Saya sedang bosan sekali dengan
koleksi bermuda saya yang kian hari kian bertambah. Sudah banyak, jarang
terpakai pula. Bagaimana mau pakai bermuda,kalau pakai celana panjang saja
masih dingin. Akhirnya bermuda-bermuda kebanyakan hanya menjadi penghias lemari
dan jadi pakaian rumahan. Tadi pagi, terlintas ide untuk mix and match dengan
menambahkan beberapa detail di bermuda terbaru saya. Bermuda baru ini
potongannya bagus tapi detailnya kaku sekali,warnanya juga flat aja gitu.
Setelah menimbang dan menganalisis
akhirnya saya memutuskan untuk menambahkan kancing-kancing. Menambah kancing
merah dua buah di atas resleting sehingga kancing warna mocha itu diapit oleh
dua kancing merah. Keren! Setelah itu kancing saku kiri kanan saya ganti juga
dengan yang berwarna merah.
Sebenarnya saya juga ingin logo brand di saku kiri dibordir merah. Akan
tetapi dua tukang bordir yang saya datangi tidak sanggup mengerjakan permintaan
saya. Ya, sudahlah. Yang penting sekarang bermuda saya tampil lebih ceria
dengan detail kancing merah. Rencananya, kancing merah di kedua saku
samping,mau saya padukan dengan kancing hijau dan kuning biar jadi
merah,kuning, hijau. Akan tetapi toko dekat rumah tidak mempunyai persediaan
warna itu.
Anyway, tulisan saya di paragraf
sebelumnya itu hanya pembuka. Sepertinya terlalu panjang. Ya, maaf. Saya memang
selalu bersemangat kalau berbicara tentang bermuda.
Sebenarnya saya mau menulis yang
nyambung dengan judul yang saya tulis itu; murah!
Jadi, saya menunggu tukang jahit
menyelesaikan kancing-kancing itu sambil mengetik tulisan ini di BB. Ketika
kancing-kancing merah cantik sudah terpasang, saya mengeluarkan dompet untuk
membayar.
"Berapa
bu?
"Seribu
mas (seribu rupiah maksudnya, bukan seribu dolar)"
"Hah?
Beneran seribu bu?
"Iya
mas, seribu saja"
"Dua
ribu aja bu ya? Kata saya seraya menarik selembar dua ribuan di kantong terluar
dompet saya.
Bayangkan, ibu itu menghargai
keahliannya memperganteng bermuda saya dengan hanya 1,000 rupiah. Padahal apa
yang bisa dilakukan dengan 1000 rupiah zaman sekarang?
Ketika kita menghargai diri kita
murah,maka kita akan tercitra murah dan susah untuk menaikkan harga lagi. Ini
berlaku dalam bisnis dan juga dalam kehidupan keseharian. Kita harus pede
dengan produk maupun skill yang kita punyai. Banyak produk bagusyang dihargai
murah dan sebaliknya produk yang kurang bagus tapi dihargai mahal. Contohnya
bermuda yang saya pakai, produk ini tidak terlalu bagus menurut saya, tapi toh
saya tetap membelinya karena saya sudah terlanjur terpikat dengan logo brand yang tersemat entah di mana. Akan
tetapi mereka pede menjual mahal yang kalau ibu saya tahu, beliau bisa
geleng-geleng kepala. Kalau kita menghargai diri kita tinggi, orang juga akan
menghargai diri kita tinggi.
Pengalaman serupa juga saya alami
ketika saya naik becak di Cirebon setelah turun dari bus dari Jakarta. Jarak
yang saya tempuh cukup jauh. Tukang becaknya juga sudah renta. Ketika sampai di
tempat tujuan saya sudah was-was saja karena uang di kantong saya pas-pasan
sekali. Ketika saya bertanya harga dengan perasaan was-was tukang becak itu
hanya menyebut angka 10 ribu rupiah. Saya terkejut. Karena merasa tidak pantas
membayar segitu, saya membayarnya dua kali lipat. Tukang becak itu menerimanya
dengan sangat sumringah sambil mendoakan saya. Saya yang murah air mata ini
tentu saja mewek.
Teman-teman saya juga kaget
ketika pertama kali datang ke Malang untuk menuntut ilmu. Mereka kaget dengan
harga makanan yang murah. Kos-kosan yang murah dan nyaman. Jajanan yang juga
murah. Kafe yang murah. Dan pengalaman saya tentang kaget murah ini semuanya
terjadi di Jawa.
Efeknya, saya juga suka kagetan
ketika membayar sesuatu entah itu makanan ataupun jasa di kota-kota di luar
jawa. Mahal bo! Di Padang misalnya, kamar kos 120.000 di Malang dihargai sampai
500.000. Itu kamar kosong tanpa fasilitas apa-apa. Sedangkan di Malang, harga
120.000 sudah termasuk tempat tidur, lemari dan meja belajar.
Tentu saja semua harga tadi
berlaku karena hukum supply and demand.
Akan tetapi untuk kasus di Jawa sepertinya tidak sepenuhnya begitu. Barang
murah karena karakter umum masyarakat yang bersahaja dan pemurah. Dan sebagai
konsumen, tentu saja saya ingin harga yang murah dong. Jadi, ibu tukang jahit,
mbok tukang pecel, tukang warung, mas manager cafe dan kakek tukang becak, jangan
gara-gara tulisan ini kalian menaikkan harga ya. Stay bersahaja deh:)
sebentar, bermuda itu apa??
ReplyDeletebermuda itu celana pendek Mbah:)
ReplyDelete