Monday, December 13, 2010

Pontianak 8# On the Trip Training

Tidak puas dengan itikaf 'padat karya' yang kami lakukan untuk mempersiapkan Grand Master Indonesia Jenius, strategi lain dijajal. Kali ini Bang Yun sudah merencanakan perjalanan ke arah utara dengan destinasi yang belum ditentukan. Sebuah outing yang tiba-tiba. Yang pasti perjalanan ini akan memakan waktu 3 hari. Setelah dua kali masuk bengkel dan satu kali mogok karena radiatornya berasap, kami sampai di persinggahan pertama.


 

Persinggahan pertama kami adalah kota Mempawah. Di kota kecil yang menjadi ibu kota kabupaten pontianak ini, kami menginap di sebuah penginapan di pinggir sungai Mempawah yang konon menurut penduduk setempat, sungai itu masih menjadi kerajaan bagi ratusan ekor buaya. Sebuah sungai yang mengingatkan saya akan film-film petualangan di sungai Amazon karena sungai itu merendam hutan dengan pepohonan rapat di sepanjang pinggirnya. Bedanya kalau kita berbalik badan membelakangi sungai, pemandangan kota akan terhampar di depan anda menyadarkan anda masih berada di peradaban manusia. Menurut saya kota ini menawakan dua sisi yang sangat unik. Sungai dan hutan yang masih berada dalam kota menawarkan sisi rimba Amazon, sedangkan kota kecilnya mengingatkan kita akan film-film koboy dengan latar belakang Texas atau kota-kota di Mexico pada zaman dulu. Sebuah kota kecil yang sangat sepi dengan kendaraan lalu-lalang yang bisa dihitung dengan jari.


 

Begitulah, semalaman kami habiskan untuk rapat dan memecahkan 63 studi kasus yang dirancang untuk persiapan kami membuka Kampoenk Jenius di kota lain. Setelah sarapan keesokan harinya, pemecahan studi kasus dilanjutkan kembali sampai siang. Ini benar-benar kuliah bisnis sehari. Saya membayangkan kalau kelak kami punya sekolah bisnis yang kami kelola sendiri. Metode belajarnya tidaj usah formal-formal amat. Siswanya harus langsung dihadapakan dengan kasus dan praktek bisnis langsung. Mereka boleh lulus kalau sudah mengelola bisnis sendiri dengan jumlah omset tertentu. Dan tentu saja harus kurang dari empat tahun.


 

Sholat jum'at kami hari itu dilaksanakan di Masjid Amantu Billah, sebuah masjid kayu yang terletk persis di tepian sungai. Masjid ini adalah masjid istana Kesultanan Mempawah yang dibangun ratusan tahun yang lalu. Setelah shalat jum'at itulah timbul ide untuk meneruskan perjalanan ke Singkawang dan meneruskan training di sana.


 

Singkawang adalah sebuah kota kecil yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kota-kota lain di Kalimantan Barat. Penghuni kota ini 70% nya adalah Chinese dan kebanyakan mereka berasal dari suku Khek. Nama Singkawang sendiri diambil dari bahasa tersebut. Para Chinese ini turun temurun tinggal disana sejak zaman kesultanan Sambas masih berjaya. Awalnya, kota ini hanyalah sebuah desa yang diperuntukkan oleh Sultan Sambas buat para pekerja Tambang Mas yang didatangkan dari daratan China. Untuk sampai ke Singkawang kami harus berdesak-desakan selam dua jam dalam Katana Bang Aji yang menjadi tunggangan kami dalam trip ini. Berbeda dengan Pontinak dan Mempawah, topografi wilayah Singkawang diselingi oleh bukit-bukit kecil dengan hutan lebat. Hal yang tidak bisa disaksikan di wilayah Pontianak dan mempawah yang sejauh mata memandang hanya hamparan dataran yang dibelah oleh sungai-sungai. Singkawang juga terkenal dengan wisata pantai. Letaknya yang lansung menghadap Laut Natuna dan Laut China Selatan membuatnya memiliki pantai-pantai yang eksotik.


 

Awalnya, kami hanya merencanakan akan berkeliling kota dan menikmati suasana 'Litle Hongkong' dan malamnya menginap di Pantai Kura-kura. Akan tetapi dalam perjalan timbul ide; bagaimana kalau sekalian mengunjungi alumni 6 Minggu Bisa! Malang yang sedang mudik ke kota ini. Setelah mengontak Nektaria, sang alumni, dan dia mempersilahkan kami untuk berkunjung, kami mulai main tebak-tebak manggis mencari alamat rumah Nekta. Setelah nyasar berulang kali, sampailah kami di rumah Nekta. Kami disambut ramah oleh Nekta dan kedua orang tuanya.


 

Sesuai dengan rencana kami akan menginap di Kura-kura Beach dan melanjutkan training malam itu juga. Jadilah, dengan penerangan seadanya kami meneruskan memecahkan studi kasus ditengah kantuk yang membuat sebagian pertanyaan terjawab antara sadar dan tidak sadar. Saya baru bisa menikmati keindahan pantai ini setelah hari terang keesokan harinya. Hamparan pantainya cukup panjang dan landai. Hanya saja warna pasirnya tidak terlalu putih seperti pantai Laut Selatan. Disepanjang bibir pantai tumbuh banyak pohon cemara dan pohon-pohon kelapa menjulang di antara pepohonan di hutan kecil dibelakang pantai. Keelokan pantai ini dilengkapi dengan backgroud bukit berhutan lebat di belakangnya.


 

Di antara semilir angin dan deburan ombak yang tidak terlalu besar, kami meneruskan sessi trainig dengan simulasi presentasi bisnis. Sessi ini menjadi seru karena audiencenya adalah teman-teman kami sendiri yang berlaku seolah-olah adalah klien dan selalu mencoba mengacaukan prsentasi. Kadang-kadang ketika presentasi berlangsung, audience sibuk ngegossip sendiri karena mereka sedang berperan jadi ibu-ibu yang tertarik untuk mengikutsertakan anaknya dalam program Klub Jenius. Tanpa dikomando, audience 'bermain peran' sesuai dengan lakon yang harus dimainkan oleh presenter seperti yang tertulis di secarik kertas kecil yang dibagikan acak.


 

On the Trip training kami ditutup dengan pesta besar di Singkawang. Kebetulan teman dari salah seorang dari kami ada yang melangsungkan pernikahannya di kota ini. Karena pesta ini tidak masuk dalam agenda perjalan kami, jadilah kami masuk keresepsi pernikahan dengan kostum seadanya. Ada yang hanya berkaus oblong dan celana jeans, ada yang memakai jaket army dan ada yang baju celananya matching tapi sepatunya sepatu badminton. Saya sendiri tampil dengan hem hitam garis-garis dengan jeans belel yang sudah saya pakai selama seminggu dan running shoes which used to be white. Dengan kostum itu kami dengan pedenya memasuki pesta. Rumus yang kami pakai adalah jangan melihat ke bawah. Kami tidak ingin mengundang orang menyaksikan sandal jepit dan sepatu butut yang lancang menodai pesta. Ingatan saya langsung tertuju pada adegan film 'Three Idiots' ketika Rancho, Farhan dan Raju kelaparan dan menyusup ke pesta penikahan yang ternyata adalah pernikahan anak rektor mereka. Saya merasa tengah memainkan adegan itu. Bedanya, di film itu ada three idiots, disini ada 7 genius. Setelah ileran menahan selera pengen makan nasi selama di pantai dari tadi malam, perjalanan kami ditutup dengan perut kenyang dan hati bahagia.

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?