Aih, menulis yang beginian di tengah keinginan untuk segera
menyelesaikan thesis itu sungguh menyebalkan. Akan tetapi kalau tidak
ditulis akan mengganggu pikiran dan bikin sebal terus menerus.
Jadi,
kan kartu ATM BRI Syariah saya hilang beserta dompet dan seabrek kartu
lain termasuk 3 biji ATM lainnya. Proses menyebalkan sudah dimulai dari
kantor polisi yang menolak membuatkan surat keterangan kehilangan untuk
saya karena menurut mereka saya berpakaian yang tidak pantas. Entah
standar dari mana yang dipakai untuk menilai pakaian yang pantas dan
tidak untuk memasuki kantor polisi itu. Dan helloww, saya sedang dalam
perjalanke gym untuk berolahraga gitu loh, you expect me to wear long
sleeve and tie?. Akan tetapi berdebat dengan orang bebal kadang-kadang
lebih baik mengalah.
Nah, urusan ATM dari Bank yang lain
diurus kelar dalam waktu tidak lebih dari satu jam dengan obrolan santai
dan tertawa-tawa dengan mbak teller yang memang sudah disetel untuk
tampil ramah dengan senyum selalu merekah itu. Saya sudah mendapatkan
ATM BNI, BCA dan UGM BNI Student card saya semuanya hanya dalam satu
hari.
Nah, berhubung karena Bank BRI Syariah letaknya agak
jauh dari kedua bank dan kampus saya tempat mengurus semua kartu ATM
tadi saya mengurus penggantian BRI Syariah saya sehari setelahnya. Dalam
perjalanan ke gym, saya mampir ke kantor BRI syariah. Believe me, kali
ini saya berpakaian dengan sangat rapi, kemeja putih bergaris-garis biru
dimasukkan. Jadi, please jangan ada lagi alasan tolol untuk menolak
melayani saya karena pakaian saya tidak memenuhi harapan mereka. Kecuali
tiba-tiba ada larangan memakai chinos warna merah sih.
Setelah
menunggu beberapa saat, seorangt teller yang sepertinya setingan senyum
teller bank mana saja pasti sama. Sapaannya juga standar membosankan
gitu kan. Sudahlah, saya sudah membalasnya dengan senyum yang tidak
kalah lebar kok. Dengan singkat saya menjelaskan bahwa saya ingin
mengganti kartu ATM saya yang hilang.
“Oh okay bapak Erik, boleh saya pinjam buku tabungan dan kartu identitasnya?
“Sure,
sure”. Saya mengeluarkan buku tabungan saya beserta passport,
satu-satunya kartu identitas yang selamat dari kehilangan tersebut.
“Pak Erik buka rekeningnya di Malang ya?
“Iyap benar mbak”
“Maaf
Bapak Erik, karena rekeningnya dibuka di Malang, maka penggantian kartu
ATM nya juga harus di cabang tempat buka, di Malang
“Wow! Saya kaget dengan suara wow yang cukup keras membuat hampir semua pengunjung menoleh kea rah saya.
“Kok bisa gitu Mbak, bukannya sistemnya sudah online ya di mana-mana?
“Iya pak, tapi untuk penggantian ATM, ATM tertelan, dan lupa nomor pin harus kembali ke cabang tempat membuka rekening”
“Mbak,
are you sure? Soalnya di dua Bank lain yang juga saya urus penggantian
kartunya, bisa diurus di kantor cabang mana saja tuh, dan selesai dalam
waktu hitungan jam”
“Iya pak Erik, tapi di bank kami tidak bisa?
“Coba anda Tanya ke manajer anda deh, atau saya mau bicara dengan manajer anda sekalian”
Dengan
tetap tersenyum yang sepertinya sangat dipaksakan, teller itu pun
berlalu dan kembali dengan seorang laki-laki yang dia akui sebagai
manajernya.
Penjelasan dari manajer itu hampir sama persis dengan penjelasan si Mbak-mbak teller.
“Jadi, Bapak Erik harus kembali ke Malang untuk mengurus penggantian kartu ATM bapak Erik”
“Gila,
lo pikir ke Malang itu sama dengan ke Prawirotaman, butuh paling tidak
dua hari pulang pergi tahu” saya membatin dengan kesal.
Saya kemudian bilang dengan keras;
“Wow,
bank ini amazing banget ya! Coba bayangkan kalau saat ini saya sedang
berada di sebuah kota di Sumatera dan saya harus terbang ke Malang hanya
untuk mengurus kartu ATM saya! Kok, bisa sih Bank di zaman modern kayak
gini segini ribetnya?
Si mbak customer service dan manajer hanya tersenyum dipaksakan dan meminta maaf.
“Kalau buka rekening baru mbak?”
“Bisa pak, bapakbutuh kartu identitas dan surat keterangan domisili di Jogjakarta”
“kalau passport saja, bisa?
“Tidak bisa pak, harus dengan surat keterangan domisili”
“Forget it! Ribet banget. Terima kasih anyway”
Saya
meninggalkan meja customer service dengan sebal. Come on, I mean dengan
sistem komunikasi yang super canggih dimana bisnis dan urusan antar
manusia tidak lagi terbatas oleh jarak masih ada ya sinstitusi keuangan
yang masih ribet begini. Menurut ngana, itu sistem informasi dibuat dan
dikembangkan terus menerus untuk apa? Padahal saya pernah membaca di
sebuah majalah keuangan kalau bank ini pernah meraih award apa gitu. Ah,
jangan-jangan award sebagai bank paling ribet.
Well, saya
belum yakin bahwa saya harus kembali ke malang hanya untuk mengganti
ATM. Setahu saya, di Bank-bank lain, kita hanya perlu ke kantor cabang
tempat membuka rekening ketika hanya kita utuh untuk menutup rekening.
Tapi saya sudah tidak tahan berdebat dengan petugas bak siang-siang
panas seperti ini. Saya hanya butuh berenang saat ini.
Sangat
disayangkan sebenarnya karena alasan saya memilih untuk mempertahankan
rekening bank yang satu ini adalah karena sistemnya yang syariah, halal.
Tapi sepertinya bank ini harus tahu kalau kata HALAL itu berdampingan
dengan THOYYIBAN. Kalau seperti ini tidak thoyyiban deh. Lagipula
kebanyakan pegawainya masih muda-muda dan cakep-cakep, secara bank baru
kan. Satpamnya aja cakep-cakep banget waktu saya buka rekening di Malang
dulu. Okay, itu tidak berhubungan sama sekali. Eits, secara marketing
sangat penting kali. Well, saya mau buka website bank ini dulu untuk
melihat policy mereka.
Bagi teman-teman nasabah BRI Syariah, sharing dong.
Jogja, 1 April 2014
No comments:
Post a Comment
Whaddaya think?