Saturday, September 26, 2015

Halal Sih, Tapi Ribet Je!

Aih, menulis yang beginian di tengah keinginan untuk segera menyelesaikan thesis itu sungguh menyebalkan. Akan tetapi kalau tidak ditulis akan mengganggu pikiran dan bikin sebal terus menerus.

Jadi, kan kartu ATM BRI Syariah saya hilang beserta dompet dan seabrek kartu lain termasuk 3 biji ATM lainnya. Proses menyebalkan sudah dimulai dari kantor polisi yang menolak membuatkan surat keterangan kehilangan untuk saya karena menurut mereka saya berpakaian yang tidak pantas. Entah standar dari mana yang dipakai untuk menilai pakaian yang pantas dan tidak untuk memasuki kantor polisi itu. Dan helloww, saya sedang dalam perjalanke gym untuk berolahraga gitu loh, you expect me to wear long sleeve and tie?. Akan tetapi berdebat dengan orang bebal kadang-kadang lebih baik mengalah.

Nah, urusan ATM dari Bank yang lain diurus kelar dalam waktu tidak lebih dari satu jam dengan obrolan santai dan tertawa-tawa dengan mbak teller yang memang sudah disetel untuk tampil ramah dengan senyum selalu merekah itu. Saya sudah mendapatkan ATM BNI, BCA dan UGM BNI Student card saya semuanya hanya dalam satu hari.

Nah, berhubung karena Bank BRI Syariah letaknya agak jauh dari kedua bank dan kampus saya tempat mengurus semua kartu ATM tadi saya mengurus penggantian BRI Syariah saya sehari setelahnya. Dalam perjalanan ke gym, saya mampir ke kantor BRI syariah. Believe me, kali ini saya berpakaian dengan sangat rapi, kemeja putih bergaris-garis biru dimasukkan. Jadi, please jangan ada lagi alasan tolol untuk menolak melayani saya karena pakaian saya tidak memenuhi harapan mereka. Kecuali tiba-tiba ada larangan memakai chinos warna merah sih.

Setelah menunggu beberapa saat, seorangt teller yang sepertinya setingan senyum teller bank mana saja pasti sama. Sapaannya juga standar membosankan gitu kan. Sudahlah, saya sudah membalasnya dengan senyum yang tidak kalah lebar kok. Dengan singkat saya menjelaskan bahwa saya ingin mengganti kartu ATM saya yang hilang.

“Oh okay bapak Erik, boleh saya pinjam buku tabungan dan kartu identitasnya?
“Sure, sure”. Saya mengeluarkan buku tabungan saya beserta passport, satu-satunya kartu identitas yang selamat dari kehilangan tersebut.
“Pak Erik buka rekeningnya di Malang ya?
“Iyap benar mbak”
“Maaf Bapak Erik, karena rekeningnya dibuka di Malang, maka penggantian kartu ATM nya juga harus di cabang tempat buka, di Malang
“Wow! Saya kaget dengan suara wow yang cukup keras membuat hampir semua pengunjung menoleh kea rah saya.
“Kok bisa gitu Mbak, bukannya sistemnya sudah online ya di mana-mana?
“Iya pak, tapi untuk penggantian ATM, ATM tertelan, dan lupa nomor pin harus kembali ke cabang tempat membuka rekening”
“Mbak, are you sure? Soalnya di dua Bank lain yang juga saya urus penggantian kartunya, bisa diurus di kantor cabang mana saja tuh, dan selesai dalam waktu hitungan jam”
“Iya pak Erik, tapi di bank kami tidak bisa?
“Coba anda Tanya ke manajer anda deh, atau saya mau bicara dengan manajer anda sekalian”
Dengan tetap tersenyum yang sepertinya sangat dipaksakan, teller itu pun berlalu dan kembali dengan seorang laki-laki yang dia akui sebagai manajernya.
Penjelasan dari manajer itu hampir sama persis dengan penjelasan si Mbak-mbak teller.
“Jadi, Bapak Erik harus kembali ke Malang untuk mengurus penggantian kartu ATM bapak Erik”
“Gila, lo pikir ke Malang itu sama dengan ke Prawirotaman, butuh paling tidak dua hari pulang pergi tahu” saya membatin dengan kesal.
Saya kemudian bilang dengan keras;
“Wow, bank ini amazing banget ya! Coba bayangkan kalau saat ini saya sedang berada di sebuah kota di Sumatera dan saya harus terbang ke Malang hanya untuk mengurus kartu ATM saya! Kok, bisa sih Bank di zaman modern kayak gini segini ribetnya?
Si mbak customer service dan manajer hanya tersenyum dipaksakan dan meminta maaf.
“Kalau buka rekening baru mbak?”
“Bisa pak, bapakbutuh kartu identitas dan surat keterangan domisili di Jogjakarta”
“kalau passport saja, bisa?
“Tidak bisa pak, harus dengan surat keterangan domisili”
“Forget it! Ribet banget. Terima kasih anyway”

Saya meninggalkan meja customer service dengan sebal. Come on, I mean dengan sistem komunikasi yang super canggih dimana bisnis dan urusan antar manusia tidak lagi terbatas oleh jarak masih ada ya sinstitusi keuangan yang masih ribet begini. Menurut ngana, itu sistem informasi dibuat dan dikembangkan terus menerus untuk apa? Padahal saya pernah membaca di sebuah majalah keuangan kalau bank ini pernah meraih award apa gitu. Ah, jangan-jangan award sebagai bank paling ribet.

Well, saya belum yakin bahwa saya harus kembali ke malang hanya untuk mengganti ATM. Setahu saya, di Bank-bank lain, kita hanya perlu ke kantor cabang tempat membuka rekening ketika hanya kita utuh untuk menutup rekening. Tapi saya sudah tidak tahan berdebat dengan petugas bak siang-siang panas seperti ini. Saya hanya butuh berenang saat ini.

Sangat disayangkan sebenarnya karena alasan saya memilih untuk mempertahankan rekening bank yang satu ini adalah karena sistemnya yang syariah, halal. Tapi sepertinya bank ini harus tahu kalau kata HALAL itu berdampingan dengan THOYYIBAN. Kalau seperti ini tidak thoyyiban deh. Lagipula kebanyakan pegawainya masih muda-muda dan cakep-cakep, secara bank baru kan. Satpamnya aja cakep-cakep banget waktu saya buka rekening di Malang dulu. Okay, itu tidak berhubungan sama sekali. Eits, secara marketing sangat penting kali. Well, saya mau buka website bank ini dulu untuk melihat policy mereka.

Bagi teman-teman nasabah BRI Syariah, sharing dong.

Jogja, 1 April 2014

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?