Saturday, January 23, 2010

Ujian

Hari ini sahabat saya menghadap dewan penguji di fakultasnya untuk sidang skripsi. Di kampus saya, sidang skripsi (bagi yang mengambil sains murni) adalah puncak dari segala usaha dia 4 tahun kuliah (well, ada yang 5 tahun dan lebih). Simpelnya, inilah saat yang menentukan apakah dia berhasil atau tidak dalam kuliahnya. Ia akan duduk di hadapan 4 orang dosen penguji yang akan mendengarkan dia mempresentasikan hasil penelitiannya yang dituangkan dalam skripsi. Yah, sepertoi seorand terdakwa mendengarkan keputusan hakim lah. Pengalaman seseorang dalam menghadapi ujian skripsi berbeda-beda. Ada yang selesai setelah beberapa pertanyaan ringan, ada yang baru kelar setelah mati-matian mempertahankan argumentasinya yang artinya mempertahankan bahwa apa yang dia tulis dalam skripsinya itu benar dan ada pula yang ketika berhadapan dengan penguji skripsinya langsung dijelek-jelekkan alias diolok-olok. Semua tergantung amal ibadahnya masing-masing:)


 

Kembali ke sahabat saya, hari ini adalah kali kedua dia harus menghadap dosen penguji setelah sidang yang pertama skripsinya ditolak mentah-mentah yang membuat sahabat saya harus merevisi total skripsinya. Seperti ujian hidup, ada orang yang diuji sekali oleh Gusti Sing Paring Urip untuk bisa melangkah ke tahapan kehidupan selanjutnya tapi ada juga yang diuji berkali-kali. Sekali lagi sesuai dengan amal ibadah masing-masing. Kalau action (amal) nya bagus dalam mengerjakan apa yang harus diujikannya, tentu saja dia tidak akan terlalu berat untuk menghadapi ujian. Karena usaha terbaik tentu saja menghasilkan output terbaik pula. Sebagai manusia beriman, amal terbaik tentu saja harus dibarengi dengan ibadah dan tawakkal kepada Allah. Sekeras apapun sang hamba berusaha, kalau Sang Robb tidak merestui akan menjadi amal sia-sia tentu saja. Banyak orang yang mengatakan kalau penentu keberhasilan diluar usaha pribadi tadi adalah faktor X. Tapi bagi saya itu bukan faktor X, itu faktor yang pasti. Keridhoan Sang Robb bagi saya adalah hal yang pasti.


 

Berbicara mengenai faktor X, kemarin saya membaca sebuah koran yang headlinenya dalah persiapan siswa di kota Malang dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). Saya takjub membaca beberapa hasil wawancara dengan beberapa siswa baik SMP maupun SMA. Seorang siswa SMP mengamalkan ibadah sunnah seperti shalat sunnah dan puasa senin-kamis untuk menguatkannya dalam menghadapi UN selain mengikutu Les dan training ESQ. Untuk anak SMP seperti saya (saya pernah SMP tentu saja) yang ketika menghadapi ujian SMP santai-santai saja, saya sangat takjub dengan persiapan yang dilakukan siswa SMP sseperti yang saya baca di koran itu. Saya seperti ditampar. Wah, kalau siswa SMP itu saja untuk menhadapai Ujian Nasional SMP saja sebegitu kerasnya usahanya, mengapa saya tidak bersusaha lebih keras untuk menghadapi ujian yang lebih besar. Semakin tinggi pohon, semakin keras angin yang menghembusnya bukan? Ibaratnya pohon, tentu saja saya adalah pohon yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak SMP tadi. Lebih tinggi karena saya sudah lulus kuliah, lebih tinggi karena umur saya lebih tua dan lebih tinggi karena pengalaman hidup saya lebih banyak. Saya jadi malu sendiri.


 


 


 

Ketika menulis catatan ini, saya sedang menunggui sahabat saya di luar ruangan tempatnya beradu argumentasi dengan dosen pengujinya. Saya yakin sahabat saya itu sudah melakukan yang terbaik untuk menghadapi ujian skripsinya karena saya sering menemaninya dalam beberapa sesi konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi shabat saya itu. Saya hanya bisa berdoa semoga Gusti Sing paring Urip memberinya kemudahan menghadapi ujian. Apa sih yang nggak bisa kalau Gusti sing Paring Urip sudah berkehendak.

Bloggers sekalian, Mohon do'anya buat Bro Iqbal ya?


 

Lorong Jurusan Matematika, 23 januari 2010.

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?