jarum jam baru menunjukkan angka 6 di pagi hari tapi kedai kopinya sudah ramai begini |
Coffee culture describes a social atmosphere or series of
associated social behaviors that depends heavily upon coffee, particularly as a social
lubricant.
(Wikipedia)
Ketika punya kesempatan untuk tinggal di
kota ini, bangunlah pagi-pagi, nikmati keindahan sunrise ataupun langsung
beraktifitas. Pagi hari adalah waktu yang sayang untuk dilewatkan di kota ini.
Buat saya yang tidak bisa alpa dari secangkir atau dua cangkir kopi pada pagi
hari, kota ini adalah sekeping kecil syurga. Sebagai bagian dari kebudayaan
Melayu, keluar rumah untuk menikmati secangkir kopi dan sarapan adalah hal yang
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota Batam. Saya tidak terlalu
menyadarinya pada kunjungan pertama saya ke kota ini dua tahun yang lalu. Kali ini,
berkat seorang kawan yang ingin bertemu untuk mengobrol dan bertukar pikiran,
pagi ini saya memacu motor saya ke arah Jodoh, salah satu daerah padat
pemukiman dan juga sentra bisnis di Batam. Yang menjadi petunjuk saya hanya
satu kata; Morning Bakery.
Berbekal IMap dan ditambah tanya sana-sini dan nyasar, sampailah saya di
sebuah bangunan dengan arsitektur yang sama sekali tidak dekoratif, hanya
sebuah bangunan berupa beberapa ruko yang digabungkan menjadi satu. Akan
tetapi, di bangunan dengan tampilan tidak menarik inilah tersaji apa yang saya
cari selama ini; secangkir kopi racikan manual ala Melayu peranakan. Saya
menjatuhkan pilihan saya pada sekangkir kopi O. Sama dengan di Sabah, Malaysia,
kopi O, berarti kopi saja tanpa campuran apa pun. Pilihan kue-kue fresh from oven yang terpampang di
etalase benar-benar membuat saya ngiler.
Lapar mata membuat saya memilih 6 jenis kue dengan kue favorit menurut lidah
saya adalah cake pisang.
Ramai penikmat kopi di Morning Bakery, Jodoh, Batam |
Ngopi pagi di sini bukanlah sekedar
menikmati secangkir kopi. Seperti kata mbah Wikipedia tadi, ia adalah social lubricant. Kopi di sini adalah secangkir
minuman yang mengumpulkan orang-orang bertemu untuk berbagai kepentingan. Atau
mungkin sebaliknya, mereka bertemu untuk kepentingan tertentu, tapi kepentingan
itu akan menjadi lancar ketika ada kopi, yah bayangkanlah kopi sebagai lubricant (pelumas). Lihatlah di
seberang meja sana; tampak sekelompok kokoh-kokoh muda dengan pakaian rapi yang
memberikan kesan professional yang tampaknya mampir sebelum masuk kantor. Seorang bapak muda tengah asyik menyuapkan kue
ke mulut anak laki-laki balita. Budaya ngopi
pagi tidak melulu domain laki-laki karena di sudut sana sekelompok ibu-ibu
tengah asyik ngerumpi, sekelompok gadis-gadis dengan dandanan chic tengah asyik
membicarakan pekerjaan. Segerombolan perempuan muda di ujung sebelah
sana mungkin adalah ibu-ibu muda yang memutuskan untuk nongkrong dulu sekedar
untuk berbagi gossip dan curhatan rumah tangga setelah mengantar anak-anak ke
sekolah.. Dan, di meja ini ada
saya dan Dave, dua teman lama yang ingin berbagi kisah setelah lama tidak
bersua.
Berbeda dengan kebanyakan ngopi ala Amerika yang lebih kepada take away, grab a coffee to go, ngopi di
sini berkawin dengan budaya Melayu yang terkesan santai. Jadi, mari nongkrong
dulu. Di balik geliat
industri manufaktur, bangunan-bangunan berbentuk kotak-kotak ruko yang memenuhi
kota, resort-resort mewah dan limpahan pengunjung negara tetangga di akhir
pekan, saya jatuh cinta dengan satu geliat masyarakat di pagi hari; Coffee culture, ngopi pagi.
Di daerah lain, ngopi pagi lebih
banyak dilakukan di rumah atau kedai kopi kecil yang bertahan di
kampung-kampung. Berbeda dengan di derah-daerah dengan akar budaya Melayu dan peranakan, ngopi adalah kegiatan sosial. Memulai pagi
dengan sarapan di Bakery dengan kopi dan aneka cake dan sarapan lain yg lebih
berat bersama teman-teman, rekan bisnis, atau memboyong satu keluarga. Sungguh, kedai kopi
ini tempat untuk semua kalangan social; selama ada lembaran rupiah di dalam
kantong untuk sekedar menebus segelas kopi yang kalau memakai standar SG dolar
yang banyak dipakai sebagai standar harga di sini, secangkir kopinya tidak
sampai satu dolar. Dengan kenikmatan kopi yang saya hirup di cangkir di depan
saya plus ambience ini, saya tidak keberatan untuk membayar lebih.
Dari semua kedai kopi di Batam, favorit
saya adalah Morning Bakery yang di Jodoh. Akan tetapi kalau saya harus mulai
bekerja agak pagi, saya cukup pergi ke Morning
Bakery yang berada di daerah Sungai Panas. Kalau kebetulan anda berkunjung
di akhir pecan, siap-siap untuk tidak kebagian tempat.
No comments:
Post a Comment
Whaddaya think?