Saya tergesa menuruni eskalator di Mega Mall Pontianak begitu azan maghrib terdengar. Tujuan saya adalah gerai Es Teller di ground floor. Saya ingin berbuka dengan semangkuk Es Teller yang segar itu sore ini.
Sambil menikmati Es Teller saya perlahan, saya memasang telinga mendengarkan pembicaraan para pengunjung maupun para pelayan yang sibuk menyiapkan pesanan pengunjung yang lumayan ramai sore ini. Saya selalu suka mendengar logat Melayu yang lembut mendayu. Saya langsung teringat potongan-potongan percakapan Upin dan Ipin daam film kartun besutan Malaysia yang digandrungi di tanah air. Kalau ada perempuan yang ngomong, pasti saya langsung teringat sosok kak Ros. Dan kalau perempuan yang sudah tua bicara, saya langsung ingat atuk.
Tiba-tiba datanglah serombongan ABG yang langsung berkerumun melihat daftar menu. Seorang cewek langsung meneriakkan pesanannya.
"Kecap Ayamnya satu kak"
Hah? Kecap ayam? Makanan macam apa pula lah itu?
Yang satu kemudian meneriakkan pesanan minuman yang juga langsung membuat telinga saya terbuka lebih lebar.
"Teh es dua!
Nah, kalau ini saya tahu. Soalnya, teman saya Ridho mengucapkan pesanannya persis sama dengan ABG tadi ketika pertama kali ke Malang. Teh Es adalah sebutan untuk Es teh. Dan kecap ayam pastilah ayam kecap kan?
Es Teller di mangkuk saya sudah tandas, licin. Porsinya terlalu kecil buat saya. Rasanya pun jauh di bawah es Teller favorit saya di Malang. Mana harganya mahal pula. Untuk semangkuk Es Teller dan sebotol mini air mineral, saya harus membayar 20 ribu rupiah. Eits....! ini ramadhan Erik, syukurilah makanan yang kamu makan. Oke deh, alhamdulillah ya Rob, Es tadi telah menyegarkan tenggorokan hamba. Tapi, harganya terlalu mahal ya Robb!
Sotong Pangkong
Sejak mendengar nama makanan ini saya langsung penasaran ingin mencoba mencicipinya. Katanya, ini khas pontianak banget. Tapi kok teman kantor saya, ada yang tidaj tahu rupa makanan ini. Apalagi mencobanya. Padahal dia asli Pontianak loh.
Sepulang taraweh di masjid kecil beratap sirap khas Melayu dengan menara kayu dan dinding kayu berukir di dekat Pontianak Convention Center, saya langsung menghampiri penjual Sotong Pangkong di dekat kantor saya yang sedang raai dikunjungi pembeli.
Penjualnya menawari saya pilihan Sotong Pangkong yang 5 ribu rupiah per buah atau yang sepuluh ribu rupiah. Saya memilih membeli dua Sotong pangkong dengan yang 5 ribu rupiah per buah. And do you know what Sotong pangkong is?
Sotong adalah sebutan masyarakat Pontianak untuk ikan cumi-cumi. Sedangkan pangkong adalah sebuah aktifitas memukul-mukul dengan palu. Nah, sotong pangkong ini adalah, cumi-cumi kering yang digongseng kemudian dipangkong sampai pipih. Cara memakanya, sotong pangkong dicelupkan ke dalam saos yang serupa dengan saos cilok di jawa. Seperti apa rasanya? Lumayan sih. Sama dengan makan cumi-cumi kering bakar yang biasa dibawakan oleh teman saya yang suku bajo dari Sepeken itu. Yang beda hanya sausnya saja.
Akhirnya, kesampaian juga saya makan sotong pangkong alias cumi-cumi bakar itu. Lumayan buat senam mulut. Tahu sendiri kan bagaimana mengunyah cumi-cumi kering? Makanya, biar nggak alot, makanan ini harus langsung dinikmati selagi hangat.