Friday, March 13, 2009

Nenek Pemulung yang Ceria

Banyak hal yang mengugah yang menarik perhatianku beberapa hari ini. Salah satunya adalah seorang nenek tua yang berprofesi sebagai pemulung yang setiap pagi lewat di depan tempat kerjaku. Tidak seperti pemulung lainnya, Ia sealu berpakaian rapi. Berkebaya rapid an kain batik yang terpasang rapi pula. Pilihan warnanya "matching" pula. Atau mungkin bukan pilihan tapi outfit kerja satu-satunya yang dia punya itu kebetulan matching. Karena memang setiap hari Ia selalu muncul dengan pakaian itu-itu saja tapi tetap rapi seperti kemarin-kemarin. Menurut taksiranku, umurnya lebih kurang 60 tahun. Tapi masih dengan perawakan tegap dan pancaran wajah yang penuh semangat. Pancaran yang menulariku untuk ikut bersemangat ketika memulai bekerja setiap paginya.

Setiap pagi Ia lewat di depan tempat kerjaku dan menengok isi tong sampah yang terletak di sudut teras. Kalau-kalau ada botol kosong atau barang bekas yang bisa diambil untuk menambah isi karungnya.

Biasanya aku akan keluar dengan membawa beberapa boto l plastic kosong yang sengaja kukumpulkan untuknya. Dia pun akan menerimanya dengan wajah sumringah dan ucapan terima kasih yang sangat menyejukkan hati. Kata-katanya sangat sopan dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya yang sudah keriput.

Yah, wajah itu. Wajah yang ceria dan menyejukkan. Keceriaan yang kadang dibaginya dengan bercanda dengan Vincent, balita anak koko tetangga toko sebelah. Tidak tampak kesusahan menghiasi wajah tuanya. Hal yang sangat kontras dengan manusia pemulung lainnya. Bahkan kontras denganku denganku yang sering memasang wajah suntuk kalau bad mood pagi-pagi sudah menguasaiku. Padahal berapa banyak buku yang sudah kubaca tentang betapa senyum itu menyehatkan. Sehat buat jiwa, raga dan juga lingkungan.

Bayangkan kalau semua orang begitu mudah tersenyum dan berbagi keceriaan dengan sekitar. Akan semakin berkurang angka orang stress, akan tidak banyak lagi terdengar berita perkelahian dan kerusuhan karena nafsu amarah teredam oleh senyum tulus yang terpancar. Lingkungan akan aman dari keserakahan karena manusia yang berhati damai akan menyebarkan kedamaian dengan menjaga lingkungannya. Dan tentu saja gossip-gossip perceraian selebriti ini dan selibriti inu, percekcikan artis sana dengan artis situ nggak akan menjadi hidangan yang tersaji rutin di layar kaca tiga kali sehari. Mungkin gossip itu akan berisi seperti ini

"Sahabat Cappuccino, senyum saipul jamil yang menyejukkan itu ternyata meluluhkan Dewi Persik Sang mantan istri untuk tidak liar beraksi panggung. DP yang selama ini terkenal dengan goyangan gergajinya kini tampil di panggung dengan sangat anggun dengan gaun panjang dan kerudunngnya"

Ah, nenek pemulung. Di usia senjanya Ia adalah seorang pekerja keras yang penuh semangat. Pasti ketika mudanya Ia adalah gadis ceria yang sangat enerjik .

Aku jadi miris melihat kenyataan begitu banyak orang-orang yang lebih muda dengan badan tegap dan juga gemuk-gemuk setiap hari menadahkan tangan dari pintu ke pintu. FYI, dari hasil ngobrol dengan beberapa orang pengemis muda yang biasa mampir di tempat kerjaku aku melongo ketika tahu berapa penghasilan mereka hari itu. Dari mengemis setengah hari saja, mereka bias mengantongi uang sampai 70 ribu. Jauh lebih banyak dari penghasilanku. Lah, kalau sehari penuh?

Nenek pemulung yang penuh inspirasi. Mau nggak ya, dia kuajak nongkrong di Coffee Time untuk sekedar berbagi cerita mengambil hikmah darinya. Ngobrol berdua saja. Apa yang membuatnya begitu bersinar. Sinar yang nggak ditangkap oleh semua orang.

Istana Dieng, March 11st 09


 

1 comment:

  1. jadi ikut terharu..........kayaknya aku juga tau tu si pemulung...Tapi aku sering gk memperhatikannya ketika lewat depan tempat kerja...emang bener ya dia slalu tersenyum...subhanallah...hal; yang tak perfnah ku duga sbelumnya...Tp Btw...bner neh mau ngajak si Pmulung tu ke Coffe Time?

    ReplyDelete

Whaddaya think?