Tuesday, October 6, 2009

Pagi


Pagi
“Lose an hour in the morning, and you will be all day hunting for it”
-Richard Whately-

Itu kalimat yang saya kutip dari blog yang rutin saya kunjungi akhir-akhir ini. Saya sangat setuju dengan kalimat itu karena pengalaman sudah membuktikan. Suasana pagi memang menentukan suasana satu putaran hari yang kita lewati. Kalau pagi sudah suram dan tidak menyenangkan, yakin deh, satu hari bakalan suram. Oleh karena itu, pagi adalah salah satu masa dalam satu hari yang paling saya senangi selain malam. Saya selalu berusaha membuat pagi saya menyenangkan. Biasanya pada pagi hari juga saya sangat produktif. Saya bisa membaca dan menulis banyak hal pada pagi hari.

Untuk membuat pagi saya menyenangkan saya punya berapa rutinitas yang jarang saya tinggalkan. Setelah shalat shubuh, berdzikir pagi dan tilawah saya biasanya keluar rumah dan berjalan beberapa menit untuk meghirup udara segar sambil bersenandung riang. Saya melakukannya untuk menghindari godaan selimut yang amat menggiurkan. Apalagi udara di tempat saya tinggal amat sangat dingin. Kemudian saya masuk ke rumah dan membaca buku favorit saya. Setelah gelap berganti dengan remang-remang, saya akan melangkahkan kaki ke pasar yang tidak begitu jauh dari rumah tempat saya tinggal. Di dekat pasar nenek penjual lupis yang selalu dikerubuti pembeli siap menghidangkan sarapan lupisan jajanan pasar yang lain yang amat lezat. Dngan sebungkus lupisdi tangan saya melangkah pulang. Saya menikmati sarapan lupis saya dengan ditemani secangkir chochochino sambil membaca atau menonton berita pagi di televisi.

Seperti usia anak-anak, pagi adalah gold age pada lima tahun pertama usia anak manusia. Apa yang diterima pagi akan melandasi perjalanannya melingkar utuh sepanjang hari; berlari-lari bersama jarum jam yang tunduk pada waktu kronos.

Seperti mata anak-anak, matahari pagi hari bersih dan lugu. Ia belum belajar menyerang dan memberang. Ia menakjubi dunia yang mulai bergerak serta menatap kamu dan saya dengan cinta yang masih baru; meminta kita mengisinya dengan hal baik yang akan jadi pegangannya bertumbuh dewasa.

Saya akan sangat menyesal kalau sampai tertidur di pagi hari setelah shalat shubuh. Seperti ada yang hilang dari hidup saya dan meninggalkan sesuatu yang tidak nyaman yang mengganggu suasana sepanjang hari. Makanya saya sangat setuju dengan perkataan Mr. saya yang senada dengan Richard Whitely tadi. Katanya, untuk melihat kualitas hari seseorang. Lihatlah bagaiman ia melalui pagi harinya. Mungkin tidak seratus persen benar, tapi saya dan beberapa teman yang saya perhatikan membuktikannya.

Pagi adalah semangat. Ia adalah saat dimana otak masih bersih dari polusi permasalahan rutin yang membebani. Pagi adalah saat yang paling pas untuk memulai hal yang baik dalam hidup. Ia adalah waktu dimana terdengar sapaan riang penuh semangat;

“Selamat Pagi…!!!

2 comments:

  1. saya merasa full power kalau malam hari, apa ini normal?

    ReplyDelete
  2. Mbah Jiwo yang baik (gaya bung aznen n' bu kar d majalah femina, itu sangat normal buat anda. malahan harus powerfull...
    mudah2an tetap normal seperti itu ya mbah...

    ReplyDelete

Whaddaya think?