Sunday, October 11, 2009

Muhammad Hasan Marungka (Emka)


Selama liburan di kampung rutinitas pagi saya berubah total. Kalau biasanya saya jalan pagi-pagi sendiri dan dilanjutkan sarapan dan membaca sambil ditemani secangkir chochocino hangat, sekarang rutinitas itu nggak ada lagi.


 

Pagi-pagi stelah kelar shalat shubuh, saya harus langsung momong ponakan saya yang baru berumur sepuluh bulan. Pagi-pagi gelap begiti dia musti digendong jalan-jalan memutari pekarangan rumah kami yang luas. Dingin yang menusuk tulang, tidak membuat si Emka, panggilan ponakan saya itu berhenti merengek untuk jalan-jalan. Iya, walaupun judulnya kami tinggal di Bima, tapi desa tempat kami tinggal dinginnya minta ampun. Sampai-sampai sepanjang pagi diselimuti kabut tebal yang membuat jarak pandang tersisa hanya sepuluh meteran.


 

Keponakan saya itu paling nggak bisa diajak duduk diam. Umurnya sih baru sepuluh bulan tapi pengennya turun dan jalan ke tanah. Nnggak sabaran banget dia. Padahal merangkak saja dia baru belajar. Makanya, ketika menjejakka kaki ke lantai sambil ditegakin kakinya nggak mau diam, langsung melangkah cepat-cepat sambil tertawa terkekeh-kekeh. Ngegemasin banget pokoknya. Kalau digendong sambil duduk atau berdiri diam, dia bakalan nangis sambil mencakar-cakar muka dan menjambak kepalaorang yang menggendongnya.


 

Kegemarannya adalah memukul-mukul muka, menarik jenggot dan menjambak rambut orang yang menggendongnya plus narik-narik kuping. Makanya saya beruntung banget punya kepala cepak. Dia hanya mengacak-acak kepala saya tanpa menemukan pegangan. Tapi karena jenggot saya lumayan panjang, maka jenggotlah yang menjadi sasarannya. Kalau sudah memegang suatu benda, dia nggak akan melepaskannya dengan mudah. Makanya handphone ibunya habis dibanting dan digigit sama dia. Rambut kribo ayahnya menjadi mainan yang paling mengasyikkan buat dia. Kalau sudah melihat bola, dia akan sangat girang dan merangkak mengejar-ngejar bola yang dilemparnya sendiri. Tapi dia paling senang kalau ada yang memegang dia untuk berdiri buat nendang bola. Langsung deh, dua kakinya bergerak-gerak cepat menendang bola. Dia baru akan berhenti beraksi kalau sudah ngantuk atau haus.

Kita selalu bilang si Emka kecil yang lucu itu nggak sabaran. Belum bisa berdiri sudah pengen jalan, pengen nendang-nendang bola pula.

Aduh Emka, cepat balik dong…! Paman sudah kanget banget neh….


 

Makanya sekarang saya kangen banget sama dia. Si kecil Emka lagi menemani ibunya yang sedang sertifikasi di Mataram untuk membuktikan kalau dia benar-benar the professional teacher. Alhasil, selama lima belas hari ini rumah bakal sepi tanpa aksinya yang lucu.


 


 

2 comments:

Whaddaya think?