Kalau ditanya tempat paling favorit di Indonesia, saya akan langsung menjawab Bali. Sebenarnya banyak tempat wisata yang jauh lebih indah daripada pantai-pantai di Bali. Tapi bagi saya, Bali tetap terfavorit karena hanya di Bali saya bisa menikmati pantai yang indah sekaligus entertainment yang lain. Bali adalah syurga belanja, syurganya hotel-hotel mewah maupun hotel tidak mewah namun sangat nyaman sampai kepada hostel-hostel kelas Backpacker yang hanya Rp. 40.000 per malam.
Kali ini adalah kunjungan saya yang kelima kalinya ke Bali. Oleh karena itu saya ingin menulis tentang Bali sekali lagi. Bali dimata saya, dengan paradigma saya, dan tentu saja pujian-pujian saya tentang Bali sesuai dengan selera dan ukuran "keren: menurut saya. Oke, Bali terlalu luas karena saya belum mengunjungi semua tempat di Bali. Jadi mulai sekarang Bali yang saya maksud adalah seputaran daerah pantai bagian selatan.
Hari pertama saya habiskan dengan bermain ombak dan menikmati sunset di pantai Kuta. Ditemani seorang teman dari Swiss yang setiap tahunnya selalu berlibur ke Bali, saya meresapi keindahan lembayung sore di ujung cakrawala pantai kuta. Kawasan pantai inilah salah satu penyebab yang membuat Bali nggak ada matinya. Pantai ini juga yang paling terkenal di anatara para wisatawan pengunjung Bali. Tidak heran kalau pantai ini selalu padat pengunjung. Untuk surfer pemula ataupun yang ingin belajar surfing, di sini tempatnya. Hmm…lagu lawas "Lembayung Bali" adalah Soundtrack hati saya saat ini.
Kawasan Kuta adalah base point yang bagus untuk berwisata di Bali karena tempatnya yang strategis, berada di tengah-tengah semua wisata pantai di Bali. Ditambah lagi, semua fasilitas yang dibutuhkan wisatawan tersedia lengkap di sini. Kawasan Kuta Square dengan butik-butik dan department store, café-café dan restoran serta hotel sangat memanjakan para wisatawan. Begitu juga jalan Legian yang dipenuhi deretan resto, butik dan bar-bar tempat dugem.
Turis Australia dan Bir Bintang
Bermula dari scaning setiap orang yang lewat di depan tempat kami berbaring di pasir, Christian, teman Swiss saya itu kemudian ngomong sambil menunjuk kepada segerombolan turis asing yang lewat di depan kami.
"Kamu tahu asal mereka darimana?
"Nggak. Emangnya darimana?
"Aussie. Mereka turis Australia"
"Kok tahu?
Obrolan nggak penting kami itu kemudian membawa teman saya kepada kuliah singkat beberapa karakteristik turis Australia yang menurut teman saya itu sangat menyebalkan. Penasaran kenapa teman saya itu begitu sebalnya sama turis-turis Australia, saya pun menyimak.
Nah, inilah catatan singkat saya dari kuliah teman saya tentang mengapa turis Australia itumenyebalkan:
- Speaking Out Loud! Bagi teman saya yang suka ketenangan itu, turis Ausralia sangat berisik. Menurut dia, kalau ada suara-suara keras di sekita anda di Bali, mereka adalah turis Australia. Kalau saya sih, senang-senang saja dengan keributan mereka karena saya suka menyimak pembicaraan mereka. Lagian di Bali kan kebanyakan turisnya dari Aussie. Dekat sih!
- SKSD. Mereka sangat suka menyapa semua orang-orang yang mereka temui dengan gaya akrab. "Hi...Guys!", "Hi man!" How was your day?!" itu adalah beberapa sapaan yang biasa keluar dari mulut mereka. Bagi teman saya yang di negaranya orang terbiasa dengan "mind your own bussiness", ini sangat mengganggu. Akan tetapi bagi saya, itu menyenangkan karena menurut saya mereka ramah. Menurut teman saya, itu bukan ramah tapi sengak.
- Telanjang dada dengan bad
tatto. Turis-turis Australia memang suka banget telanjang dada dan benar kata teman saya, tato-tato mereka sama sekali nggak artistik. Kebanyakan tatto nya mencolok dan hampir mrnutupi satu bagian tubuh, bahkan seluruh badan plus kaki dan tangan.
- Kalau pakai baju, bajunya pasti kaus dengan logo bir bintang besar-besar dan mencolok. Memang benar, hanya turis Autralia lah yang begitu suka dengan baju dan celana bir bintang. Tattonya pun sering berganbar logo bir bintang. Si Christian curiga kalau turis Australia itu suka patungan beli bir bintang biar dapat kompliment kaus, celana dan tatto gratis dari bir tersebut.
- Selalu menenteng botol bir Bintang kemana-mana dan minum nggak henti-hentinya. I wonder, sebenarnya bir Bintang itu memabukkan nggak sih? Soalnya mereka kemana-kemana membawa botol itu sambil jalan normal.
Saya banyak menemukan turis-turis muda Australia tadi tinggal di Poppies Lane 1 dan 2. Kalau malam hari, ributnya minta ampun. Emperan toko-toko di "gang" itu dipenuhi oleh turis-turis dengan tatto buruk yang mabuk dengan bir Bintang di tangan sambil teriak-teriak dan nyanyi-nyanyi nggak karuan. Sebagian lagi, menghabiskan malam sampai drop di klub dan bar yang tersebar sepanjang jalan Legian maupun daerah seminyak.
Apakah lima karakteristik yang diberikan oleh teman saya itu terbukti benar? Yup, saya banyak menemukan kecocokannya. Seperti suatu malam ketika saya bersantai di kolam renang hotel, saya dikagetkan oleh seorang turis bertatto buruk dengan bir Bintang di tangan. Setelah menyapa akrab, dia menawarkan bir bintangnya kepada saya dan Christian.
"Sorry man, we don't drink! Kata saya dan Chris aklamatif.
Beberapa menit saya dibuat cengo karena saya harus menimak betul apa yang dia omongkan. Kayaknya sih dia pakai bahasa Inggris, tapi kok yang kedengaran hanya "blub, blub, blub". Bicaranya nggak nyambung pula.
Halah, setelah saya perhatikan, ternyata dia mabuk berat. Iya iayalah, pasti mabuk karena dari tadi saya lihat dia hanya duduk di balkon sambil memegang erat si Bir Bintang. Dan dia jauh-jauh nyamperin kita hanya buat nyapa-nyapa tadi. Hmm….benar-benar turis yang ramah!
Next Episod: Saya akan menulis tentang tempat-tempat dugem di seputaran Kuta dan Seminyak beserta kekhasannya masing-masing!