Thursday, December 11, 2014

Catatan dari Batam 1; Coffee Culture

jarum jam baru menunjukkan angka 6 di pagi hari tapi kedai kopinya sudah ramai begini

Coffee culture describes a social atmosphere or series of associated social behaviors that depends heavily upon coffee, particularly as a social lubricant.
(Wikipedia)

Ketika punya kesempatan untuk tinggal di kota ini, bangunlah pagi-pagi, nikmati keindahan sunrise ataupun langsung beraktifitas. Pagi hari adalah waktu yang sayang untuk dilewatkan di kota ini. Buat saya yang tidak bisa alpa dari secangkir atau dua cangkir kopi pada pagi hari, kota ini adalah sekeping kecil syurga. Sebagai bagian dari kebudayaan Melayu, keluar rumah untuk menikmati secangkir kopi dan sarapan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota Batam. Saya tidak terlalu menyadarinya pada kunjungan pertama saya ke kota ini dua tahun yang lalu. Kali ini, berkat seorang kawan yang ingin bertemu untuk mengobrol dan bertukar pikiran, pagi ini saya memacu motor saya ke arah Jodoh, salah satu daerah padat pemukiman dan juga sentra bisnis di Batam. Yang menjadi petunjuk saya hanya satu kata; Morning Bakery.

Berbekal IMap dan ditambah tanya sana-sini dan nyasar, sampailah saya di sebuah bangunan dengan arsitektur yang sama sekali tidak dekoratif, hanya sebuah bangunan berupa beberapa ruko yang digabungkan menjadi satu. Akan tetapi, di bangunan dengan tampilan tidak menarik inilah tersaji apa yang saya cari selama ini; secangkir kopi racikan manual ala Melayu peranakan. Saya menjatuhkan pilihan saya pada sekangkir kopi O. Sama dengan di Sabah, Malaysia, kopi O, berarti kopi saja tanpa campuran apa pun. Pilihan kue-kue fresh from oven yang terpampang di etalase benar-benar membuat saya ngiler. Lapar mata membuat saya memilih 6 jenis kue dengan kue favorit menurut lidah saya adalah cake pisang.

Ramai penikmat kopi di Morning Bakery, Jodoh, Batam

Ngopi pagi di sini bukanlah sekedar menikmati secangkir kopi. Seperti kata mbah Wikipedia tadi, ia adalah social lubricant. Kopi di sini adalah secangkir minuman yang mengumpulkan orang-orang bertemu untuk berbagai kepentingan. Atau mungkin sebaliknya, mereka bertemu untuk kepentingan tertentu, tapi kepentingan itu akan menjadi lancar ketika ada kopi, yah bayangkanlah kopi sebagai lubricant (pelumas). Lihatlah di seberang meja sana; tampak sekelompok kokoh-kokoh muda dengan pakaian rapi yang memberikan kesan professional yang tampaknya mampir sebelum masuk kantor. Seorang bapak muda tengah asyik menyuapkan kue ke mulut anak laki-laki balita. Budaya ngopi pagi tidak melulu domain laki-laki karena di sudut sana sekelompok ibu-ibu tengah asyik ngerumpi, sekelompok gadis-gadis dengan dandanan chic tengah asyik membicarakan pekerjaan. Segerombolan perempuan muda di ujung sebelah sana mungkin adalah ibu-ibu muda yang memutuskan untuk nongkrong dulu sekedar untuk berbagi gossip dan curhatan rumah tangga setelah mengantar anak-anak ke sekolah.. Dan, di meja ini ada saya dan Dave, dua teman lama yang ingin berbagi kisah setelah lama tidak bersua.


Berbeda dengan kebanyakan ngopi ala Amerika yang lebih kepada take away, grab a coffee to go, ngopi di sini berkawin dengan budaya Melayu yang terkesan santai. Jadi, mari nongkrong dulu. Di balik geliat industri manufaktur, bangunan-bangunan berbentuk kotak-kotak ruko yang memenuhi kota, resort-resort mewah dan limpahan pengunjung negara tetangga di akhir pekan, saya jatuh cinta dengan satu geliat masyarakat di pagi hari; Coffee culture, ngopi pagi.


Di daerah lain, ngopi pagi lebih banyak dilakukan di rumah atau kedai kopi kecil yang bertahan di kampung-kampung. Berbeda dengan di derah-daerah dengan akar budaya Melayu dan peranakan, ngopi adalah kegiatan sosial. Memulai pagi dengan sarapan di Bakery dengan kopi dan aneka cake dan sarapan lain yg lebih berat bersama teman-teman, rekan bisnis, atau memboyong satu keluarga. Sungguh, kedai kopi ini tempat untuk semua kalangan social; selama ada lembaran rupiah di dalam kantong untuk sekedar menebus segelas kopi yang kalau memakai standar SG dolar yang banyak dipakai sebagai standar harga di sini, secangkir kopinya tidak sampai satu dolar. Dengan kenikmatan kopi yang saya hirup di cangkir di depan saya plus ambience ini, saya tidak keberatan untuk membayar lebih.




Dari semua kedai kopi di Batam, favorit saya adalah Morning Bakery yang di Jodoh. Akan tetapi kalau saya harus mulai bekerja agak pagi, saya cukup pergi ke Morning Bakery yang berada di daerah Sungai Panas. Kalau kebetulan anda berkunjung di akhir pecan, siap-siap untuk tidak kebagian tempat. 

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?