Friday, January 23, 2009

Great Saturday



Great Saturaday!!

Benar kata orang kalau sesuatu itu baru akan terasa ketika dia hilang dari kita. Dulu ketika belum kerja, aku punya waktu luang banyak sekali. Apalagi setelah suksesi Pilkada yang sangat menguras segala-galanya itu. Tidak punya tanggungan kuliah dan hanya menunggu penyelesaian skripsi membuat waktu luang yang berjam-jam tiap harinya. Tapi lama-lam itu membosankan. Padahal dulu ketika kegiatan begitu padat, pergi pagi pulang malam, pergi pagi lagi, aku selalu memimpikan waktu luang seharian yang bias kugunakan untuk renang, baca-baca, nonton atau sekedar jalan ke mal atau tidur siang. Nah, ketika sudah mulai kerja seperti ini, libur sehai alam seminggu itu seperti sebuah hadiah yang sangat besar.

Setelah mengantarkan Bro Iqbal ke Montana dan mampir ke kampus meliaht kalau-kalau ada informasi tentang ujian skripsi aku kembali ke my confort cubicle. Yup, my room. Seharian aku nonton VCD yang kusewa tadi malam.

Film pertama adalah "The College Trip". Film komedi yang dibintangi oleh Raven Symone yang memerankan seorang gadis lulusan SMU yang mendapat kehormatan wawancara tes potensial di Georgetown University. Sang ayah yang menjadi kepala polisi diperankan oleh actor laris, Martin Lawrence. This road trip comedy directed by Roger Kumble and produced by Andreww Gunn. Fil ini bercerita tentang seorang ayah yang sangat prtektif. Seorang ayah yang sangat dekat dengan putrinya. Saking sayangnya dia mempunyai satu lemari penuh VCD yang berisi dokumentasi perjalanan putrinya menapaki umur anak-anak hingga menjelang remaja. Hmm…sebuah keluarga yang sangat hangat. Ayah yang hangat pula (which is I never have in my childhood life until now). Tapi rupanya Sang Ayah tidak menyadari bahwa sang putri sudah bermetamorfosa menjadi seorang gadis remaja yang tentu saja tidak bias lagi diperlakukan seperti malaikat kecilnya dulu. Seorang remaja yang menginginkankemandirian dan sedikit kebebasan.

Sampai sang anak harus menlanjutkan hidupnya dengan menempuh pendidikan di Universitas. Sang ayah sudah merencanakan kampus mana yang akan dimasuki putrinya jauh-jauh hari. Dia idak ingin putinya berpisah jauh darinya dengan kuliah jauh dari rumah. Rupanya sang putrid sudah punya pilihan kampus sendiri. Georgetown University di DC.

Ketika perjalanan untuk meninjau kampus tiba, Sang ayah sampai harus membuat scenario macam-macam yang melibatkan anak buahnya di kepolisian untuk membuat mereka sampai di Norhwest University dan menunjukkan bahwa kampus plihannya lebih uggul dan lebih pantas dimasuki oleh putrinya. Selama perjalanan 'College trip inilah kemudian banyak peristiwa yang membuat konflik antara dua orang beda generasi ini. Konflik yang disebabkan perubahan paradigma mereka.

Hmm…sepertinya hal yang patut dicontoh oleh orang Indonesia adalah perjalanan semacam ini. Melihat dan mempelajari dulu kampu yang akan dimasuki agar kita menjatuhkan pilihan yang tepat buat study mereka. Banyak mahasiswa, termasuk aku, tidak mempelajari dahulu kampus yang akan merek masuki. Paradigma orang tua dan pelajar adalah; kampus negeri lebih baik dari kampus swasta. Padahal banyak kampus swasta yang jauh lebih unggul. Akibatnya adalah penyesalan karena salah jurusan dan kampus yang ternyata tidak sesuai dengan harapan.

Makanya buat teman-teman yang mau masuk ke dunia kampus, pilihlah jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat kalian. Jangan memilih karena jurusan itu popular dan keliahatannya elite. Jadi diri sendiri saja lah. Kemudian cari kampus yang mempunyai jurusan yang kamu inginkan. Cek pula, apakah jurusan itu unggul dan mempunyai fasilitas pendukung di kampus tersebut. Kalau nggak ada, cari kampus yang lain lagi. Jangan lihat swasta atau negeri, tapi pelajari rekam jejaknya. Lihat prestasi-prestasinya, jaringannya dengan dunia luar terutama dengan dunia kerja dan kamous-kampus di luar negeri. Lihat juga, apakah dia menyediakan ruang untuk mengembangkan diri seperti Unit-unit Ilmiah, kompetisi ilmiah, kreatifitas dan kegiatan-kegiatan lain yang mendukung pengembangan diri. Dan satu yang tak kalah penting adalah; sesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.

Hmm…kembali ke film tadi, sumpah, aku langsung ingat Bunda. Aku merenung panjang memikirkan kekhawatiran-kekhawatiran Bunda karena aku belum lulus. Aku ingat, aku gagal ujian proposal skripsi saja bias membuatnya jatuh sakit karena terlalu memikirkan. Padahal aku yang merasakannya, nggak segitunya. Awalnya aku menganggap itu berlebihan. Tapi kemudian aku tersadar, itu adalah karena rasa sayangnya sama aku. Beliau nggak rela kalau kegagalan bagaimanapun kecilnya menghampiri anaknya. Aku jadi merasa sangat berdosa karena menganggapnya berlebihan. Baiklah, besok pagi aku akan meneleponmu Bundaku sayang.

Aku juga jadi ingat ketika megantar aku masuk SMU dulu. Saat pertama aku haru berjauhan dengannya dalam waktu yang lama. Sekolah yang ku pilih menyebabkan aku hanya bertemunya pada saat libur panjang. Dua kali setahun. Aku tidak terlalu merasa kehilangan waktu itu. Padahal jarak tempuh 14 jam menyeberangi lautan memisahkan kami. Padahal mungkin beliau sangat ecemaskanku waktu itu. Aku yang sebelumnya selalu di dekatnya kini harus mengurus segala sesuatunya sendiri.

Aku baru sadar, kalau masa aku tinggal dengan orang tua hanya sampai umur lima belas tahun. Waktu yang terlalu singkat yang akan selalu kurindukan.

Aku juga baru sadar, kalau sejak umur 15 tahun, Bunda sudah sangat percaya padaku untuk membuat pilihan hidup walaupun itu juga kuang bagus menurutku. Pilihan hidup yang diserhkan sepenuhnya kepada bocah yang baru beranjak remaja.

Aku terhenyak, Aku harus menyelesaikan skripsiku sekarang!!! Iya, sekarang!!! Paling tidak ini akan menjadi kebahagiaannya. Kadang-kadang kita harus mengorbankan kenyaman kita untuk kebahagiaan orang lain yang kita cintai.


 


 


 

1 comment:

Whaddaya think?