Pada sebuah Café di depan pantai
Kuta di sore yang hangat.
Saya duduk di sofa di bawah pohon
kamboja dengan buku “Alchemist” English version di tangan. Novel ini saya
dapatkan minggu lalu sehabis makan malam di Seminyak Square. Sebuah novel yang
mengaduk-aduk semangat dan memaksa saya untuk percaya dan teguh.
Sesekali saya menyeruput orange
juice dan kembali fokus ke novel saya. tiba-tiba saya merasa ada seseorang yang
memanggil saya. Saya tidak mendengar nama saya dipanggil tapi saya merasa
sayalah yang dipanggil di tengah hiruk pikuk kendaraan di jalan depan saya dan
lalu lalang orang yang tengah euphoria dengan liburan. Saya mengangkat kepala
mengalihkan pandangan dari novel saya dan mendapati seraut wajah tersenyum lebar
dari seorang pemuda sebaya dengan saya yang berdiri di trotoar kira-kira 7
meter di depan saya. Senyuman lebarnya mencipta wajah yang berbinar yang dengan
cepat menular ke ekspresi saya.
“It’s very cool book, Buddy!”
It’s very good! Katanya sambil mengacungkan kedua jempol dan tetap tersenyum.
“Yes, sure! So, have you read it? saya membalas sambil
tersenyum lima jari
“I did. Last week. But then I
left it when I swam and someone took it” katanya sambil mengangkat bahu
“too bad!”
“It’s Ok. Since it’s a good book,
she/he will get good things” katanya sambil tersenyum.
“Thoughtful!”
Dia tersenyum sambil memainkan
alisnya dengan jenaka.
“Ok, continue reading, I’m
leaving” katanya sambil mengacungkan jempol dan melambaikan tangan seraya
melangkah kembali menyusuri trotoar.
Tiba-tiba dada saya terasa
hangat. Saya tersenyum. Rasa suntuk karena menunggu yang tadi sempat merajai tiba-tiba
lenyap.
Hal yang sederhana. Seseorang
yang asing memuji pilihan bacaan saya, senyuman yang tulus dan sore yang
hangat.
Ada banyak hal yang membuat orang
terhubung. Hobby yang sama, pengetahuan yang sepadan, kesialan yang sama yang
menimpa, kepercayaan yang sama dan nasib yang yang sama. Kali ini saya
terhubung dengan orang asing yang bahkan saya tidak tahu namanya karena sebuah
buku yang dia lihat sepintas sambil jalan.
Dengan langkah kaki ringan saya
melangkahkan kaki menuruni undakan tangga kafe dan berjalan menyusuri trotoar. Sejenak
saya merasa tolol. Seharusnya saya menawarinya minum dan mengobrol dengannya
sejenak. Pasti bakal menyenangkan. Ah sudahlah, ada kalanya orang hanya singgah
sebentar dan ada yang singgah dan tinggal.
Taxi biru pertama yang lewat saya
cegat. Saya menghempaskan pantat di kursi Taxi dan dengan suara ceria bilang ke
pak sopir;
“Airport Pak!
Sepertinya kekhawatiran saya akan
suntuk menunggu di Airport tidak akan terjadi.
aku juga suka alchemist, dari pada novel paulo coelho yg lain, ini yg paling aku suka
ReplyDeleteiya, keren! Aku baca lagi dan lagi:)
ReplyDelete