Monday, December 13, 2010

Palembang 2# Musi River Tour

Seminggu setelah tinggal di Palembang, manager kantor saya di Palembang, Mas Agung mengajak kami untuk river tour. Saya yang sudah penasaran untuk naik perahu menyusuri sungai Musi seperti yang diceritakan oleh Tantowi Yahya dalam lagunya Sebiduk Sungai Musi (hayo..! pada tahu kan lagu itu?) menyambut gembira ajakan itu. Lagipula ini kesempatan untuk memperkuat tim. Semacam outing gitu lah. Tujuan kami siang itu adalah berperahu menuju Pulau Kemaro. Pulau yang menjadi salah satu tujuan wisata itu terletak di tengah-tengah sungai Musi ke arah hilir.


 

Berhubung ini akhir pekan, kawasan Ampera penuh dengan oleh pengunjung yang berwisata di Sungai Musi ataupun mengunjungi museum dan sekedar makan siang dan menikmati kuliner khas Palembang sambil duduk-duduk di tepi sungai. Ampera adalah sebutan untuk kawasan sepanjang pinggir sungai di sekitar jembatan Ampera. Daerah yang patut dikunjungi di sini adalah istana Sultan yang sekarang menjadi musem, benteng Kuto Besak peninggalan Sultan Badruddin dan Mesjid Agung yang berarsitek khas Palembang.


 

Dengan membayar 70 rebu perak untuk 6 orang, kami sudah bisa pulang pergi ke Pulau. Ada dua pilihan perahu yang bisa dipakai. Kalau anda ingin merasakan sensasi ngebut di atas sungai, maka pilihan yang tepat adalah naik speed boat kayu yang ngebutnya gila-gilaan. Akan tetapi kalau hanya ingin menyususri sungai sambil menikmatinya dengan santai, pilihan yang tepat adalah perahu motor biasa. Naik perahu motor ini membuat deg-degan juga. Setiap speed boat lewat yang menciptakan ombak yang membuat perahu motor yang kami tumpangi oleng hebat. Saya sampai takut banget perahunya bakal terbalik. Sampai malu dengan gadis-gadis tim kami yang santai saja menikmati perahu yang oleng.


 

Sungai Musi ramai dipenuhi oleh kapal-kapal tongkang dan kapal barang yang bongkar muatan. Belum lagi perahu-perahu wisata dan bus air yang hilir mudik mengantar penumpang. Apalagi kawasan pabrik PT.Pupuk Sriwijaya terbentang sepanjang sungai itu. Kapal-kapal pengangkut pupuk dan bahan baku pembuatan pupuk memenuhi sepanjang sungai. Selain itu kapal penumpang tujuan Pulau Bangka juga berlabuh di dermaga sungai Musi.


 

Sepanjang sungai ini juga berdiri beberapa 'SPBU' terapung yang siap melayani perahu motor yang butuh bahan bakar. Sepanjang tepian sungai berdiri rumah-rumah warga yang setengah terapung. Sebagian bahkan berdiri di atas sungai sepenuhnya. Anak-anak kecil tampak bergembira menimati sore hari dengan meloncat dari atas kapal-kapal yang bersandar atau dari beranda rumah mereka ke dalam sungai. Wah, kalau mencari bibit atlet renang dan loncat indah, seharusnya Pelatnas tinggal hunting di sepanjang sungai ini. Salah satu perkampungan tua yang berjejer rapi di sepanjang sungai ini adalah Kampung Arab. Lucu juga mebayangkan bagaimana nenek moyang mereka yang terbiasa hidup di gurun di tanah asalnya harus beradaptasi untuk hidup di atas sungai.


 

Ada satu hal yang patut disayangkan terkait dengan sungai Musi ini. Tampaknya warga sepanjang sungai sudah menjadikan sungai Musi sebagai halaman belakang rumah mereka. Tahu sendiri kan bagaimana kalau sungai sudah dijadkan halaman belakang? Sungai akan menjadi tempat membuang hajat, tempat membuang sampah dan tidak terpelihara lagi. Padahal ketika zamannya sungai Musi masih menjadi satu-satunya urat nadi transportasi, rumah-rumah itu menghadap ke sungai. Kasus yang hampir terjadi di semua sungai di Indonesia.


 

Setelah menepi sebentar untuk membeli makanan, kami menikmati makan siang kami di atas perahu yang melaju menyusuri sungai Musi. Makan siang menjadi berlipat nikmatnya karena dinikmati di atas perahu kayu kecil yang membelah sungai. Setelah mengantar ke Pulau, tukang perahu akan setia menunggu anda di dermaga pulau.


 

Di tengah pulau Kemaro berdiri sebuah Klenteng tempat beribadah masyarakat Palembang yang beragama………. Pulau yang diteduhi oleh pohon-pohon besar ini selalu ramai dikunjungi oleh penziarah atau mereka yang sekedar ingin berwisata. Saya agak lupa asal-usul pulau ini seperti yang tertulis di prasasti di tengah-tengah pulau. Yang saya ingat sih, dulunya ini tempat seorang Putri bernama Siti Fatimah yang dipersunting oleh prajurit cina tinggal.


 

Hari beranjak sore ketika kami berperahu meninggalkan pulau. Menimati sore hari sambil menyusuri sungai Musi benar-benar indah. Semburat lembayung sore yang berwarna jingga terpantul indah di permukaan sungai Musi dengan jembatan Ampera yang membentang kokoh di atasnya.


 

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?