Sunday, January 1, 2012

Di Bawah Pohon Kamboja; Hangat


Pada sebuah Café di depan pantai Kuta di sore yang hangat.
Saya duduk di sofa di bawah pohon kamboja dengan buku “Alchemist” English version di tangan. Novel ini saya dapatkan minggu lalu sehabis makan malam di Seminyak Square. Sebuah novel yang mengaduk-aduk semangat dan memaksa saya untuk percaya dan teguh.

Sesekali saya menyeruput orange juice dan kembali fokus ke novel saya. tiba-tiba saya merasa ada seseorang yang memanggil saya. Saya tidak mendengar nama saya dipanggil tapi saya merasa sayalah yang dipanggil di tengah hiruk pikuk kendaraan di jalan depan saya dan lalu lalang orang yang tengah euphoria dengan liburan. Saya mengangkat kepala mengalihkan pandangan dari novel saya dan mendapati seraut wajah tersenyum lebar dari seorang pemuda sebaya dengan saya yang berdiri di trotoar kira-kira 7 meter di depan saya. Senyuman lebarnya mencipta wajah yang berbinar yang dengan cepat menular ke ekspresi saya.

“It’s very cool book, Buddy!” It’s very good! Katanya sambil mengacungkan kedua jempol dan tetap tersenyum.
“Yes, sure! So,  have you read it? saya membalas sambil tersenyum lima jari
“I did. Last week. But then I left it when I swam and someone took it” katanya sambil mengangkat bahu
“too bad!”
“It’s Ok. Since it’s a good book, she/he will get good things” katanya sambil tersenyum.
“Thoughtful!”

Dia tersenyum sambil memainkan alisnya dengan jenaka. 
“Ok, continue reading, I’m leaving” katanya sambil mengacungkan jempol dan melambaikan tangan seraya melangkah kembali menyusuri trotoar.

Tiba-tiba dada saya terasa hangat. Saya tersenyum. Rasa suntuk karena menunggu yang tadi sempat merajai tiba-tiba lenyap.
Hal yang sederhana. Seseorang yang asing memuji pilihan bacaan saya, senyuman yang tulus dan sore yang hangat.  

Ada banyak hal yang membuat orang terhubung. Hobby yang sama, pengetahuan yang sepadan, kesialan yang sama yang menimpa, kepercayaan yang sama dan nasib yang yang sama. Kali ini saya terhubung dengan orang asing yang bahkan saya tidak tahu namanya karena sebuah buku yang dia lihat sepintas sambil jalan.

Dengan langkah kaki ringan saya melangkahkan kaki menuruni undakan tangga kafe dan berjalan menyusuri trotoar. Sejenak saya merasa tolol. Seharusnya saya menawarinya minum dan mengobrol dengannya sejenak. Pasti bakal menyenangkan. Ah sudahlah, ada kalanya orang hanya singgah sebentar dan ada yang singgah dan tinggal.

Taxi biru pertama yang lewat saya cegat. Saya menghempaskan pantat di kursi Taxi dan dengan suara ceria bilang ke pak sopir;
“Airport Pak!
Sepertinya kekhawatiran saya akan suntuk menunggu di Airport tidak akan terjadi.

2 comments:

  1. aku juga suka alchemist, dari pada novel paulo coelho yg lain, ini yg paling aku suka

    ReplyDelete
  2. iya, keren! Aku baca lagi dan lagi:)

    ReplyDelete

Whaddaya think?