Sorry, untuk posting kali ini, netter non Bima alias bukan orang Bima, kena roaming sedikit ya?
Fragmen 1
A : Lao kai ko rambe?
A, B, dan C : Lao todo uma la hami.
Oe lao kai ko?
A : Rae lao sawari uma la Rangga.
Fragmen 2
Ina Maria : Cola apa ko marju?
Marju : Wara tolu manu we?
Ina Maria : Wara. Cola saunebe?
Marju : Sowo mbua.
Tiba-tiba datang Mifta.
Mifta : ee, Marju. Wara tugas ru kelas emera ka wea ba pak Sedo?
Marju : Ara wara na. Ame laonggu ka dangga-dangga tese dore tana inggi. Ando lu'u kai kelas ne.
Mifta : nee, u'u ru? Alae, pacaru ate anewo. Lao to'I mpa ka dangga-dangga ura ame amborakile. Mbosa ate nggu rae ka tana'o lo'o ne le.
Marju : ma dusa unube ko emera ne ke. Kone ame inggine nonto ba lako me'e sangguna ipi. Nce palai nggurae ka lao ka ne'e roci kai rento due. Painewo ngaka na pak sedo nce.kari pa kari baa me untu ndese rento hadu na kiro kone loko ne.
Mifta : da dusa unebe te. Nce dabae eme rae, kari unebeni guru ka nonto ba lako ne. ile batu ambora ki, mpewa ba rae lakoneke na kakae-kae!
Bahasa apakah gerangan yang dipakai oleh A, B, C, Marju, Ina Maria dan Mifta dalam percakapan diatas?Tau tak??
Haha…tenang! Itu bukan bahasa alien. Bukan pula bahasa yang dipakai di Negaranya Dayana Mendoza. Rihanna juga nggak make bahasa kayak gitu kok.
Terus bahasa apa dong?
Itu adalah bahasa Sambori, salah satu rumpun bahasa Bima yang dipakai di Desa Sambori, sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Lambitu, sebelah timur kota Bima. Desa ini sekarang masuk dalam wilayah administrasi kecamatan Lambitu, sebuah kecamatan baru hasil pemekaran dari kecamatan Wawo. Bahasa Sambori bukanlah dialek bahasa Bima (Nggahi Mbojo) melainkan sebuah bahasa yang sama sekali berbeda dengan bahasa Bima.
Bahasa Sambori juga dipakai juga oleh penutur masyarakat desa di kecamatan Lambitu dengan dialek yang berbeda-beda di tiap desanya. Dialek disini bukan berarti logat (aksen) seperti pemahaman masyarakat umum. Dalam Ilmu linguistik, dialek adalah varian dari sebuah bahasa. Perbedaan dalam varian bahasa Sambori bukan hanya perbedaan dalam hal pengucapan tetapi juga dalam kosa kata. So, itu memang dialek bukan aksen. Dialek-dialek itu adalah bahasa sambori dialek Kuta (melingkupi , Kuta, Dengga dan Kaboro dengan aksen berbeda), (melingkupi teta, Londu dan Oi Wau dengan aksen berbeda), dan Tarlawi.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa bahasa Sambori adalah bahasa Asli dou Mbojo (orang Bima) akan tetapi sampai saat ini saya belum mendapati literature sejarah atau hasil penelitian yang membuktikannya.
Banyak teman-teman saya termasuk saya sendiri yang gagap berbahasa Bima karena terbiasa bertutur dengan bahasa ibu kami yaitu bahasa Sambori. Makanya, ketika berbicara dengan penutur bahasa Bima saya lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia. Itu karena saya tidak pernah bermukim lama di Bima. Setelah SMP saya langsung melanjutkan sekolah saya di Mataram. Gagap bahasa Bima ini sering menghinggapi teman-teman saya. Mereka sering split menggunakan bahasa Sambori ketika berbahasa Bima dengan penutur Nggahi Mbojo. Bahkan saudara-saudara saya yang sekarang tinggal di Bima masih sering split. Makanya mereka lebih memilih untuk bertutur memakai bahasa Indonesia.
Kalau saya sendiri sih, sudah lancar banget bertutur memakai bahasa Bima. Ini buah dari pergaulan saya dengan teman-teman Bima ketika SMA dulu. Tapi ya itu, masih sering saja saya split sehingga sering switch ke Bahasa Sambori.
Nah, bagi anda penutur non-sambori yang bisa menerjemahkan teks tadi dengan benar bakal dapat hadiah dari saya. Anyone?
percakapan yg atas, sudah ngga ngerti banget.
ReplyDeletega jawa banget, tidak ada nuansa jawanya sama sekali...
hayhay
wah gak tau sama sekali, benar2 aneh bahasanya :D
ReplyDelete@mbah, jangankan orang Jawa, orang Bima aja nggak semua ngerti.
ReplyDelete@Wempi, haha...g aneh koq. palin aq juga dengar bhs padang aneh kan:)
saya masih memaklumi dari anak cucu adam terjadi perubahan fisik seperti badan yang pendek, hidung pesek, atau mata sipit. Tetapi yang aneh, kok bahasa bisa berubah ya?? padahal dari 1 nenek moyang. Coba bang erik merantau ke afrika selama 100 tahun, pasti masih ingat bahasa bima kan?? xixixixiixxixi
ReplyDeletesumpah, saya nggak ngerti... sebagai orang bima, saya termasuk kategori yg memalukan: sampe tua begini blm lancar bahasa bima. tapi yg ini, minta ampun, nggak ngerti sama sekali...
ReplyDelete@Olanuxer, kalo kata Mbah Chomsky walaupun bahasa itu berbeda2 tapi mereka mempunyai struktur grammar yang hampir sama. tapi kalau prosesnya sampai berubah dan menghasilkan bahasa yang jauh berbeda, saya juga belum paham sampe sekarang. pas kelas etimology dulu saya ngantuk pak:-D
ReplyDelete@Karumbu, haha ada teman berarti saya. berarti saya beruntung banget dong ya? punya bahasa yang hanya dimengerti segelintir orang. bisa ngomongin orang di depan mukanya langsung:)