Lama tidak update, hidup saya jauh berubah. Saya tidak hanya sibuk bekerja sekarang, saya belajar yang terstruktur dan formal. Iya, saya jadi mahasiswa lagi. Setelah galau dengan berbagai pertimbangan dan membatalkan satu Scholarship, saya memilih untuk kuliah Master di UGM. And you know what? Saya sangat menikmati setiap proses kehidupan saya di Jogja, terutama kehidupan kampusnya. Ngetem di perpustakaan sampai malam, bersepeda dengan sepeda kampus, main ke fakultas lain, dan tentu saja menikmati kopi di EB Kafe punyanya FEB di Pertamina Tower. Saya mau share alasan saya mengapa saya sangat menyukai kuliah di UGM.
1. Sepeda
Jogja adalah salah satu kita di Indonesia yang pengguna sepedanya banyak. Jalanan sangat bekerja friendly karena dilengkapi jalur sepeda dan petunjuk-petunjuk jalur alternatif sepeda. Bayangkan Anda bersepeda dengan sepeda kesayangan Anda menyusuri perkampungan Jogja yang jawa banget itu. Atau Anda bersepeda bersisian racing dengan mahasiswa atau mahasiswi bening. Skenario selanjutnya bayangkan sendiri deh. Kuliah di Jogja tapi nggak pakai sepeda rasanya kurang Afdhol. Apalagi, mahasiswa baru di UGM nggak boleh bawa sepeda motor ke kampus. Pakai tanda tangan surat perjanjian nggak bawa sepeda ke kampus pula. Di atas materai loh.
2. Perpustakaan
Salah satu tempat favorit saya adalah Sampoerna Corner di perpustakaan pusat. Kalau tidak ada agenda lain, saya Bisa dipastikan ada di salah satu sofa di Sampurna Corner. Apa gerangan yang saya lakukan?owh, banyak sekali. Mulai dari baca. Baca jurnalnya 30 menit saja. Tetapi membaca realitasnya Bisa berjam-jam; wow, si Perancis di sofa sebelah kok matanya bagus ya? Igh, itu bule-bule ternyata kerjaannya facebookan doang. Saya juga menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kantor dari sini. Lumayan, koneksi Internetnya keren. Saya juga mengajar teman-teman saya bahasa Inggris di sini. Waktu sehabis maghrib adalah waktu yang pas untuk Skype-AN di sini karena koneksi yang bagus dan pengunjung yang sepi karena semua sudah pulang. Memang dirimu skype-an sama siapa Rik? Ada duehhhh!
3. Lantai 8 Pertamina Tower
Kalau Anda sedang berjalan di kompleks kampus pusat UGM di Bulaksumur, Anda akan mendapati sebuah bangunan berbentuk tabung dengan warna silver. Bangunan berlantai 8 di lingkungan FEB ini bernama Pertamina Tower. Nah, kalau sudah lihat, segeralah melangkahkan kaki Anda ke sana. Masuk lift dan tekan tombol angka 8. Begitu pintu lift terbuka di lantai 8, aroma khas kopi akan langsung menyergap penciuman Anda. Kalau saya, otak saya langsung merespon dengan berimajinasi tentang sebuah Espresso Bar di Ubud.
Sebuah Espresso Bar yang nyaman dengan taman kecil beratapkan langit di tengahnya langsung membuat saya jatuh cinta dan menempatkan coffee Shop ini menjadi salah satu List tempat favorit saya di Ngayogyakarta Hadiningrat. Ini adalah bangunan paling tinggi se Ngayogyakarta Hadiningrat. Maka, pandangan Anda bebas lepas ke semua penjuru kota. Untuk kemewahan itu, Anda tidak harus membayar mahal karena semua menu terjangkau oleh kantong mahasiswa. Saran saya, pilihlah tempat duduk yang open air dan jangan lupa mencoba klappentart cafe ini.
3. Publicspehere di mana-mana
Salah satu hal yang membedakan kampus UGM secara fisik dengan kampus lain adalah UGM mempunyai publicsphere di mana-mana. Pihak kampus benar-benar memperhatikan kenyamanan mahasiswa. Gazebo bertebaran di mana-mana. Payung-payung dengan meja dan kursi ala kafe pinggir pantai di Bali ada di mana-mana. Setiap gedung selalu menyediakan tempat yang memadai untuk mahasiswa berdiskusi. Dan tentu saja dengan koneksi wi-fi yang selalu tersedia. Hal ini adalah kebalikan dari kampus saya ketika kuliah S1 dulu.
Semasa kuliah S1, saya sering mengeluhkan ketidaktersediaan publicsphere buat mahasiswa. Konsep sederhana di kepala saya, ketersediaan publicsphere yang banyak sangat menunjang produktivitas mahasiswa untuk berkarya. Logikanya, dengan adanya Public space tempat mahasiswa bertemu, maka proses pertukaran ide akan lancar, sharing Knowledge berjalan. Apalagi kalau tempatnya nyaman. Kemudian bayangkan ketika Public space tidak ada. Seusai mengikuti proses belajar di kos, mahasiswa akan langsung kabur ke kost untuk beristirahat. Otomatis, interaksi dengan mahasiswa lain akan jauh berkurang sehingga proses sharing ide dan Knowledge tidak berjalan. Padahal, ilmu yang diserap mahasiswa ketika mengikuti kelas, hanya sekitar 30%. Itupun kalau proses belajar dan mengajar dalam kelas tersebut ideal. Ketika ada proses sharing Knowledge, mahasiswa Bisa menyerap sampai dengan 50%. Ini adalah hasil penelitian loh. Tapi, saya tidak akan banyak menulis itu di sini. Mungkin saya akan menuliskannya menjadi artikel di jurnal.
4. Teman-teman yang gokil
Kalau ini sih, tergantung bagaimana Anda bergaul deh. Saya sangat menyukai gaya mahasiswa di kelas saya. Walaupun kebanyakan mereka menyandang status bapak-bapak dan Mak-Mak, mereka tetap ramai dan gokil seperti ABG macam saya ini. Iyaaa, saya masih ABG kok. Dan satu lagi, mereka punya keterikatan yang kuat dengan dosis tinggi dengan yang namanya kamera alias gila foto. Makanya, isi wall GROUP anak-anak MMPT angkatan ini lebih banyak dipenuhi foto-foto dibandingkan dengan diskusi. Sepertinya porsi foto-foto ini berbagi dengan porsi gosssip. But Hey, that's all make being student is so much fun!
Cerita apa lagi ya? Nanti deh, saya tulis lagi. Saya berencana untuk membuat postingan bersambung khusus tentang keseharian saya menjadi mahasiswa UGM. I enjoy every second of my life here in Jogjakarta. Buktinya, dengan banyak beban tugas kuliah dan juga deadline pekerjaan saya tidak tertekan tuh. Malah, saya enjoy banget. Makanya, saya selalu bersemangat setiap saya bangun pagi.
Pagi-pagi saya sudah sibuk memilih kostum buat ngampus. Iya dong, jadi mahasiswa bukan berarti harus klowor dan nggak terurus. Tapi, karena sering sibuk dengan urusan domestik ini, saya jadi sering telat datang ke kampus. Not good!
Okay, saya mau melanjutkan pertapaan saya di puncak Pertamina Tower. Secara ini zaman modern gitu kan ya? Bertapa nggak lagi di gua-gua di puncak gunung. Ikuti cara saya dong, bertapa di sudut cafe yang cozy!
Thursday, October 18, 2012
Thursday, August 2, 2012
Kisah Masa Kecil# Pohon Jambu, Bisnis, Karet Gelang dan Gundu
Kata bisnis menjadi salah satu trending word saat ini. Ada sekolah bisnis, bisnis online, kompetisi bisnis, pelatihan bisnis. Orang tua ingin anaknya terbiasa sejak dini. Anak-anak muda berlomba-lomba memulai bisnis sendiri. Bisnis orang-orang muda yang berhasil banyak menghiasi profil majalah majalah bergenre ekonomi. Begitu juga acara-acara TV. Singkatnya bisnis tidak lagi menjadi kata elit yang berhubungan dengan kaum berdasi seperti saat sebelum krisis melanda pada era 98. Menurut ilmu sosiolinguistik sih, kalau salah satu kata menjadi trending topik, itu artinya hal yang berkaitan dengan kata tersebut memegang peranan penting dalam sebuah masyarakat. Pokoknya, bisnis itu penting banget.
Saya sedang tidak menulis tentang panduan how to membangun bisnis ataupun meraup untung seperti yang banyak menjadi trend buku di toko-toko buku. Saya ingin bercerita tentang bagaimana bisnis dalam masa kecil dulu. Saya teringat bagaimana orang tua mendidik saya karena dalam salah satu sesi Workshop, coach bisnis saya menyampaikan kalau salah satu kunci sukses dalam berbisnis adalah 'mental skill'. Dan itu bawaan didikan sejak kecil, pengaruh lingkungan dan benturan keadaan.
Ibu saya mempunyai rumah dengan halaman yang luas. Sejak kecil, kami anak-anaknya mempunyai bagian masing-masing atas pohon buah-buahan di halaman yang lebih menyerupai hutan saking rimbunnya. Selain anaka jenis rumpun pisang, pohon kelapa, belasan batang nangka, kami mempunyai cukup banyak pohon jambu. Nah, masing-masing saya, kakak dan abang saya mempunyai satu pohon jambu andalan yang kami jaga layaknya harta yang berharga. Kalau salah satu di antara kami memetik jambu tanpa seizin empunya, bisa dipastikan perang besar akan terjadi.
Pada suatu musim jambu, pohon jambu milik saya dan kakak perempuan saya tidak berbuah lebat selebat pohon jambu milik abang kami yang berpohon kokoh berdampingan dengan pohon nangka di belakang rumah. Buah-buahnya yang montok dan ranum tentu saja mengundang anak-anak nakal untuk mencicipi tanpa izin.
Abang saya pun memperketat penjagaan terhadap pohon jambunya. Akan tetapi Ia tidak bisa stand bye sepanjang hari menjaga pohon jambunya. Maka, sekuriti untuk membantu penjagaan perlu direkrut. Setelah lowongan domestik terbatas dibuka, maka kakak perempuan saya lolos fit and properti test untuk menjadi sekuriti menjaga aset bisnis abang saya. Dan tahukah Anda berapa gajinya? Gajinya sangat menggiurkan, 3 buah jambu per hari. Hahaha ha! Padahal kalau kami mau, kami Bisa mendapatkan jambu berkepanjangan-keranjang dari kebun kami yang lain atau dari pohon jambu liar yang memenuhi bukit di pinggir desa. Akan tetapi, saya menganggap itu adalah kemampuan abang kecil saya untuk memimpin karyawan. Oh ya, waktu itu abang dan kakak saya masih SD dan saya belum bersekolah.
Ketika ada pohon pisang yang menunjukkan tanda-tanda siap dipanen, kami biasanya membagi rata. Buahnya diolah sesuai kehendak masing-masing. Kakak perempuan saya bersaing dengan abang saya membuat pisang goreng dengan tangan mereka sendiri dan menjualnya dari rumah ke rumah. Sore hari, uang penjualan dihitung dan dimasukkan ke dalam celengan tanah.
Saya juga, walaupun belum mulai berjualan mempunyai celengan tanah. Akan tetapi umurnya tidak pernah lama karena saya selalu mengoreknya untuk jajan. Kadang saya membuat skenario yang membuat celengan itu jatuh dan pecah dengan alasan yang sangat-sangat tidak profesional; jatuh disenggol kucing!
Ketika, saya mulai masuk SD, saya tidak sabar untuk memulai berjualan juga. Maka, saya membawa permen dalam toples untuk dijual kepada teman-teman sekolah. Dagangan saya cepat habis! Tapi bukan karena banyak yang beli. Saya sendiri yang keseringan memasukkannya permen-permen itu ke mulut!
Semasa SD, dagangan saya bermacam-macam. Ketika semua murid dilatih untuk menulis tegak bersambung, saya berjualan buku halus (nama buku tulis untuk latihan menulis indah). Hal yang paling saya suka adalah ketika musim bermain karet gelang dan gundu melanda desa. Itu adalah saatnya saya jualan karet gelang dan gundu. Saya pun pergi ke kota untuk beli karet gelang dan gundu. Seringnya sih titip ke ibu. Kemudian, karet gelang itu saya kemas dalam satu rangkaian berisi 10 karet gelang. Namanya anak desa, uang jajan bukan hal yang lumrah. Maka, transaksi pun menggunakan sistem barter berupa biji kemiri atau bawang putih. 10 biji kemiri biasanya ditukar dengan 1 rangkaian karet gelang atau satu buah gundu. Ketika dagangan saya habis, terkumpul lah satu karung kecil kemiri. Kemiri itu saya jual kepada pengepul. Senangnya ketika lembaran-lembaran uang itu saya pegang. Musim bermain ketapel, saya berjualan karet ketapel.
Memasuki bangku SMP, saya jarang berdagang. Akan tetapi celengan saya terus bertambah dari hasil berjualan ayam. Iya, saya beternak ayam kampung yang dagingnya tidak pernah saya nikmati sendiri karena saya tidak tega melihat mereka disembelih. Kalaupun disembelih, saya akan pergi jauh dari rumah agar tidak melihat ayam-ayam kesayangan saya disembelih dan dipotong-potong. Pada saat SMP saya lebih banyak mengurus ternak sapi saya yang ternyata beranak pinak. Iya, saya adalah anak gembala kecil sejak masih SD. Ternak-ternak inilah yang terus mengisi celengan saya yang sudah bertransformasi menjadi rekening bank. Karena saya mempunyai tabungan sendiri, barang-barang saya selalu lebih keren dari siapapun di satu sekolah waktu itu. Hobi jual-jual itu berlanjut sampai saya sekolah di Boarding School.
Mengingat kisah masa kecil itu, saya sangat kagum terhadap cara ibu saya mendidik kami bertiga. Beliau sangat mampu sebenarnya memenuhi kebutuhan kami bertiga. Toh, selama itu kami tidak pernah kekurangan. Beliau rupanya ingin mendidik kami menghargai uang, bagaimana merasakan manisnya uang hasil keringat sendiri. Beliu sendiri berbisnis berbagai macam jenis usaha walaupun hanya sampingan. Sampingan dari menjadi buru dan petani desa.
Sunday, June 17, 2012
Escape to Ubud
It was my quick (what I mean with quick is a week) stopping by in bali after two weeks off in my mother's home in Bima. I headed to Bima after 2 months project in Bali. I need that 'mother and son' time to reffresh my body and soul after some intriguing drama.
One of my best friend, Dewi, took me to Ubud. Okay, it was me hitchicking her car in her way to work. what we did was to enjoy the little things we have both on the way and in Ubud. Enjoying the rain dropped, commenting the pretty girl and georgous man in the next car, having our "sarapan ganteng and cantik" in some Ubud's restaurants, walking and having the photoshoop in Ubud's street when she was in her break time from the hectic job in the restaurant.
I enjoyed my Ubud time very much. I've visited this place 4 times before but never felt satisfied. I want to return back more and more.
Okay, here are some pictures I took from Ubud.
Sunday, June 3, 2012
My Bali Life; An Afternoon in Kuta Bali
Thursday, May 17, 2012
My Bali Life# ; Carrot Cake and Lemon Tart in Mango Tree Cafe
One of my favourite beach destination in Bali is Padang-padang beach. Despite of its beautiful white sands, scattered rock and clear water, I also love the road takes me there. Unlike thestreet of the Kuta and other urban areas which fulled of buildings, this road is still quit like the other country side road. The road takes you down from the hill of Bukit Jimbaran to the south coastal. Therefore, along the way you can see the blue ocean down there. However, the things I like most are the small boutiques, cafes, and restaurants popped up among the forest and bushes. It's worth to stop for Mango Juice and carrot cake in outdoor seats in the breeze wind after swimming and sunbathing in the beach. It's kind of place where I want to spend all day enjoying the breeze with good reading in hand.
That afternoon we decided for the second stop at Mango Tree Cafe. Situated just in the slope road near the Padang-Padang beach car park.
There we were. I and Mr. Shine took the outdoor seat under the Mango tree with Mango Juice and Mango smoothie that were not good becouse they blend the unripe mango I guess. It's not the Mango season like our prevoius visit to this place.
Mangoo Tree's carrot cake. The most delicious carrot cake I've ever tried! |
The carrot cake and Lemon tart were superb, especially the carrot cake. It's our reason to stop. The smell of cinnamon, domminant ingredient of carrot, chocholate and almonds went so right.
Mango Tree's Lemon Tart. I'm not the fan of lemon tart anyway. |
Thanks to the kitchen master who created this heavenly taste cake. I will definitely stop by for anothe carrot cake next time.
Saturday, May 12, 2012
My Bali Life; Breakfast with Style in Tuckshop Seminyak
![]() |
Since I didn't have my camera with me, I took all the pics in this post from this cool blog; Crema and Crumbs. So, the photo credits are on him/her |
Breakfast is one of the most important thing for my day. for me, good breakfast creates a good whole day. Anytime I visit my mother, it will be me who prepare the breakfast for the big family. What I prepared range from simple pancakes or the pancakes that i made by trying mixing this and that. And the last time, I made a pumpkin pancakes with the freshly picked pumpkin from my sister's garden. Preparing the breakfast is one of my "Joie de vivre".
When I was in my recent stay in Bali, I was addicted to 'breakfast around'. I and my friend tried several places for the breakfast around Seminyak and also Ubud. It started becouse the fancy budget hotel in Seminyak where we stayed for some days didn't serve the breakfast in the hotel package.
Riding the motorbike along the small street in Seminyak we tried to find the restaurant serving breakfast took us uncoincidely to a small place in the corner of Laksamana Oberoi Street and Kayu Aya street. Coming back and forth passing this street before, I never realized that this is a reastaurant. I wondered it was a boutique becouse what i see from Laksamana Oberoi Street are the display of fashion items. This place is more wellknown as Corner Shop wich is the name of the boutique, while the real name of the restaurant is Tuck Shop. It's a combination between cafe, deli, boutique and gallery.
Once we entered the restaurant, i was welcomed by the smell of coffee from the busy grinding coffee machine operated by two man beside the door. That smell somehow created a tranquil feeling on my soul. I always love the smell of cofee!
The interior is really fancy. Tables are situated among the manequinn and fancy clothes hunging with designed forms.I love the place more and more when I sat in the big table in front of shell that full of books, magazines, dayly newspapers and the display of some organic product like jam, coffee bean, and tea.
I was confuse which breakfast I wanted. All are tempting and mouth watering. I ended up taking the baguette sandwich, and Cappuccinno. Wow, it was a very big plate contained of baguette and two pieces of sadwich that I thought I couldn't eat them all. Both I and mr. Shine, was amazed when in the end we found my plate was clean!
What I like most from this restaurant is the atmosphere. You know what, almost everyone I saw was busy with their Apple stuff. See that man in the corner table near the tank top t-shirt collection! His cuteness improving some bars becouse of that Mac Book Pro. Dressing in a fade orange t-hirt, dark blue very short pant and flat make him looks georgous. And that ellegant expensive looks lady with her new I-pad sitting with two men occupied with their Mac Book beside me just made me soooo jealous. It seems they worked on their business while having their breakfast. In the other corner, a group of mothers with their baby seems enjoying their gossip time.
This fancy place are commonly fulled up by expats who are based in Seminyak area. Therefore, just few locals can be found here.
I've pick this place as one of my favourite breakfast place in Bali. It's really reccomended place for you to end up your jogging in the morning or just simply the place to see and to be seen. and don't worry, you can have your breakfast even in the afternoon here becouse the restaurant serve the breakfast until 18.00. It's all day breakfast!
For me, I'll visist back this boutique resto with more preparation; good dress and fancy gadget!
Sunday, April 22, 2012
Pernak-Pernik Perjalanan
Ada banyak hal
yang seharusnya dibekukan beberapa waktu belakangan ini. Ada banyak cerita
bahagia dan kisah sedih yang seharusnya terangkum. Berikut adalah beberapa hal
yang saya rangkum dari perjalanan saya. Yang saya maksud dengan perjalanan
adalah to travel.
11. Kejadian
di maskapai Indonesia; saya datang ke airport 2 jam sebelum boarding time.
Ketika akan check in, petugas mengatakan kalau pesawatnya sudah take off. Saya
mencocokkan tiket saya. Saya tidak terlambat. Petugas check-in menyuruh saya
menemui petugas office maskapai tersebut dan saya mendapati beberapa orang
leklaki berseragam yang dikerubuti oleh sekitar 20 orang dengan wajah marah.
Rupanya mereka penumpang yang terlantar seperti saya. Complain saya ditanggapi
bahwa mereka sudah melakukan prosedur dengan mengirimkan pemberitahuan ke
handphone saya tentang pemajuan jadwal. Pemberitahuan yang tidak pernah saya
terima. Mereka tidak punya solusi apa-apa. Tidak juga bisa menjamin saya bisa
terbang dengan pesawat mereka keesokan harinya. Daripada berdebat menguras
emosi dengan mereka dengan hasil sama; tidur di airport, saya memilih untuk
membeli tiket last minute dari maskapai lain dengan harga 3 kali lipat.
22. Untuk
pertama kalinya saya menemukan flight
attendant kulit hitam khas ambon manise. Saya iri dengan warna kulit dan hidung
mancungnya. Juga jam tangan kerennya. Ups, bodinya juga ding. Ini hikmah
ditinggal Batavia dan terpaksa beli tiket Garuda.
33. Hal
yang saya sukai dari terbang malam dengan Garuda adalah karena flight attendantnya laki-laki. Saya
merasa lebih secure.
44. Mengapa
headphone Garuda bentuknya begitu? Mengapa tidak seperti headset nya KLM yang
bisa dibawa pulang dan compatible untuk banyak gadget?
a5. Saya
lebih suka flight attendant garuda yang umurnya lebih senior ketimbang flight attendant lion air yang muda-muda
dan cantik tapi bertampang judes.
66. Saya
selalu suka naik pesawat kecil berbaling-baling. Alasannya sederhana.
Pengaturan penumpangnya tidak seribet peswat besar. Pesawat besar yang tidak
professional loh ya. Take off dan landing juga lebih cepat. Tapi hal yang saya
tidak sukai adalah saat mengantri naik ke pesawat. Panas mesinnya menyembur
muka pas di tangga naik. Belum lagi kalau hari sedang panas-panasnya.
77. Saya
tidak menyangka bahwa pramugari favorit saya ternyata pramugari pesawat wWings
Air yang masih pakai baling-baling dan bersuara bising itu. Tidak seperti flight attendant kakaknya, flight attendant Wings Air lebih ramah,
dan Rika Diana, flight attendant yang menemani 25 menit perjalanan saya dari
Bali ke Lombok benar-benar ramah. Bukan ramah yang dibuat-buat. Saya sengaja
meninggalkan kabin pesawat paling akhir untuk khusus berterima kasih dan memuji
senyumnya yang menentramkan. Thanks Miss Rika Diana, flight attendant Wings
Air.
88. Saya
deg-degan ketika akan memuji senyum Miss Rika Diana dan kesulitan untuk
mengungkapkannya dengan bahasa Indonesia. Ternyata lebih ringan
mengungkapkannya dalam bahasa Inggris. Anyway, you’ve got avery nice smile.
It’s curing. Thanks.
99. Saya
selalu suka berada di airport. Suasana bepergian membuat saya bersemangat. Dan
otomatis saya akan berjalan dengan langkah lurus segaris dan dau terangkat.
Ekspresi minta ditampar.
110. Terbang
paling horror yang pernah saya alami adalah terbang dari Jakarta ke Padang jam
10 malam pakai Lion Air dan terbang dari Surabaya ke Denpasar pakai Garuda.
Dalam penerbangan dengan Garuda itu penumpang perempuan di sebelah saya sampai
menangis.
111. Saya selalu merasa coming home ketika menginjakkan
kaki di Ngurah Rai International Airport di Bali.
112. Kayaknya
Airport paling sibuk itu adalah Ngurah Rai Airport, Soetta dan Juanda deh.
113. Saya
hanya berurusan dengan bagian lost and Found dua kali dari semua perjalanan
saya. Satu kali karena meninggalkan tripod kamera yang sampai sekarang tidak
balik-balik dan kali lainnya ketika saya lupa menaruh pisau lipat Swiss Army
saya dalam baggage luggage sehingga
harius dimasukkan ke dalam amplop barang-barang terlarang dan harus diambil di
Lost and Found.
114. Oh
ya, ini tidak ada hubungannya dengan perjalanan. Saya mempunyai pisau lipat
Swiss Army yang resmi dikeluarkan oleh militer Swiss. Bagaimana saya
mendapatkannya? Tanya dehhh!
115. Kalau
saya lagi usil menjawab pertanyaan tentang asal negara saya, saya akan menjawab
cepat bahwa saya berasal dari Timbuktu. Banyak yang percaya dan biasanya tidak
akan bertanya banyak setelah itu.
116. Mengapa
orang-orang sibuk dengan telepon justru ketika boarding time atau ketika
pesawat baru take off? Bahkan dalam satu penerbangan horror karena turbulence
ke Padang, suasana horror itu ditambah dengan seorang penumpang laki-laki
dengan aksen Makassar yang kental berbicara keras-keras lewat telefon
genggamnya selama perjalanan. Orang itu baru berhenti ketika pramugari cantik
nan judes itu mematikan telfon bapak itu dengan paksa.
117. Mengapa
sering ada penumpang bodoh yang duduk seenaknya di kursi yang tidak sesuai
dengan tiketnya? Paling sering tempat duduk saya yang window seat kena serobot.
Tapi menyerobot kursi saya adalah sama dengan mempermalukan diri sendiri karena
saya akan ngotot. Kasus terakhir ketika saya terbang dari bali ke Lombok dua
hari yang lalu. Penumpang bodoh itu malah tidak mau pindah dan mengatakan; kan
kamu bisa duduk di mana saja! Saya: ibu, saya sengaja minta kursi itu pas check
in. Akhirnya pramugari cantik mbak Rika Diana itu meminta orang lain untuk
mengalah agar saya tetap bisa duduk di window seat.
118. Dari
semua airport di Indonesia, saya paling sering menginjakkan kaki di Ngurah rai
airport di Bali. Bisa 6 kali sebulan.
119. Paling
seru kalau menginap di hostel (yang mengaku hotel) di kota-kota kecil deh.
Sebaiknya set your expectation low. Saya pernah menginap di sebuah hotel di
Payakumbuh yang tempat tidurnya terbuat dari semen. Tampak seperti kuburan yang
ditinggikan. Selimutnya warna hijau seperti karpet mushola. Jangan Tanya service
deh. Hostel di Bali dengan harga dua kali lebih murah dari hotel tersebut masih
jauuhhh lebih nyaman.
220. Ada
hotel bagus banget. Interior dan eksteriornya adalah favorit saya. Tapi hotel
ini jatuh nilainya karena sarapannya yang sangat biasa saja. Pas dicek di trip
advisor, banyak yang “mengutuk “ hotel ini. Tapi buat saya, ini tetap menjadi
hotel favorit karena saya suka interior, eksterior dan suasananya yang sunyi.
Saya pernah menginap di hotel ini dan ketika sarapan saya hanya menemukan
sepasang tamu lain yang menghuni hotel ini. Puas-puasin deh berenang dengan
perasaan kolam renang pribadi.
221. Pemandangan
paling spektakuler dari udara menurut saya adalah pemandangan ranah minang.
Daratan maupun lautannya breathtaking.
222. Betapapun
indahnya tempat-tempat lain di Indonesia, still I love bali most. I love to
stay in Ubud, the tranquil heart of Bali or just simply spending the time in
the rocky beach along the pecatu area. Owhhh, I have stated this, haven’t I?
223. Travelling
selalu meberikan efek mellow kepada saya setelahnya. Efek yang paling besar
biasanya (ah, sepertinya selalu!) setelah traveling ke Bali.
224. Saya
jarang membawa oleh-oleh dari suatu tempat yang saya kunjungi. Saya selalu
bingung mencari oleh-oleh apa yang tepat. Pada akhirnya, saya tidak membeli
oleh-oleh sama sekali.
225. Saya
jarang membuat foto diri di tempat wisata yang saya kunjungi. Misalnya, saya
tidak pernah membuat foto di depan Hard Rock Café Bali walaupun saya beberapa
kali nongkrong di sana.
226. Saya
tidak mengerti mengapa banyak wisatawan harus pergi berombongan naik bus-bus
besar di tempat wisata yang umum seperti di Bali. Maksud saya, apa enaknya
mengunjungi pantai bergerombolan satu bus dan ditunggui oleh guide? I just don’t
get it!
227. Menurut
saya, pergi ke pantai dengan jeans, jaket dan sepatu lengkap sangatlah aneh. Apalagi
kalau pakaian tersebut berwarna hitam. Biasanya orang Indonesia banyak yang
seperti itu.
228. Entah
dimulai kapan, perjalanan saya ke pantai-pantai di Bali selalu diwarnai dengan
perburuan carrot cake. Dan carrot cake terlezat menurut saya adalah di Manggo
Tree Café dekat pantai Padang-padang tempat MLTR membuat video clip mereka.
229. Kafe
terbaik di Bali menurut saya adalah Seminyak Café. Kue-kuenya enak banget. Saya
paling suka banana crumble, apple pie dan apple crumble. Sarapannya juga super
enak. Favorit saya adalah French breakfast.
330. Mau
breakfast with style dengan freshly roasted coffee? Tuckshop café yang menyatu
dengan butik di jalan Laksamana Oberoi seminyak Bali adalah tempat yang pas. Kalau
anda mempunyai sesuatu dari Apple seperti MacBook atau I-pad, harus anda bawa. Soalnya
hamper setiap pengunjung membawa benda-benda tersebut. In mky case, saya ngiler
karena benda-benda tersebut bukan karena makanannya. Bayangkan diri anda dengan
secangkir kopi di meja cantik di antara mannequin dan display baju-baju bagus
sambil sesekali menggerakkan jari anda dengan gaya di layar I-pad 3, owwhhh!
331. Waktu
tempuh penerbangan Lombok-Bali jauh lebih singkat daripada waktu yang
diperlukan untuk menunggu bagasi setelah penerbangan tersebut.
Apalagi ya? Hmmm….cukup sekian
dulu deh. Kalau pernak-pernik perjalanan anda bagaimana?
Ubud, 22 April 2012, sambil nongkrong bareng Dee dan Billy di Oops
Reastaurant & Bar
Saturday, April 7, 2012
My Bali Life; All Day Breakfast in Cafe Seminyak
Pagi adalah sepotong waktu yang paling saya sukai dari semua potongan waktu. Ucapan pagi adalah ucapan paling bersemangat dari semua sapaan yang berhubungan dengan waktu. Pagi datang dengan semangat dan janji-janji kehidupan baru. Termasuk diantaranya, saya suka sarapan yang menjadi rutinitas pagi. Menurut literatur yang saya baca, orang yahudi menyisihkan makanan terbaik mereka hari itu untuk sarapan.
Sejak sering bolak-balik Bali saya jadi sangat menyukai sarapan. Mungkin karena pilihan menu breakfast yang beragam.Diantara semua menu breakfast yang pernah saya coba, favorit saya tetaplah banana pancake dan Srumble Egg. Akan tetapi itu sebelum saya mencoba sarapan di Cafe Seminyak. Ayo, sarapan bareng saya di Kafe Seminyak sambil merasakan suasana Bali berpadu dengan menu-menu dari berbagai belahan dunia. Wangi dupa dan setanggi bercampur dengan aroma fresh baked bread dari dapur cafe. Alunan gamelan Bali yang mengiringi suapan baguette. Gadis-gadis berkebaya Bali diantara turis-turis bule dengan busana santai khas pantai. Perpaduan ini yang selalu membuat Bali unik bukan?
Saya memilih French breakfast hari ini. Suasana french makin terasa karena saya juga langsung belajar bahasa Prancis dari penutur aslinya yang selalu meledek lidah saya yang payah.
Saya jatuh cinta dengan cangkirnya. |
Cafe ini menyatu dengan butik kecil. Sarapan sambil menghayati karya fashion yang berkelas:) |
Tampak luarnya sih biasa. Kafenya juga kecil. lebih besar coffee time, kafe favorit saya di Malang. |
Bagaimana? Sudah tergoda untuk mampir di kafe ini?
Subscribe to:
Posts (Atom)