Sunday, March 22, 2009

Penanda Rasa


Akhir-akhir ini banyak banget yang sakit. Literally. Pergantian musim dengan perubahan suhu yang drastis adalah penyebab utama. Iya, sekarang panas banget. Makanya, celana pendek dan tanktop menjadi busana favorit buat di rumah. Kalau boleh sih, pengennya itu menjadi setelan yang dipakai kemana-mana juga.

Kalau orang lain, banyak yang sakit dengan pergantian musim, justru itu menjadi saat-saat yang indah bagiku. Karena ambience yang tercipta menjadi salah satu penanda rasa bagiku. Suasana sore yang terang dengan angin yag bertiup sepoi-sepoi bisa membawaku menyusuri kembali memori yang pernah menyinggahi hidup pada saat yang sama di masa lalu.

Aku jadi ingat my beloved village dengan lading padi yang mulai menguning di sekelilingnya. Ingat saat kanak-kanak aku bermain di padang rumput di atas bukit sambil menggembalakan ternak. Berteduh di bawah pohon rindang sambil membaca buku yang selalu aku bawa ketika menggembala. Atau bermain aneka macam permainan anak desa yang sekarang sudah tergeser oleh playstation dan game-game yang membuat anak tumbuh individualis. Slah satu saat terindah dalam hidupku.

Suasana itu juga akan mengingatkanku akan suasana sore di Boarding school SMA ku dulu. Jogging sore-sore di jalanan tengah sawah yang dipenuhi Semangka dan Timun Suri. Kemudian duduk melepas lelah lelah di pinggir sungai melihat petani yang memandikan kuda dan kerbau.

Banyak hal yang menjadi penda rasa bagiku. Ada yang berupa aroma, musik, tempat, benda dan suasana.

Aroma pewangi ruangan di Masjid Usman bin Affan di belakang kampusku megingatkanku akan saat awal-awal kelas 3 SMP. Saat aku bertemu teman-teman baru di Temu Anak Nasional di kebun Teh Wonosari Lawang dulu. Mengingatkanku betapa polosnya aku saat itu. Benaran polos, nggak kayak anak-anak sekarang yang sepertinya cepat sekali dewasa. Aku ingat banget waktu itu, aku mengantongi seluruh tabunganku yang cukup banyak untuk ukuran masa itu. Tapi aku nggak beli apa-apa ketika teman-teman yang lain sibuk belanja di Tunjungan Plasa. Aku hanya membeli beberapa buah buku dan mengantongi pulang uang tabungan plus jatah dari panitia. Ketika kembali ke rumah, baru aku nyesal banget karena nggak beli barang-barang yang aku inginkan.

Aroma "Fahrenheit"nya Dior akan membawaku pada ingatan pada seorang teman yang pernah mnempati ruang yang cukup besar dalam hatiku. Teman yang pernah singgah dan meninggalkan beberapa pelajaran hidup.

Lagu "Kenangan Teridah"nya Grup Band Samsons akan membawaku ke ingatann ketika aku down banget di tahun kedua aku kuliah. Lagu itu begitu membekas karena dinyanyikan oleh pengamen dalam bus dari Ciputat ke Priok saat pertama kali aku mengunjungi Jakarta untuk mencoba mengembalikan semangat ketika liburan semester.

Masih banyak penanda rasa yang lain. Tapi, hampir setiap penanda rasa itu membawa ingatanku, pasti akan bermuara pada ingatanku akan Bunda di rumah.


 

Joyoraharjo, March 22, 2009.1.45 am

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?