Wilayah Kabupaten dan kota blitar terbentang di lembah sungai brantas yang bermata air di lereng gunung Welirang Kota batu dan bermuara di laut Jawa setelah melewati kota Surabaya. Sebagai dataran yang membentang di sepanjang sungai dan dipayungi oleh Gunung Kelud yang terakhir meletus tahun 1990 dan statusnya pernah menjadi siaga satu karena aktivitasnya yang meningkat pada Oktober 2007, Blitar adalah daerah pertanian yang subur. Makanya, sepanjang perjalanan dengan kereta api dari stasiun Kota Malang, di kiri-kanan rel sejauh mata memandang terhampar perkebunan tebu, jagung, dan aneka palawija yang menghijau diselang-selingi oleh kebun buah-buahan. Durian dan rambutan sedang berbuah lebat. Memandangnya saja, sudah memberikan kepuasan tersendiri.
Setelah sekitar dua jam perjalan sampailah kita di stasiun Kota Blitar setelah pastinya melewati stasiun-stasiun kecil yang bejibun. Sebagai kereta dengan label ekonomi, tentu saja ia harus patuh pada kodratnya; berhenti di setiap stasiun yang dilewati. Stasiun kota Blitar sendiri tidak terlalu besar tapi cukup nyaman. Seperi biasa, belum afdhol kalau belum foto-foto membekukan kenangan dan membiarkannya bercerita di kemudian hari.
Gerombolan the lost Boy; tangan manis ke tangan cebok: Ridho, Cemet, Fuad, Bams, Erik, Abe.
Tujuan pertama pagi ini adalah rumah sahabat kami yang orang tuanya baru balik dari beribadah haji. Seperti lazimnya tradisi di Jawa Timur, ketika seseorang pulang dari menunaikan ibadah haji, maka keluarganya akan mengadakan perjamuan untuk menyambutnya. Selama sebulan penuh, para keluarga, tetangga dan handai taula akan berdatangan untuk memberikan ucapan selamat. Tamunya bisa lebih ramai dari pernikahan tergantung dari seberapa luaspergaulan si empunya acara.
Tentu saja ini kunjungan yang sangat tepat bagi kami, gerombolan mahasiswa yang selalu bersekutu dengan segala hal yang berbau gratis. Kapan lagi disuguhi makanan, aneka kue dan buah-buahan yang nggak habis-habis (soalnya selalu di re-fill sama yang empunya rumah).
Setelah memanjakan lidah, saatnya mengunjungi tempat wisata di Blitar. Makam Bung karno dan pepustakaanya yang menjadi kebanggaan warga Blitar adalah destinasi pertama. Kompleks makam Bung Karno selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah yang ingin mengenang dan mungkin napak tilas perjuangan proklamator dan presiden Indonesia pertama ini. Kompleks makam ini menyatu dengan perpustakan Nasional Bung Karno yang arsitekturnya tidak seperi lazimnya perpustakaan. Bagi saya, pepustakaan ini cukuplah menjadi alasan untuk betah tinggal di Blitar. Dengan banyak open space, sayang sekali kalau tidak digunakan buat acara-acara pementasan atau apresiasi seni dan semacamnya.
Gerbang makam Bung karno
di Cungkup Joglo bernama Astono Mulyo inilah tempat peristirahatan Bung Karno didampingi oleh kedua orang tua beliau; R Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai
no comment:
di Monumen Bung Karno Membaca. coba tebak, buku apa yang sedang dibaca oleh beliau?
rapat G 8 pindah ke Perpus Bung Karno
Puas mengitari makam dan pepustakaan, Mbak Miza yang menjadi tuan rumah membawa kami ke sebuah warung pecel yang katanya terkenal enaknya. Warung pecal Mbok Bari. Yup, rasanya tour nggak lengkap kalau belum mencoba local food.
Hari beranjak sore ketika kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke destinasi terakhir kami hari ini. Sebuah candi peninggalan kerajaan Majapahit yang dibangun oleh raja Syrenggra yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200. Dialah candi Penataran. Berdiri tegak di tengah dataran pertanian yang subur di lereng barat daya Gunung Kelud untuk tetap menceritakan babad kehidupan masa lampau. Kompleks candi ini adalah yang terluas di Jawa Timur.
hamparan kompleks candi
saksi bisu peradaban
matur suwun Mbah...
Di sudut kiri belakang kompleks terdapat sebuah pemandian/petirtaan dengan air jernih yang mengalir. Dinding kolam penuh dengan relief yang bersi rangkaian cerita tentang Pemburu Tertipu, Kura-kura yang Sombong serta Lembu dan Buaya. Sekarang, kolam nan jernih itu dihuni oleh ikan-ikan lele dan ikan Mas yang hidup damai menikmati peninggalan kerajaan Kediri.
lembayung senja perlahan turun menyelimuti dataran dengan latar belakang kemegahan gunung kelud. lembayung yang mencipta nuansa keemasan yang menyelimuti kebisuan Candi Penataran, mengantarkan kami yang beranjak dengan sejuta pertanyaan di benak.
mantap..sayang gk bs ikut rombongan....
ReplyDeletethe lost boy...
ReplyDeletegambare lebih lengkap dan lebih sip!
ReplyDeletesenengnya....
ReplyDeletelumayan tuh, bisa jadi panji si petualang...
udah gitu, mendadak photo model, deh!!!!
nice posting, pal!!!1
@Mbah Jiwo, padahal g punya kamera ya? peace..!! ane lupa kalo atm benci motretin orang...
ReplyDelete@Dee, aq g bisa jadi panji dong. kayak harun aja mau jadi Trapani:)
Thx...
numpang komen aja....
ReplyDeletenice post boy...!!!
silakan numpang pak Wow, g pake tiket koq. gratis, tis tis!!
ReplyDeletewah ada foto ku juga:)
ReplyDelete