Beberapa hari yang lalu, saya bercakap-cakap dengan beberapa teman yang juga murid saya. Mereka yang awalnya datang untuk minta dibimbing untuk persiapan ujian TOEIC, berujung pada percakapan seru ngacir ngumpul kemana-mana. Niat awal terlupakan. Katanya sudah nggak mood lagi buat belajar. Sampai pada satu bagian perbincangan yang membuat saya terhenyak. Salah satu dari mereka bilang kalau hidup saya hedon. Pendapat ini diamini oleh yang lain.
Hah? Saya hedon?
Saya tidak membela diri sedikitpun dan malah menanyakan alasannya mengapa saya dibilang hedon.
Nongkrong di kafe? Owh, itu toh.
Branded things.ah, I see.
Bolak-balik ke Bali dan Jogja.
Having High end gadget.
Itulah beberapa alasan yang membuatnya mengatakan saya hedon.
Really, saya tidak pernah menginginkan kehidupan yang hedon. Malah, menurut saya, saya menghindarinya.
Cafe culture.
Entah sejak kapan saya menyenangi duduk di sofa empuk sebuah cafe dengan cangkir besar latte atau hot chocholate. Akan tetapi, saya akan nongkrong di kafe kalau memang saya punya alasan yang kuat. Misalnya, saya sedang sangat suntuk dengan tumpukan deadline pekerjaan. Maka, saya akan membawa tumpukan pekerjaan saya ke sana. Masalahnya, saya sering ditumpuk deadline sih. Saya ke cafe juga ketika saya ada pendapatan yang di luar dari biasanya. Saya juga nongkrong di sana, kalau ada tamu istimewa atau sahabat-sahabat pada sedang ngumpul. Masalahnya, sahabat saya banyak:). Dan saya juga ngafe untuk menyenangkan saudara saya yang baru datang dari kampung.
Branded things
Hahaha ha! Saya nggak branded minded kok. Lagian dompet saya nggak level untuk barang-barang branded. Saya juga masih waras untuk tidak membeli sepasang sepatu yang harganya satu semester SPP sekolah master.
Saya hanya berusaha membeli pakaian yang durable dan nyaman. Saya Juga bukan tipe orang yang menumpuk-ngumpul pakaian mengikutintrend mode. Saya hanya menyambangi Levi's store satu atau dua kali setahun. Saya berusaha untuk hidup dengan hal yang sedikit tapi berfungsi maksimal. Nah, karena pakaian saya hanya sedikit, saya membeli yang agak mahal menurut kebanyakan orang. Percaya deh, ada harga ada barang. And i buy the value.
High End Gadget
Owh tidak. Saya beli Blackberry setelah dibujuk bolak-balik oleh sahabat saya yang katanya dengan benda itu pekerjaan saya lebih maksimal. Saya juga lebih mudah dihubungi katanya. Sebelumnya, hape saya buatan China loh. Yes, everything come from China! Kalaupun saya sekarang punya 'talenan mahal', itu karena saya terkagum-kagum dengan sosok penemu dan tokoh band ini. Saya terkagum-kagum dengan 'stay hungry and stay foolish' beliau. Dan saya nabung lama untuk itu.
Travel Bolak-balik
Saya suka traveling. Sangat suka. Dan saya boleh berbahagia karena pekerjaan saya sering menyaratkan saya untuk terbang ke sana-sini. Tambahan lagi, beberapa kali belakangan ini, peta nasib membawa saya untuk sering jalan ke Bali.
But....
Sebenarnya saya ini orang yang sangat sederhana alias jauh dari kata hedon.hehehe..
Saya memilih untuk berkebun sebagai sarana pelepas penat dari pekerjaan. Murah dan produktif kan?
Jepretan sana sini pakai DLSR juga sudah cukup membuat saya senang. Nggak perlu keluar uang kan?
Makan? I Love tempeeee!
Ini adalah makanan murah meriah dengan gizi tinggi.
Intinya, saya tidak hedon kok. Saya malah sedang berusaha live with less and tri to enjoy every Single little moments. Enjoy doing everything.
Tapi...
Celetukan teman tadi juga sangat saya hargai. Saya senang malah. Artinya, saya diingatkan untuk merenungi kembali hidup yang saya jalani, is it the right way?
How's your life?
Sunday, July 8, 2012
Jogja Fashion Week 2012# Saya Dianugerahi Pengunjung Dengan Busana Terbaik!
Jogya Fashion Week 2012
Hidup ini indah karena ada banyak hal yang Bisa kita nikmati dan coba. Itu menurut saya. Sejak dulu saya selalu terobsesi dengan kamera dan catwalk. Jangan bayangkan saya ingin menjadi model. Nggak ada potongan. Saya senang melihat model-model melangkah di catwalk dalam pakaian yang wow. Keinginan saya itu akhirnya kesampaian dengan menghadiri Jogya Fashion Week 2012 untuk melihat show teman saya, Nadi Karmadi, designer muda berbakat yang kebagian show pada awal show. Kebetulan saya juga harus ke Jogya untuk mengikuti ujian lanjutana seleksi masuk sekolah Pascasarjana UGM.
Dengan datang bersama designer, saya sampai Bisa masuk ke backstage. Hehehe...saya berasa menjadi tokoh Alif di Jakarta-Paris via French Kiss, salah satu novel favorit saya yang bercerita tentang perjalanan Fashion editor dan fotografer Fashion media Fashion Indonesia ke London Fashion Week, Paris Fashion Week dan Milan Fashion Week.
Saya berasa fotografer profesional mensetting kamera saya di depan Stage, mengambil tempat di antara fotografer Fashion profesional dan media dengan kamera-kamera dan lensa yang bikin ngilerrr.
Senang, senang, senang!
Ketika Saya sedang asyik di belakang view finder kamera Saya, Dari pengeras suara terdengar nama saya dipanggil oleh MC ke atas panggung. Hugh? What's up? Saya nggak disuruh jadi model kan?
Oalahh, ternyata ada penganugerahan pengunjung dengan busana terbaik pilihan setiap designer yang show malam ini. Kok, nama saya Bisa nyantol?
Ini pasti kerjaan Nadi, designer keren yang cakep dan imut-imut itu!
Oke oke. Kapan lagi sih jalan di atas catwalk pada show besar kayak gini? Kesempatan langka ini! Ayo, busung kan dada, langkah kan kaki berjalan lurus segaris macam model keren. Kalo Bisa lebih! Hahahaha...!
Malam yang menyenangkan kali ini ditutup dengan dinner di Gudeg Sagan, Jogya bareng Nadi dan Mas Bayu.
See, Jogja boleh menyimpan sisi luka buat saya. Akan terapi kehadiran teman-teman baik dan mimpi untuk masa depan lebih baik membuat Jogja menjadi hangat. Luka tertepikan.
Sent from my new I-pad 3
Kembali ke Jogja
Mobil yang saya tumpangi sudah melewati Solo dan sekarang memasuki Jogya. Kembali perasaan itu tiba-tiba menyergap. Arrgggghh, saya tidak suka ini. I want to come here for good. For the sake of my future. Saya Sudah mulai Bisa mengikis kebencian saya akhir-akhir ini. Saya sudah mulai Bisa melihat Jogya dari sisi yang lain. Ini berkat sahabat-sahabat saya yang selalu terbuka menerima saya di rumah mereka dan berkat kampus UGM yang langsung membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Saya berusaha untuk Forgive though i cannot forget. Saya tidak mau kedatangan Saya dibayang-bayangi oleh kebencian Saya terhadap dia. Saya tengah berusaha untuk tidak living on hatred.
Kamu tabu, aku sangat senang ketika kamu menghubungiku begitu aku sampai di Jogya, menanyakan apakah aku sudah sampai atau belum. Mengucapkan selamat pagi. Sesederhana itu penyebab aku bahagia. Ah, sepertinya aku terlalu konservatif. Di saat beberapa teman tidak percaya dengan cinta, aku justru sangat percaya dan menaruhnya dalam porsi besar dalam kehidupanku. Aku bahkan bertumpu pada cinta yang aku tidak Bisa mengelus bulu alismu setiap hari.
Anyway, aku mau bersiap-siap untuk ke Jogya Fashion Week dulu. Mau jadi tim hore buat sahabat saya yang menggelar karyanya. Terima kasih telah membuat hatiku buncah pagi ini Sunshine. Love you always!
Sent from my new I-pad 3
Mau Jadi Mahasiswa Lagi
Argghhhhhhh!
Sebenarnya Saya sedang malas melakukan perjalanan saat-saat ini. Baru satu hari saya mer`sakan ketenangan kamar saya di Malang setelah perjalanan Malang-Jogja-Surabaya-Bangkalan-Surabaya-malang.
Tapi saya toh harus tetap berangkat ke Jogja malam ini. Menunggu traveling seperti selalu membosankan. Molornya Bisa sampai 2 jam!
Sejak memutuskan untuk melanjutkan pendidikan saya ke tingkat master, dan memilih UGM sebagai kampus tujuan saya, isi kantong saya terkuras buat bolak-balik Jogja. Kudu makin giat mencari duit neh, mengingat saya akan kuliah dengan biaya sendiri. Bukan mengandalkan beasiswa atau orang tua seperti teman-teman yang lain. Kelihatannya berat. Saya harus Bisa menyisihkan 8 juta rupiah hanya buat SPP saja. Itu belum termasuk buku-buku dan living cost nya. Tapi, sepertinya ini salah satu cara saya untuk kelar dari zona nyaman. Saya harus merasakan romantisme bersusah payah dan tirakat menjadi mahasiswa, walaupun Yang terlintas dalam benak saya adalah ' kalau Bisa dibuat gampang dan menyenangkan, mengapa harus sulit dan bersusah payah? Maunya sih gitu. Tapi kan saya harus siap kalau ternyata yang akan saya hadapi adalah tirakat yang susah.
Saya beruntung karena di Jogja saya punya sahabat-sahabat yang baik hatinya. Selain untuk melanjutkan tes masuk sekolah pascasarjana, keberangkatan saya kali ini adalah untuk menyaksikan show sahabat saya di perhelatan tahunan "Jogya Fashion Week". Such a talented designer.
Oke, sepertinya travel yang akan menjemput saya sudah datang. Jam menunjukkan pukul 23.30. Jogja, I'm coming!
Sent from my new I-pad 3
Subscribe to:
Posts (Atom)