Wednesday, December 16, 2009

Hujan


Ada 3 hal begitu lekat dengan hujan. Paling tidak menurutku.

Ketika hujan turun pertama kali, aku senang sekali mencium bau tanah yang begitu segar. Bau tanah yang tertimpa hujan setelah berbulan-bulan kering karena kemarau. Disusul kemudian muncul sensasi getaran hati seperti perasaan nelangsa tapi tanpa sebab. Setelah itu semua bayangan masa kecil dan desa tempat aku tumbuh akan terpampang seperti slide yang diputar. Menatap pepohonan yang basah sambil merapatkan jaket atau selimut yang menutup sekujur badan. Ada simponi tercipta di setiap tetes hujan yang jatuh menimpa pepohonan dan rerumputan. Titik-titik itu kemudian akan mencari celah dan mengalir membentuk sunggai-sungai kecil yang kemudian berubah seakin besar ketika bertemu dengan sungai-sungai kecil lainnya. Kemudian mereka bersinergi menjadi arus yang deras yang sanggup mengapungkan benda-benda besar dan melabuhkannya di muara dan bersekutu dengan teman-teman mereka di samudera.

Ingat lagu ini kan?

Tik..tik…tik… bunyi hujan

Di atas genting

Aiirnya turun tidak terkira

Cobalah tengok

Dahan dan ranting, pohon dan kebun

Basah semua….


 

Berbeda dengan bunyi hujan di lagu itu yang berbunyi "tik.., tik.., tik..", hujan di rumah kami berbunyi gemuruh menderu kuat seperti badai. Hujan yang turun menimpa atap seng akan menghasilkan bunyi yang dahsyat yang mengalahkan bunyi-bunyi lain. Hanya guruh yang sekali-sekali mencoba menyaingi yang akan kedengaran, seolah tidak rela eksistensinya hilang karena hujan. Seperti mencoba mengadu kekuatan mengklaim diri menjadi penguasa. Tapi bukankah mereka bersahabat? Kalau datang hujan, guruh akan hadir pula.


 

Berlari-lari di tengah tombak-tombak air yang deras meluncur dari langit adalah ahal kedua yang sangat mengasyikkan. Berlari telanjang dada di sepanjang jalan desa di tengah hujan deras sambil mencipratkan genangan air kepada teman-teman sangatlajh seru. Hujan pertama kemarin, aku nggak bisa berlari-lari di tengah hujan seperti waktu kecil dulu. Soalnya, aku lagi ke kota dan terjebak hujan di warnet. Aku hanya bisa memandang iri kepada gerombolan muda-mudi yang berjalan bergerombol di tengah hujan. Bergembira salig mencipratkan air ke kawan mereka.


 

Hal ketiga yang membuatku jatuh cinta pada hujan adalah kesenduan yang diciptakannya. Yah, dia datang membawa sendu yang begitu menggetarkan. Rasakan desirannya, perih yang tiba-tiba merejam di dada. Aku suka kesenduan ini. Kesenduan membuatku bisa merenung dan berpikir lebih jernih dan tentu saja lengkap dengan efek dramanya. Kesenduan yang mebmbawa ingatanku pada dia yang disana dan dia yang disitu serta dia yang jauuuhhh disana. Mereka yang pernah singgah mengisi spenggalan kisah hidup mereka yang sempat menorehkan warna pelangi dalam hidup.


 

Hari ini hujan. Aku teringat mereka ketika sendu menyergapku dalam dingin….


 

2 comments:

  1. tulisan ke depan adalah sisi gelap malang...bagaimana?

    ReplyDelete
  2. Boleh Mbah...ntar mbah juga nulis yg sama ya..!

    ReplyDelete

Whaddaya think?