan saya yang telah lewat.