Akhir-akhir ini saya punya kebiasaan buruk yang rada mengkhawatirkan. Ini adalah masalah dengan ingatan saya. bukan rahasia umum lagi di antara teman-teman saya kalau saya sering meninggalkan benda-benda kecil di mana-mana. Bukan, bukan karena saya suka nyedekahin barang-barang saya. itu karena saya lupa. Iya, saya suka lupa menaruh barang-barang kecil. Saya pernah meninggalkan kamera kecil, hape, kunci motor, dan jangan tanya benda-benda kecil lainnya. Beberapa yang paling parah dan menimbulkan trouble yang menyebalkan banget adalah sebagai berikut; meninggalkan kamera digital untuk wisuda saya 2 tahun lalu gara-gara exited banget pengen nyobain sepatu, ninggalin hape di warnet trus hilang, ninggalin (lagi-lagi) handphone di mobil dan (lagi-lagi) hilang dan meninggalkan kunci motor tertancap di starter di parkiran yang membuat saya menjadi bulan-bulanan sekuriti yang menyembunyikan motor saya.
Pada liburan ini saya menyewa motor untuk mempermudah kelayapan di Bali. Liburan di bali memang paling enak pakai motor. Bebas macet dan bisa menjelajah sampai ke pedalaman, ke pantai-pantai yang jarang dikunjungi oleh orang lain. Saya malas banget kalau harus berenang di Kuta dan Legian yang ramai banget itu. Ditamah lagi sebenatr-sebentar; massage please!, cheap watch, very good for you (memangnya saya kelihatan cheap banget ya?), sunglasses, ice cream, drinks, umbrella dan macam-macam penawaran hiruk pikuk lainnya. Saya lebih memilih mencari pantai-pantai baru dan berenang sepuas-puasnya dengan tenang. Capek berenang saya bisa membaca dan tidur nyenyak di atas pasir. Untuk misi menjelajah pantai-pantai dan merasa-pantai-milik-sendiri itulah, sepeda motor sangat penting. Dengan Vario hijau saya kelayapan kemana-mana dengan modal free map dari hotel dan tanya sama Mbah google dan tanya-tanya penduduk. Hasilnya, saya nyasar lebih dari sepuluh kali.
Tapi saya tidak akan bercerita tentang pantai-pantai keren itu. Saya akan bercerita tentang ketololan-ketololan saya berkaitan dengan lupa dan meninggalkan sesuatu.
Saya-Sedang-tidak-Bersahabat-Dengan-Kunci-Motor-Tragedy
Tragedi pertama langsung terjadi pada hari pertama. Saya meninggalkan kunci tertancap semalaman di parkiran. Utungnya pagi-pagi masih ada. Hari kedua, lagi-lagi saya meninggalkan kunci tertancap di jok motor di parkiran Nusa Dua. Saya baru ingat ketika saya sudah berenang dan berjemur berulang kali dan sudah menyusuri pantai sampai jauh banget. Begitu ingat, saya langsung berlari sekencang-kencangnya di atas pasir menuju parkiran. Orang-orang melihat dengan heran kepada anak muda ganteng yang lari ngos-ngosan sambil nenteng sandal sepanjang pantai. Sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk jogging. Matahari sedang terik-teriknya.
Tragedi kedua, masih berhubungan dengan kunci motor. Ketika saya akhirnya menemukan pantai Suluban yang keren banget itu, saya nggak sadar meninggalkan kunci motor tertancap cantik di jok motor. Saya baru ingat ketika saya sudah puas mengambil foto pemandangan-pemandangan cantik pantai berkarang tinggi dan tebing-tebing keren di pantai Suluban. Saya baru ingat setelah saya menyelsikan dua bab buku bacaan saya dan menghabiskan minuman di Edge Café. Begitu ingat, saua sontak berlari kencang menaiki anak tangga yang berkelok-kelok dan tinggi banget. Gempor rasanya lutut saya. Itu yang parahnya, yang ninggalin sebentar-sebentar sih sering banget.
Yang paling parah dari tragedy kunci ini adalah saya nggak bisa kemana-mana dan duduk seperti orang miskin banget dan perut lapar karena saya nggak bisa memutar kunci motor saya di jalan menuju Pantai Geger. Ketika mengambil motor itu dari Beli Ketut, dia mengingatkan saya agar cukup mengunci setang saja, nggak usah mengunci penutup kuncinya karen anggak bisa dibuka kembali. Entah karena apa, saya baru tersadar kunci itu ternyata tertutup ketika saya keluar dari Circle K setelah mebeli air. Saya sampai kalap menotok-notok penutup kunci itu dengan batu.
Akhirnya saya menelepon hotel dan minta disambungkan ke pemilik motor biar datang ke tempat saya 'mogok'. Setelah menunggu lama dan makan saya dapat ide untuk mencoba membuka pakai kunci motor yang lain dengan merk yang sama. Setelah terkantuk, kantuk di emperan Circle K, saya melihat seorang laki-laki masuk ke parkiran mengendarai Vario. Segera saya hampiri untuk meminjam kuncinya. Dengan senang hati dia meminjamkan kuncinya. Dengan berdebar saya masukkan kunci tersebut dan meutar penutup kunci motor saya. Tara….! Penutup yang dari tadi nggak bergeming sedikitpun walaupun dihantam pakai batu berkali-kali. Ketika saya tengah gembira karena kunci motor saya bisa terbuka, handphone saya berdering. Ternyata beli ketut telah sampai di tempat itu dengan membawa mekanik. Hffhh…..kenapa datangnya di saaat saya sudah selesai dengan urusan kunci itu? Saya harus membayar waktu mekanik yang telah datang jauh-jauh tapi ditak mengeluarkan setitik keringatpun untuk menyentuh motor saya.
Saya sebenarnya tahu mengapa saya mudah sekali meninggalkan barang-barang kecil teritama kunci motor. Biasanya karena saya terlalu exiting sama sesuatu. Ketika menjadi bulan-bulanan security, saya terlalu exited dengan jembatan yang berlatar belakang gunung yang indah. Nah, kalau selama liburan ini, apalagi kalau bukan pantainya yang indah? Tapi sekarang saya menerapkan One Minute Checking yang biasa dipakai di kantor saya untuk mengecek hal-hal yang ketinggalan dalam rapat atau sebelum meninggalkan tempat. Sebelum meninggalkan motor saya akan berdiri diam di samping motor meneliti apa yang kira-kira kurang beres, begitu juga ketika meninggalkan kamar dan seblum mengendarai motor.
Salah-Jalan-Tapi-Tenang-Tenang Saja-Tragedy
Saya adalah orang yang sangat mudah ingat pada tempat atau jalan. Saya cukup satu kali datang ke suatu tempat dan ketika datang lagi saya tidak akan nyasar. Tapi ketika liburan kali ini, saya sering salah mengambil jalan walaupun sudah diingatkan berkali-kali sama teman saya. Masalahnya adalah saya ini nggak percaya sama orang lain kalau untuk masalah jalan atau hal-hal yang berkaitan dengan 'kelayapan' (baca travelling). Ketika dia bilang belok kanan, saya malah terus lurus, ketika dia bilang lurus nggak apa-apa, saya malah belok kiri. Tak ayal, ini membuat teman saya marah-marah dan nggak mau ngomong sama saya selama perjalanan. Yang menyebalkan, dia pasti nyindir-nyindir kalau saya salah jalan. Efek capek nyetir, nyasar dan panas disindir-sindir saya juga membalas perang dingin dengan tidak menyahuti setiap pembicaraan dia. Perang dingin itu baru selesai ketika kami lapar banget dan harus makan.
Gara-gara saya sering nyasar, teman saya selalu bertanya 'are you sure" ketika saya hendak berbelok atau dengan pede tanpa bertanya ke orang-orang arah tempat yang akan kami kunjungi. Karena saya keponya nggak ketulungan, saya selalu menjawab sure dengan mantap. Padahal saya juga nggak tahu apakah ini jalannya benar atau salah. Seperti ketika saya tergoda akan sebuah pantai yang saya goggling yang kabarnya Michael Learn to Rock pernah buat video clip di sana. Saya nekat berbelok yang akhirnya jalan itu mebawa kami ke jalan setapak kecil tapi beraspal bagus dengan jalanan turun tajam tanpa belokan. Ketika menyetir saya berteriak-teriak menyuruh dia tetap tenang padahal saya takut setengah mati karena rem yang saya tarik nggak mempan. Motor itu melaju aja kencang dari puncak bukit,lurus dan langsung disambut belokan di tempat yang datar. Akhirnya ketika sampai di tempat yang datar, saya cerita kepada teman saya itu kalau saya takut setengah mati ketika melaju kencang menuruni bukit itu. Ketika elaju tadi, saya malah ngeri membayangkan motor kami terpeleset dan nyusruk semak-semak berduri di pinggir jalan dan duri-duinya menusuk muka saya. Hiii….!
Setelah berjam-jam mencoba satu-satu jalan setapak di tengah hutan yang kami nggak berpapasan dengan satu kendaraan pun kami akhirnya sampai juga ke pantai setelah berkali-kali bertanya kepada penggembala yng kami temui di hutan. Setelah nyasar-nyasar ini, tragedy lain menyusul pula. Apalagi kalau tidak ketinggalan kunci?
Saya juga heran mengapa saya pelupa banget akhir-akhir ini. Anehnya, saya malah ingat pada peristiwa-peristiwa yang saya lalui dengan sangat detail. Sampai-sampai si ini duduk di dekat ini dengan baju ini, jeans merek ini, sepatu warna itu dan bicara tentang ini itu. Saya ingat tahun lalu saya ke sini dan melakukan blab la bla dan orang itu bicara ini itu. Saya bisa mengingat peristiwa dengan sangat detail tapi tidak dengan kunci motor. Saya juga sangat mudah mengingat nama orang sampai nama komplitnya. Very bad!
No comments:
Post a Comment
Whaddaya think?