Monday, January 25, 2010

Jangan Nunggu, Ntar Diangkutin Truk Sapi Loh!!!

Dalam masa liburan kali ini, saya mengunjungi banyak tempat di kota saya yang sebelumnya saya belum pernah lihat. Banyak hal yang membuat saya takjub maupun menggeleng-gelengkan kepala. Suatu pagi, ketika mengantarkan Ibu tercinta, ke suatu acara saya melewati sebuah komplek perkantoran kecamatan baru hasil pemekaran. Nggak baru-baru amat sih, sudah lima tahun.


 

Yang membuat saya heran adalah, kok ada ya, yang namanya kantor kayak gitu. Bangunnanya sih baru tapi sudah terkelupas dimana-mana. Jangan tanya halamannya. Mereka memiliki halaman yang cukup luas, maklum masih daerah pinggiran. Tapi halaman yang luas itu, dipenuhi oleh semak-semak liar. Tanpa ada satu pohonpun yang meneduhi. Saya jadi bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa betah bekerja dengan suasana seperti itu? Saya termasuk orang yang rewel masalah lingkungan dan suasana kerja. Suasana dan lingkungan harus direkayasa agar bisa meningkatkan semangat kerja. Suasana kerja yang embuat saya selalu semangat untuk bangun pagi agar bersegera ke tempat kerja. Saya tidak tahu bagaimana suasana kerja yang tercipta dari kantor yang baru saya lihat itu. Apakah mereka sedang mengikuti trend back to nature? Ah, saya tidak melihatnya suasana nyaman back to nature, apa yang saya saksikan adalah hasil dari kurangnya inisiatif dan kreatifitas.


 

Menurut informasi yang saya dapatkan, volume karyawan di setiap kantor di komplek perkantoran pemerintah itu sangat gendut. Bayangkan, satu divisi saja bisa mempunyai 20 orang staf, sampai-sampai mereka tidak punya ruangan dan meja. Dan hampir semua staf itu adalah staf tata usaha dan 'sukarela'. Maklum, budaya orang disini adalah 'mengabdi' untuk di angkat jadi PNS. Tinggal dikalikan saja dengan jumlah divisi yang ada, maka jumlah karyawannya sangat-sangat gendut. Obesitas malah. Saya teringat keluh kesah teman saya tentang sekolah tempatna bekerja. Menurut dia karyawan yang numpuk itu nggak sebanding dengan kebutuhan sekolah. Nggak sebanding karena karyawannya terlalu banyak hanya untuk mengurusi urusan administrasi. Sampai-sampai dia menggambarkan begini; "dua orang staf tata usaha bertugas membunyikan lonceng, dua orang tukang nganterin daftar hadir ke setiap kelas (tiap kelas dua orang maksudnya), dua orang maen game dan beberapa sisanya ngerumpi. Ini real loh…


 

Inisiatif

Success comes from taking the initiative and following up... persisting... eloquently expressing the depth of your love. What simple action could you take today to produce a new momentum toward success in your life?" Anthony Robbins

Itu tadi kata-katanya Anthony Robbins seorang motivator kelas dunia. Menurut Mas Anthony, inisiatif itu sangat menentukan kesuksesan. Mungkin kita sering mendengar kata inisiatif dalam kehidupan sehari-hari tapi tidak tahu apa artinya. Menurut Victor Hugo, inisiatif adalah melakukan hal yang benar tanpa diberitahu.


 

Ketika saya masih menjadi ketua sebuah organisasi mahasiswa, inisiatif ini adalah hal yang selalu ditekankan dalam setiap pertemuan pengurus, pembinaan maupun syuro (rapat). Banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan karena si A percaya si B bisa melakukannya. So, Si A tidak melakukan apa-apa karena percaya si B akan melakukannya. Eh, ternyata si B pun tidak melakukan apa-apa karena dia beranggapan bahwa pekerjaan itu akan diselesaikan oleh si B. Mereka saling menunggu. Mereka tidak punya inisiatif untuk mengerjakan. Saya teringat sebuah kisahyang saya dapat di dunia maya tentang seorang pekerja yang bekerja pada seorang bangsawan di eropa pada zaman medieval. Suatu hari si istri bangsawan memanggil sang pekerja untuk diajak berbiacara.


 

"Andrew, berapa lama Anda sudah tinggal dan bekerja bersama kami?", tanya istri bangsawan itu.

"Kira-kira sekitar dua puluh lima tahun, Nyonya" jawab Andrew. "Oiya, saya ingat kalau engkau dipekerjakan untuk memelihara satu-satunya kuda perang waktu itu," kata sang Nyonya.

"Benar sekali, Nyonya," jawab Andrew.

"Andrew, kuda itu sudah mati sepuluh tahun yang lalu", ujar sang Nyonya kepada Andrew. "Benar sekali, Nyonya." Jawab Andrew. "Jadi, apakah yang harus saya lakukan sekarang?", lanjutnya.


 

Hey! Jangan-jangan kita sama seperti Andrew.

Banyak orang tidak memiliki inisiatif dan menunggu bertahun-tahun orang lain memberitahukannya tentang apa yang yharus dia lakukan. Lah, kalau tidak kunjung ada yang memberitahu, mau menunggu sampai kapan? Sampai sekarang, lima tahun sejak menjadi kecamatan baru, karyawan di kantor yang saya lewati itu masih menunggu. Bapak, Ibu, santabe…ntar ketinggalan kereta loh. Atau mau nunggu diangkutin pakai truk kayak ternak?


 

Kreatif

Orang-orang yang kreatif biasanya selalu punya inisiatif untuk take action. Mereka tidak akan membiarkan sesuatu membeku tanpa disentuh. Para ahli psikologi mengatakan bahwa sebetulnya setiap manusia memiliki kemampuan kreatifitas. Para pakar kreatifitas menegaskan bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif dan kreatifitas itu sendiri dapat dipelajari dan ditingkatkan. Memang, faktor-faktor seperti pengetahuan, penguasaan teknik, pengalaman praktis, dan motivasi sangat penting peranannya dalam membuka dan mengembangkan potensi kreatifitas. Namun, tak kalah penting adalah pengembangan kebiasaan-kebiasaan positif yang merangsang cara berpikir atau tindakan kreatif.


 

Kalau saja para karyawan kantor yang saya temui itu punya kreatifitas sedikit saja, pasti kantor itu akan menjadi tempat bekerja yang menyenangkan. Efeknya adalah para karyawan bersemangat, pekerjaan tuntas, target terlaksanakan, pembangunan meningkat, dan tentu saja daerah jadi maju. See…,dahsyat kan efek dari kreatif ini?


 

Karena kreatif itu bisa dipelajari, dibutuhkan contoh buat mereka agar kreatif. Hanya butuh satu orang untuk menjadi masinis lokomotif. Kalau ada satu orang kreatif dalam lingkungan kantor yang saya lihat itu, ia akan menjadi model bagi yang lain. Menurut teori psikologi, modeling adalah proses belajar terbaik. Bukan belajar jadi model loh ya, tapi belajar berdasarkan apa yang kita lihat alias mencontoh. Lama-lama kreatif itu akan menjadi watak dan kebiasaan kok, nggak perlu contoh lagi. Creative will be their middle name.


 

Ketika saya pulang nanti, mudah-mudahan kantor yang saya lewati itu sudah berubah menjadi tempat yang asri dan menyejukkan buat para penghuninya sehingga bekerja menjadi hal yang menyenangkan disana. Atau mau menunggu saya pulang?


 

Dibilangin jangan nunggu, ntar diangkut truk pengangkut sapi loh!!

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?