Terbangun karena suara deburan ombak membuatku tersadar akan tempatku tertidur. Tidur diatas pasir tanpa tenda semalaman cukup nyaman walaupun dingin cukup menusuk membuatku enggan untuk menyingkirkan sleeping bag yang membungkus sekujur tubuh. Dalam keremangan fajar, segara anakan mulai terlihat jelas.
Shalat subuh berjama'ah di atas pasir di tepi Segara anakan terasa sangat berbeda. Khusyuk menyatu dengan deburan ombak dan nyanyian burung pagi. Tak sabar lagi rasanya ingin segera menceburkan diri ke dalam Laguna yang sangat bening itu. Tapi kayaknya asyik kalau melihat-lihat sekeliling dan mengambil beberapa gambar.
Diatas tebing karang yang memisahkan sisi timur Segara anakan dengan Laut Selatan
(pakai baju hitam dipantai;jangan ditiru!! Bakalan panas banget tuh)
Background Segara Anakan
Dalam siraman mentari pagi Segara Anakan terlihat sangat Memakau. Dikelilingi oleh tebing-tebing karang yang tinggi dan tertutup rapat oleh pohon membuatnya terlihat seperti danau di tengah hutan ketimbang Laguna di tengah Pulau di laut Selatan. Yang enyadarkan kalau ini di tengah Laut selatan adalah, deburan ombak yang menggema menghempas di balik tebing-tebing karang itu. Kalau pernah nonton The Beach yang dibintangi Leonardo Di Caprio, anda akan merasakan De Javu karena Segara anakan mirip banget sama Laguna di Thailand yang menjadi setting film itu. Nah kan, ternyata Indonesia pun punya Laguna yang tak kalah indahnya. Nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri.
Air Laguna yang hangat diterpa mentari pagi. Nggak renang? Mana tahan!!
Air di Segara anakan ini dipasok dari Laut Selatan oleh ombak yang menerjang masuk lewat lubang karang di sisi barat Laguna. Kata Laguna sendiri berasal dari bahasa Inggris Lagoon yang berarti sebuah danau air asin yang dipisahkan oleh tebing karang atau hamparan pasir dari laut lepas. Nah, Segara anakan ini dipisahkan oleh karang tinggi dari laut lepas sehingga lautnya tidak kelihatan.
Air mengalir masuk ketika ombak menghempas lubang karang.
Melompat dari atas tebing karang tinggi ketika air itu menerjan masuk merupakan tantangan yang mengasyikkan.
Beruntung kami sempat membeli mata kail dan benang di Sendang biru kemarin. Memancing sambil melihat ikan karang berwarna-warni itu bergerombol dan berebutan memakan umpan yang dipasang merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Kalau mau dapat ikan yang lebih besar, bawalah kail dan umpan yang memadai. Dahulu sebelum tempat ini dikunjungi sesering sekarang, Segara anakan merupakan tempat tinggal bagi berbagai jenis terumbu karang dan habitat yang bergantung padanya. Tapi sekarang keindahan itu sudah terkikis oleh pemboman liar yang dilakukan oleh tangan yang tidak bertanggung jawab. Sayang sekali.
Hasil mancing sambil renang
Sebelum pulang kami sempat membersihkan pantai yang mulai kotor oleh sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Sayang sekali kan, tempat seindah ini direduksi pesonanya oleh sampah. Andaikan semua punya kesadaran untuk menjaga kelestarian alam, bisa dipastikan masih bisa disaksikan keindahan yang sama berpuluh tahun ke depan. Yang pasti Law of Attraction itu tetap berlaku. Ketika hal negatif yang kita sebarkan, hal negative pula yang akan didapatkan.
***
Travelling Guidance:
Jarak kota malang dengan Pantai Sendangbiru sekitar 71 km. Sendang biru bisa dicapai dengan menumpang angkot AG dari terminal Arjosari/LG&GL dari terminal Landungsari (pokoknya semua angkot yang berletter G akan sampai ke Terminal Gadang) dengan tarif Rp. 2. 300 per orang. Dari terminal Gadang, naik Bus jurusan Turen dengan tarif hanya Rp. 4. 000 per kepala. Perjalanan dari semua keberangkatan tadi ke Turen memakan waktu sekitar 2 jam. Baru kemudian dari Turen menempuh jarak 43 km ke sendang biru dengan angkot yang tarifnya Rp. 15. 000 per kepala. Jalan yang ditempuh berkelok-kelok dan anaik turun gunung. So, prepare yourself.
Bawa air minum yang cukup karena di Pulau Sempu air bersih agak susah didapat. Jaraknya jauh dari Laguna Segara Anakan dan rasanya pun payau. Yang pasti perbekalan dan camilan harus memadai. Saying sekali kalau harus bersenang-senang dengan perut keroncongan.
Pada waktu kami berangkat, ongkos penyeberangan dengan perahu dari Sendang Biru ke Pulau Sempu Rp. 100. 000 dan sudah termasuk fasilitas penjemputan ketika balik dari Pulau.kalau mau lebih hemat, bergabunglah bersama rombongan lain karena tarifnya dihitung per perahu bukan per kepala. Satu perahu bisa membawa sampai dengan 15 penumpang.
Usahakan menyeberang pada siang hari agar tidak kemalaman dalam perjalanan. Kecuali anda suka tantangan berjalan dalam gelap melewati hutan rimba dengan jalan setapak yang becek dan licin pastinya. Normalnya hanya butuh waktu satu jam untuk mencapai Segara Anakan.
Ok, selamat berpetualang and be wise to the nature….!!
.