Thursday, July 2, 2009

Indah Pada Waktunya; Biarkan Bunga Itu Bermekaran Pada Waktunya

Semakin ku kejar semakin kau jauh. Potongan syair lagu dari group Band…….itu merupakan gambaran yang sangat tepat bagi kondisiku ketika kuliah semester 4-6. Pada waktu itu aku menjadi sangat skeptis dengan pentingnya kuliah. Menurutku, nggak perlulah repot-repot dan capek-capek kuliah 4 tahun hanya untuk mendapatkan qualifikasi yang setara dengan sarjana Humaniora seperti yang dihasilkan oleh fakultasku. Kursus dan banyak-banyak membaca cukup lah, itu yang ada dalam pikiranku waktu itu yang membuat aku menjadi tidak bersemangat buat kuliah dan menjadi sangat bosan berada dalam kelas. Apalagi “cuma” buat mengidentifikasi “tempat keluar sebuah bunyi” dalam satu kata (jadi ingat Mr. Mukarrom) dan mengtahui elemen penyususun sebuah kata. Pada waktu itu saya ingin cepat-cepat kerja dan menghasikan uang saja. Nggak perlu kuliah lama-lama. Yang duputuhkan skill, bukan gelar dan pengetahuan yang diajakan di fakultas yang menurut saya pada waktu itu sangat tidak aplikatif dengan chinese boxes, tree diagram, bilabial stop dan sebangsanya. Yang intinya, pada waktu itu aku tidak sabar buat menjalani semua proses menuntut ilmu dalam jurusan yang telah saya pilih (terpaksa ataupun tidak, saya telah memilihnya).

Aku hanya gelisah memikirkan bagaimana masa depan saya dengan jurusan yang saya ambil. Pernah terpikir untuk pindah jurusan ataupun mengulang di kampus lain sekalian. Ide itu datang setelah aku membaca bukunya Rhenald Kasali yang berjudul “Re-code Your Change DNA”. Bagian yang paling mempengaruhiku adalah; Sejauh manapun jalan salah yang anda ambil, putar arah sekarang juga. Menurutku, aku berada dalam jurusan yang salah. Tapi ternyata saya saya tidak punya cukup keberanian pada waktu itu.

Kegelisahan akan masa depan membuatku tidak menyadari bahwa aku sedang dalam proses menuju masa depan itu sendiri. Aku hanya terus memandang ke depan tanpa menunduk untuk melihat dan menikmati tempat aku berpijak yang ternyata belakangan aku sadari sangat indah. Masa-masa pergulatan batin yang membuatku hampir stress dan memutuskan untuk travelling ke Borneo untuk merilekskan otak dan mencoba memikirkan dam menganalisa semuanya.

Sekarang aku selalu berusaha menikmati semua proses yang aku jalani. Dan hasilnya aku sangat menikmati kuliah (bukan berarti aku ingin telat lulus loh ya) dan mendapatkan banyak hal. Aku mencoba berdamai dengan pilihanku kuliah di jurusan yang sekarang walaupun kalau disuruh memilih aku lebih memilih jurusan yang lain. Aku ingin menikmatidan melakukan yang tebaik untuk hari ini tanpa diganggu oleh bayang-bayang masa depan. Toh, dia belum terjadi dan kalau Yang Berkuasa mengharuskan untuk tidak sampai kesana paling tidak aku sudah menkmati dan melakukan yang tebaik di jatah waktu yang aku punya sekarang.

Aku juga tersadar kalau aku sabar untuk kuliah dan belajar, banyak hal yang aku dapatkan. Hal yang belum tentu didapatkan oleh mereka yang cepat-cepat terjun ke dunia kerja. Kalau menurut Buku Pak Obama sih, golongan yang berilmu pengetahuan lah yang akan menentukan arah peradaban ke depannya. Golongan yang tidak akan mudah terhempas oleh pasang surut krisis zaman.

Beberapa hari yang lalu sempat chatting sama Murobbyku yang dulu, salah seorang yang kalau aku mengingatnya membuat semangatku jadi naik. Aku disadarkannya dengan sebuah kata yang indah; Biarkan bunga itu bermekaran pada waktunya. Yup, aku akan bersabar menjalani proses menuju mekar itu. Aku tidak akan mengejar masa depan yang semakin jauh tetapi melupakan hari ini yang indah, hari yang menjadi salah satu batu tapak menuju masa depan.

2 comments:

  1. Ada jutaan manusia, yang hidupnya tidak seberuntung kita!! Tidak seberuntung kita!!

    Saya paling tidak suka claim. Saya miskin, saya kaya. Saya pandai, saya bodoh. Saya ceria, saya murung. Karena saya yakin satu hal : ketika kita berada di jalan yang lurus (jalan Allah). Seluruh titel dunia menjadi indah.

    Seluruh claim orang terhadap diri kita menjadi cermin.

    Bukankah kita tidak pernah tahu kapan kita Mati? Bukankah kita tidak tahu bagaimana rizki akan sampai ke tangan kita. Bukankah kita tidak pernah tahu siapa jodoh kita??

    Lalu, bukankah lebih baik terus berusaha memberikan yang terbaik.

    Rik, ada kesan khusus ana ke antum yg sangat pribadi :
    1. antum terlalu larut dalam masa lalu, apapun itu
    2. antum terlalu mengurung diri dalam persepsi yang kau buat sendiri, meski itu lebih banyak salah
    3. jangan pernah salahkan dirimu sendiri atas semua kejadian di dunia ini
    4. hiduplah dengan bahagia, jadilah pejuang lalu tersenyumlah...
    5. kami, teman2mu sangat merindukan senyum tulusmu, kehadiranmu total (bukan fisik saja), dan suasana in group yang saya merasa hilang dari antum
    6. santai saja, sekali lagi Ada jutaan manusia, yang hidupnya tidak seberuntung kita!! Tidak seberuntung kita!!

    ReplyDelete
  2. a suaidi, sepertinya apa yg antum katakan semuanya benar. ane tahu itu ada pada ane, tapi it's easy to say when u hadn't been there.
    bukan excuse loh ya....
    thanks for the brotherhood, for the jokes
    but sometimes, being in group with many things that always pull you outhere it's very hard.

    hahaha....but I try to live my life, and to love may life.

    ReplyDelete

Whaddaya think?