Sunday, July 12, 2009

Mirror Mirror in The Wall…


Mirror, mirror in the Wall….!!

Berkaca menjadi bagian dari rutinitas yang tak bisa lepas dari keseharian manusia. Pagi-pagi, begitu bangun dari tidur , hal pertama yang dilakukan adalah berdiri di depan cermin sambil memasang senyum 5 jari. Sebelum berangkat beraktivitas, paling nggak dibutuhkan 10 menit untuk mematut diri di depan cermin. Tapi bagi perempuan atau laki-laki yang suka dandan bisa lebih dari itu. Di kantor atau di kampus, begitu masuk toilet kaca di wastafel tak luput dari lirikan, sekedar memastikan apakah masih kelihatan cakep atau tidak. Lewat di depan ruangan berkaca, curi-curi pandang kea rah kaca atau purapura lihat pengumuman padahal sebenarnya bayangan di kacalah yang ditatap. Lewat di parkiran, kaca spion menjadi sasaran. Pernah ada seorang teman yang ngaca di kaca mobil yang diparkir yang berakhir dengan cengar-cengir menahan malu karena ternyata di dalam mobil ada pemiliknya yang menahan tawa melihat ada orang yang dengan pede ngaca di kaca mobilnya.


 

Cermin akan memantulkan bayangan apa adanya. Kalau yang bercermin kebetulan cakep, bayangan yang muncul pasti cakep juga dong. Kalau kurang cakep (not to say ugly), yah seperti itu juga dong yang akan muncul. Seharusnya sih seperti itu.


 

Tetapi aku selalu melihat bayangan yang berbeda-beda setiap bercermin. Ketika sedang berpikiran positif, aku melihat makhluk yang super ganteng tersenyum lima jari kepadaku. Sebaliknya ketika sedang bad mood bayangan itu menjadi sangat jelek. Begitu juga ketika aku sedang merasa ganteng, yang muncul di cermin adalah cowok ganteng. Begitu juga sebaliknya ketika merasa nggak gantengJ


 

Nah, aku sangat percaya kalau ganteng dan cantik itu bisa diciptakan. It's not a destiny. It's created. Dan aku juga percaya kalau ganteng dan cantik tu relative. Yang menurut aku cantik dan ganteng belum tentu cantik dan ganteng pula menurut orang lain. Teman-temanku sampai bilang aku aneh ketika aku bilang bahwa Miss Indonesia itu nggak cantik dan yang cantik adalah Miss Papua Barat dan Miss Maluku.


 

Masih ingat kan tokoh Diva di Supernova nya Dewi Lestari? Ketika Diva menjadi juri Fashion Show anak-anak dan mengacaukannya dia bilang begini kira-kira;

"adik-adik, semua menjadi pemenang dalam lomba ini. Kalau mau cantik, nggak usah ikutan lomba kayak gini. Kakak punya resep biar cantik, bilang aku canti, aku cantik sesering mungkin dan kalian akan menjadi cantik. Nah setelah ini, kalian pulang ke rumah dan teruslah bermain. Nggak usah pake lipsik mama, nggak usah nunggu orang lain bilang kalian cantik".

Konon Sang Dulunya adalah anak yang dianggap jelek dan aneh sehingga dikucilkan oleh teman-teman pantinya.


 

Back to mirror, mirror in the wall…!

Cermin biasa hanya memantulkan bayangan dengan dimensi yang sama tidak lebih tidak kurang seperti benda di depan cermin pada saat itu. Berbeda dengan kita bercemin dengan orang-orang di sekitar kita. Mereka memantulkan bayangan dengan berbagai dimensi. Kita bisa melihat masa lalu dan atau potret diri di masa depan. Bukankah cermin seperti itu bertebaran dimana-mana. Tinggal kita mau bercermin atau tidak. Bercermin kepada orang lain tidak akan membuat kita seperti Narcisius yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri.

So, Mirror mirror in the wall….

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?