Friday, December 18, 2009

Tujuh Belas Alasan Yang Membuat Malang Patut Dicintai

Begitu banyak yang bisa dicintai dari suatau tempat; kamar, rumah, tempat nongkrong favorit sampai ke ruang yang lebih besar; kota. Biasanya aku mencintai suatu tempat bukan karena tempat itu indah, sempurna dan tidak ada yang membuatku mengeluh akan tempat itu. Oke, itu juga salah satu alasan tapi bukan yang utama. Aku lebih terkesan dengan suatu tempat karena hal-hal kecil yang dimilikinya yang membuat kita selalu kangen untuk bisa bersentuhan dengannya. Istilah jawanya ngageni.


 

Lima tahun tinggal di kota malang sebagai seorang mahasiswa membuat saya mengenal hampir tiap sudut kota dan tempat-tempat serta hal favorit yang membuat saya semakin suka dengan kota ini. Saya menganggapnya sebagai second home town. Tentu saja kesukaan saya ini adalah kesukaan versi mahasiswa yang segalanya berdasarkan prinsip "dengan duit yang sekecil-kecilnya mendapatkan kesenangan sebanyak-banyaknya". Yah, semacam "lowest cost for the ultimate fun and joy" atau bahasa sederhananya p e n g i r i t a n.


 

    Nah, ini dia 17 alasan mengapa kota Malang layak untuk dicintai:

Satu

Malang kota yang adem, nyaman banget buat ditinggali. Yah, walaupun sekarang kadang suka panas banget sih. Efek global warming. Ketika saya mnginjakkan kaki pertama kali di kota ini lima tahun yang lalu, jaket adalah kostum wajib kalau mau berangkat kuliah kalau nggak mau kedinginan. Tiga tahun yang lalu pun masih begitu. Walaupun sekarang tidak sesejuk dahulu, paling tidak nggak sepanas kota-kota lain macam Surabaya, Jogja dan Jakarta lah.

Dua

Warnet bertebaran dimana-mana. Hampir tiap gang dan kompleks ruko ada warnet. Malah bisa tiga sampai empat warnet dalam satu kompleks ruko. Wanet di Malang selalu menyediakan fasilitas kelas satu. Webcam, Bluetooth, Infrared dan VCD/DVD RW adalah fasilitas yang lazim yang nggak ditemukan di warnet-warnet di Jakarta. Privacy terjamin karena billingnya disekat. Kenyamanan nomor wahid karena bisa milih; mau yang smoking area atau yang non smoking area. Standar turun, ditinggal pelanggan. Pilihan bejibun bo…! Yang pasti, warnet bagus buat kesehatan mahasiswa. Cari film terbaru, sambangi warnet. Butuh free software terbaru, satroni warnet!

Tiga

Makanan enak dan murah tersedia dimana-mana senjang hari 24 jam, 7 hari seminggu. Tentu saja dengan harga yang murah meriah. Bisa ngutang pula. Dengan modal duit lima ribu rupiah, sudah bisa makan enak plus minumannya.

Empat

Kafe tempat nongkrong menjamur mengalahkan wartel. Dari kelas mahasiswa dengan prinsip modal seuprit keuntungan segajah sampai eksekutif lounge. Dari yang bertempat duduk lesehan sampai yang bersofa empuk menye-menye. Tapi bagi mahasiswa, yang penting free hotspot yang artinya juga pesan minum segelas nongkrong sampai pagi dan ngenet sampai mabok.

Lima

Bagi yang suka clubbing, selalu ada diskon khusus buat mahasiswa. Kartu Mahasiswa berguna buat kartu diskon disini.

Enam

Akhir pekan, nggak ada acara? Ke DVD rental aja! Sewa VCD dan DVD kemudian nonton sampai jereng di kamar. Dimana lagi ada rental-rental VCD original dengan harga dibanting plus diinjek-injek selain di Malang? Apalagi kalau punya member card.

Tujuh

Pengen yang agak berkelas dikit? Bioskop XXI tersedia di tiap mall dan Plaza dengan harga dan tingkat kenyamanan bergantung pada amal ibadah anda masing-masing. Hehe... Tapi yang jelas tidak melanggar prinsip-prinsip pengiritan mahasiswa.

Delapan

Kafe-kafe nyaman dengan harga mahasiswa siap menampung kita sepanjang malam buat ngerjain tugas. 1 jam ngerjain tugas, sisanya nongkrong dengan alasan melepas penat karena capek ngerjain tugas.

Sembilan

Perpustakaan-perpustakaan nyaman dengan koleksi buku super duper lengkap tersedia di seluruh kota. Karena Malang puluhan kampus negeri dan swasta, otomatis perpustakaan yang tersedia sebanyak kampus yang ada. Kita bisa jadi member setiap perpustakaan itu dan menikmati fasilitas yang tersedia. Untuk kampus negeri, cukup dengan membuat kartu sakti, kita sudah bisa memasuki pepustakaan kampus negeri mana saja. Untuk menikmati fasilitas perpustakaan kampus swasta seperti UMM, cukup dengan membuat member card dengan biaya yang sangat murah. Dan tentu saja, semua perpustakaan tadi dilengkapi fasilitas Wi fi. Belum lagi perpustakaan kota malang yang koleksinya super lengkap dan up to date. Perpustakaan favorit saya adalah perpustakaan pusat UMM. Tempatnya sangat nyaman, penataan bukunya bagus, koleksinya up to date dan ada American Corner dan Iranian Corner sekaligus. Satu lagi, petugasnya ramah-ramah dan muda-muda (penting ya? Penting banget!!). Saya punya sudut favorit tempat saya biasa ngerjain tugas atau sekedar membaca sambil menikmati segelas cappuccino. Sebuah café di balkon lantai 2 pepustakaan pusat UMM. Dari sana saya bisa melayangkan pandangan ke arah taman baca yang rimbun di bawah sana, memperhatikan tingkah polah mahasiswa yang bermacam-macam.

Sepuluh

Persewaan buku hampir di setiap gang. Kalau ingin membaca novel atau komik terbaru tapi males buat ngeluarin duit untuk beli, sewa saja di persewaan buku yang juga disebut pepustakaan. Dari koleksi zaman SD semacam Lima Sekawannya Enyd Blyton sampai koleksi terbaru tersedia lengkap disini.

Sebelas

Setiap hari berkutat dengan kuliah dan pekerjaan embuat jiwa raga anda menuntut rileksasi untuk me-recharge energi. Nggak perlu jauh-jauh ke Belanda buat melihat taman bunga dan nggak harus ke Bahamas atau Karibia buat menikmati keindahan pantai. Tiga puluh menit berkendara dari Malang, kompleks kebun bunga Sidomulyo sudah menanti dengan aneka warna kembang dan aneka jenis bunga. Naik bus dua sampai tiga jam, pantai sudah di depan mata. Kalau mau yang lebih seru, dengan berjalan kaki dua jam, bukit-bukit yang dipenuhi oleh pepohonan jeruk sudah melambai-lambai di depan anda mengundang untuk dipetik buahnya. Menikmati jeruk yang dipetik sendiri sambil memanjakan mata dengan panorama pegunungan dan kota Malang nun di bawah sana menepis semua penat dan lelah. Jiwa raga menjadi fresh kembali.

Dua belas

Di Malang ada Laguna (Lagoon) yang keren banget. Segara Anakan yang terletak di tengah pulau Sempu yang berhutan rapat. Nggak perlu jauh-jauh ke Thailand untuk bisa menikmati Lagoon ala The Beach nya Leonardo Di Caprio. Dengan menyeberangi Selat kecil selama kira-kira 15 menit setelah perjalanan melewati areal pertanian yang hijau, kita sudah sampai di Pulau Sempu untuk kemudian menembus hutan dengan track menantang untuk sampai di Segara Anakan.

Tiga belas

Pengen tampil modis dan gaya ala artis ibukota? Butik-butik dan distro bertebaran sampai ke gang-gang. Hari ini baru diperagakan di Milan, besok sudah nongol kembarannya di distro.

Empat belas

Baju selalu wangi dan rapi tanpa perlu repot-repot ngerendam dan ngucek. Males banget kan kalau kuku hasil meni pedi setiap minggu rusak gara-gara nyuci? Laudry service menghantui orang Malang di setiap sudut. Tentu saja dengan harga mahasiswa dan embel-embel diskon yang membuat nyuci sendiri menjadi pekerjaan konyol. Bayangkan, Cuma dua rebu perak per kilo!!

Lima belas

Tengah malam diserang rasa lapar? Easy!! Duduk aja di sepan jendela kos sambil menunggu suara; teeeee…..sate………! itu tandanya sate Madura yang terkenal lezat itu mau lewat. Purr….campur…!! Nah, sekarang giliran tahu campur Lamongan yang lewat. Tinggal pilih, Mie Ayam, Pangsit dan Tahu Telor pasti nyusul dibelakangnya. Kalau mau makan sambil nongkrong, ke warung Burjo (bubur kacang ijo) aja. Tinggal ngesot sampai koq. Buka 24 jam pula.

Enam belas

Status mahasiswa istimewa banget di sini. Beragam seminar dan event menyediakan harga spesial bahkan gratis buat mahasiswa. Cukup hanya dengan nunjukin kartu KTM. Lumayan, nambah-nambah ilmu, nambah koleksi note book, koleksi pin dan koleksi pulpen serta stiker.

Tuhuh belas

Semua produk berlomba-lomba menawarkan harga promosi di kota Malang. Apalagi produk provider telepon selular. Namanya juga mahasiswa, pas promosi kartunya dipakai, promosi selesai ganti lagi sama yang lain. Bahkan kemarin ada midnite sale yang jual laptop dengan harga Cuma 1 jutaan. Padahal sebulan sebelumya saya beli laptop yang sama harganya 3 jutaan.


 

Sebenarnya masih banyak lagi alasan yang membuat saya jatuh cinta sama kota Malang. Tapi seperti yang saya bilang, alasan-alasan yang saya tulis ini berdasarkan pemikiran seorang mahasiswa yang selalu berpegang teguh pada prinsip pengiritan. Nah, apakah anda juga punya hal-hal yang anda sangat sukai tentang kota anda? Let me know…!

Saturday, October 17, 2009

Tour de Bima Part One# Sekilas Tentang Bima



Tidak banyak orang luar Bima yang tahu dimana letak letak persis kota kecil yang pernah berjaya di era kesultanannya dulu. Kebanyakan teman-teman saya di Jawa mengira Bima itu berada di Pulau Lombok. Sebagian lagi menyangka bahwa daerah Bima atau dalam bahasa lokal disebut Mbojo (saya juga lebih nyaman dengan sebutan Mbojo) berada dalam wilayah provinsi NTT. Sayang sekali, orang Indonesia sendiri ternyata wawasan ke-Indonesiaannya kurang sekali. Tapi bagi anda yang suka membaca dan senang melihat Peta, pasti tidak akan bingung ketika ditanya letak Bima.

Bagi anda yang belum tahu, Bima adalah sebuah daerah tingkat II yang berupa kabupaten dan kota yang terletak di ujung timur pulau Sumbawa dan termasuk dalam provinsi NTB. Tapi sekarang lagi hangat wacana akan dibentuknya provinsi Sumbawa yang meliputi semua daerah tingkat II di Pulau Sumbawa.

Secara geografis, Bima dibatasi oleh Kabupaten Dompu sebelah barat, Selat Sape di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan dan Laut flores disebelah utara. Teluk bima yang menjorok sampai jauh ke daratan Bima adalah teluk kecil yang sangat tenang. Lebarnya tidak sampai dua kali lebar sungai Mahakam di Kalimantan timur. Teluk ini menjadi urat nadi Bima sejak zaman kerajaan karena di teluk ini ada sebuah pelabuhan laut yang menjadi pusat bongkar pasang berbagai komoditi perdagangan yang masuk dan keluar wilayh Bima dan sekitarnya. Pada zaman kerajaan, pelabuhan ini pernah menjadi pusat bongkar pasang beras dan hasil pertanian lain di wilayah Indonesia Timur. Kapal-kapal dagang besar berlabuh di Pelabuhan Bima untuk berlindung dari cuaca buruk karena teluk ini selalu tenang, tidak pernah bergolak.

Cuaca di Bima cukup panas untuk daerah dataran rendah dan sangat dingin untuk daerah dataran tinggi seperti daerah disekeliling gunung Lambitu di sebelah timur kota. Sepeti umumnya topografi pulau Sumbawa, wiayah Bima berbukit-bukit dan berwarna cokelat eksotis. Jadi, bagi anda yang akan datang ke Bima, jangan lupa untuk menyipakan Sun Screening, Lip Balm dan sebangsanya.

Seperti pusat pemerintahan lain pada zaman dahulu, pelabuhan menyatu dengan pusat pemerintahan dan pasar sebagai infrastruktur ekonomi. Menyusuri jalan keluar pelabuhan menuju pusat kota, anda akan menemukan pasar yang sudah turun temurun menjadi pusat transaksi dan urat nadi perekonomian sejak zaman kerajaan dahulu kala. Melewati pasar, anda akan sampai ke kompleks Istana Kesutanan Bima yang sampai sekarang masih berdiri megah sebagai saksi sejarah dan kejayaan bangsa ini pada masa lalu.

Kompleks istana Bima atau Asi Mbojo terdiri dari sebuah bangunan istana, lapangan “Sera Suba (Lapangan Tentara)” yang sekarang dikenal dengan Lapangan Merdeka. Tapi masyarakat Bima sendiri lebih suka menyebut nama aslinya “Sera Suba”. Disebut sera suba karenadi lapanga inilah kegiatan seremonial kemiliteran Kesulatanan Bima berlangsung. Sampai sekarang, kegiatan kesultanan tetap dilangsungkan disini.

Tepat disebelah Selatan lapangan, di seberang jalan, berdiri sebuah Masjid yang sudah ada sejak zaman kesultanan. Masjid Sultan Shalahuddin. Mesjid ini menjadi salah satu pilar pemerintahan karena Kesultanan Bima pada zaman dahulu sangat kental dengan nilai-nilai keislamannya.

Memasuki wilayah dataran Bima dari arah Dompu, jalan raya yang dilewati terbentang menyusuri bibir teluk memutar menyerupai busur dan berakhir di terminal Dara di gerbang kota. Jalanan yang membentang di atas pantai itu menyajikan pemandangan teluk bima yang eksotis degan Pulau Kambing di tengah-tengahnya. Satu-satunya pulau yang terdapat di teluk itu. Jalanan dibangun persis di atas tanggul pantai. Seperti menyusuri jalanan di Lombok Utara menuju ke Senggigi tapi bedanya, jarak laut dengan jalan raya lebih dekat ketika menyusuri teluk Bima.
Bima juga bisa dicapai lewat perjalanan udara dari Bandara Juanda Surabaya, Ngurah Rai Bali dan Selaparang Mataram. Lapangan terbang Sultan Sholahuddin terletak di tepi teluk sebelah utara di luar kota Bima. Setelah itu perjalanan bisa ditempuh dengan menggunakan Taxi Bandara menuju pusat kota melewati jalanan yang membentang di atas bibir pantai sambil menikmati air teluk yang biru dan tenang. Pusat kota adalah lembah sempit yang dipagari oleh perbukitan yang pelindung alam bagi kota ini.

Hari mingggu kemarin, saya menyempatkan diri Jogging menikmati keindahan Pantai Lawata dan teluk Bima yang tenang. Di tepian teluk yang berbatasan dengan gerbang kota dari wilayah Selatan memang tersedia jogging track di pinggir teluk yang kalau malam hari menjadi tempat nongkrong masyrakat kota.

Inilah beberapa gambar yang sempat saya abadikan ketika jogging kemarin:


suasana pagi di Pantai Lawata Bima


memandangi air teluk yang tenang sambil menunggu sunrise setelah jogging membuat jiwa raga segar kembali

Sunday, October 11, 2009

Muhammad Hasan Marungka (Emka)


Selama liburan di kampung rutinitas pagi saya berubah total. Kalau biasanya saya jalan pagi-pagi sendiri dan dilanjutkan sarapan dan membaca sambil ditemani secangkir chochocino hangat, sekarang rutinitas itu nggak ada lagi.


 

Pagi-pagi stelah kelar shalat shubuh, saya harus langsung momong ponakan saya yang baru berumur sepuluh bulan. Pagi-pagi gelap begiti dia musti digendong jalan-jalan memutari pekarangan rumah kami yang luas. Dingin yang menusuk tulang, tidak membuat si Emka, panggilan ponakan saya itu berhenti merengek untuk jalan-jalan. Iya, walaupun judulnya kami tinggal di Bima, tapi desa tempat kami tinggal dinginnya minta ampun. Sampai-sampai sepanjang pagi diselimuti kabut tebal yang membuat jarak pandang tersisa hanya sepuluh meteran.


 

Keponakan saya itu paling nggak bisa diajak duduk diam. Umurnya sih baru sepuluh bulan tapi pengennya turun dan jalan ke tanah. Nnggak sabaran banget dia. Padahal merangkak saja dia baru belajar. Makanya, ketika menjejakka kaki ke lantai sambil ditegakin kakinya nggak mau diam, langsung melangkah cepat-cepat sambil tertawa terkekeh-kekeh. Ngegemasin banget pokoknya. Kalau digendong sambil duduk atau berdiri diam, dia bakalan nangis sambil mencakar-cakar muka dan menjambak kepalaorang yang menggendongnya.


 

Kegemarannya adalah memukul-mukul muka, menarik jenggot dan menjambak rambut orang yang menggendongnya plus narik-narik kuping. Makanya saya beruntung banget punya kepala cepak. Dia hanya mengacak-acak kepala saya tanpa menemukan pegangan. Tapi karena jenggot saya lumayan panjang, maka jenggotlah yang menjadi sasarannya. Kalau sudah memegang suatu benda, dia nggak akan melepaskannya dengan mudah. Makanya handphone ibunya habis dibanting dan digigit sama dia. Rambut kribo ayahnya menjadi mainan yang paling mengasyikkan buat dia. Kalau sudah melihat bola, dia akan sangat girang dan merangkak mengejar-ngejar bola yang dilemparnya sendiri. Tapi dia paling senang kalau ada yang memegang dia untuk berdiri buat nendang bola. Langsung deh, dua kakinya bergerak-gerak cepat menendang bola. Dia baru akan berhenti beraksi kalau sudah ngantuk atau haus.

Kita selalu bilang si Emka kecil yang lucu itu nggak sabaran. Belum bisa berdiri sudah pengen jalan, pengen nendang-nendang bola pula.

Aduh Emka, cepat balik dong…! Paman sudah kanget banget neh….


 

Makanya sekarang saya kangen banget sama dia. Si kecil Emka lagi menemani ibunya yang sedang sertifikasi di Mataram untuk membuktikan kalau dia benar-benar the professional teacher. Alhasil, selama lima belas hari ini rumah bakal sepi tanpa aksinya yang lucu.


 


 

Wednesday, August 19, 2009

BBF, Simbol, dan Cinta

Kemarin sore aku masih sempat nonton Boys Before Flower, drama korea yang ketika awal nonton aku nggak tahu judulnya. Dulu sempat direcomend oleh seorang
Abang yang lagi kuliah di Jepang. Sempat penasaran sih, tapi nggak kesampaian terus nyewa VCD nya. Nah, ketika aku sedang strick banget nulis skripsi, aku iseng-iseng nonton tengah malam buat selingan. Pindah-pindah channel dan tertarik ketika melihat ada drama korea yang aku baru tahu setelah tiga kali nonton kalau itu Boys Before Flowers.


 

Episode kemarin sore berceita tentang Junpyo, lelaki super dingin yang sulit mengungkapkan cintanya dengan wajar, memberikan kalung kepada Jandi gadis yang sangat dicintainya tapi sering berantem karena ekspresi cinta Junpyo yang sering menyakitkan Jandi. Kalung itu adalah kaung yang tidak ada duanya di dunia karena didesain sendiri oleh Junpyo. Dia memberikan kalung itu di lobby hotel dengan latar belakang lampu kota yang sangat indah. Kalung itu ditaruhnya di kantong jaket yang dia pakaikan ke Jandi untuk menahan udara musim dingin yang sangat menusuk. Setelah itu jeng Di dimintanya untuk memasukkan tangannya ke kantong jaket biar tidak kedinginan. Junpyo, merasakan ada benda di katong jaket itu dan mengeluarkannya. Dengan keluguan seperti biasanya, Jandi berkata


 

"aku tahu kadang-kadang seleramu suka aneh. Tapi untuk apa kamu mengoleksi kalung ini. Ini kan untuk perempauan?

"Gadis bodoh!! Itu buatmu. Kau pakai ya? Itu kalung yang sangat mahal dan tidak ada duanya di dunia ini.

"tidak ada duanya?

"iya, itu aku desain sendiri. Kamu harus tetap memakainya dan jangan kau hilangkan lagi. Awas..!!


 

Nyatanya kalung itu hilang keesokan harinya ketika Jandi main ski. Sebenarnya bukan hilang sih, tetapi diambil oleh Ginger dan komplotan gadis yang iri akan kedekatan jung did an Junpyo yang kaya raya dan selebritis di sekolah itu. Gadis-gadis itu pura-pura menolong Jandi yang terjatuh ketikabermain ski dan tanpa disadari oleh Jandi salah seorang dari mereka merenggut kalung itu dari lehernya. Jandi baru menyadarinya ketika sahabatnya menanyakan kalung itu ketika mereka makan malam di hotel.


 

Ginger dan komplotannyamemprovokasi Junpyo dengan mengatakan kalau Jandi sengaja meninggalkan kalung itu di hutan dkat tempat main ski karena di tidak benar-benar cinta pada gu Jong Pio.


 

Sebenarnya Gu Jong Pio tidak termakan oleh omongan gadis-gadis itu. Tapi ia marah juga pada Jung di yang dianggapnya tidak meghargai pemberiannya. Ia mendatangi ung Di di kamar yang sedang panic mencari kalung itu. Ia marah besar walaupun Jandi sudah meminta maaf dan menjelaskan semuanya.


 

Ginger dan komplotannya berpura-pura prihatin atas kehilangan kalung Jandi dan memberitahu kalau ada karyawan tempat bermain ski yang menemukan kalung itu. Jung di nekat menembus hamparan salju yang luas untuk menemui karyawan hotel yang dikataka oleh Ginger dan komplotannya tadi.


 

Berjalan di tengah salju pada malam hari tentu saja bukan ide yang bagus. Jandi pingsan di tengah hamparan salju karena dingin yang begitu mendera. Untunglah Junpyo yangtidak menemukan Jandi di kamarnya, mencari ke tengah hamparan salju dan menemukan gads yang begitu dicintainya terkapar dengan wajah pucat dan bibir membiru di tengah hujan salju yang terus turun.

***


 

Sebenarnya aku bukan ingin menulis sinopsis drama ini. Setelah mendengar dialog ketika Junpyo memberikan kalung kepada Jandi aku jadi tercenung. Begitu banyak orang yang "menaruh" cintanya pada simbol. Banyak yang menganggap pasangannya tidak cinta, nggak setia ketika simbol itu tidak ada pada pasangan mereka. Cincin, kalung, gelang atau apalah namanya. Semakin mahal dan berharga sebuah simbol semakin besar cintanya. Begitukah?


 

Apalah artinya sebuah simbol ketika pada praktiknya bukan praktek cinta?

Simbol itu penting tapi rasanya sebuah simbol terlalu kecil untuk menampung cinta ketika seseorang benar-benar cinta. Bahkan cincin kawin yang katanya simbol ikatan sehidup semati pun bisa dijual buat beli beras. Cincin kawin harus menjadi korban untuk bukti cinta yang lebih besar; memberi makan orangorang yang dicintai.


 

Aku pernah punya pengalaman unik dengan simbol. Dulu aku suka memakai cincin di jari manis sebelah kiri. Sampai suatu hari ketika sedang asyik bermain di pantai bersama dengan seorang teman bule dia reflek betanya.

"Are you married?

"No. I'm definetely single!

"But why you are wearing the ring?

"Oh, it's only an accesoris! I love to see the rig on my finger!


 

Aku pikir waktu itu mengidentifikasi satus seseorang dengan cincin yang dkenakannya sudah nggak zaman lagi. Tapi ternyata, simbol itu masih berlaku buat temanku itu. Orang bule pula.

Ketika makan siang dia bertanya dengan ekspresi terkejut sambil menunjuk ke arah jari-jariku.

"Where is you ring?

Aku pura-pura terkejut. Dan membolak-balikkan telapak tanganku. Lalu dengan enteng aku menjawab.

"I think It's scattered when we was swimming"

"Let's find it"

"Take it easy. It's just a cheap ring. I can buy another one"

Padahal cincin itu sudah aku kantongi setelah dia mengira aku "married" tadi. Hoho…bisa turun pasaran aku!!


 

PS:

Aku sudah nonton Boys Before Flowers Episode 9-20. Ada yang punya 1-8 dan Episode 20 dan seterusnya ggak?

Thursday, August 13, 2009

Catatan Akhir Kuliah Part 4#Finally…!

Sebelumnya, Maf, kalau englishx buruk, jangan ditegur di situ ya. Hohoho…secara aku kan belum SSJ. Kalau mau ngoreksi lewat message ajahJ

Akirnya, terlewatkan sudah moment yang yang ditunggu-tunggu. Setelah memastikan kalau dasi yang kupakai sudah matching dengan outfit dan parfum yang aku pakai wanginya pas, aku melangkah mantap memasuki ruang siding skripsi. Satu jam ke depan menentukan semua hasil kerja keras focus dengan skripsi selama satu setengah bulan terakhir.


 

Berdo'a sudah. Pasang senyum lima jari selalu. Aroma parfum sudah oke, sudah dites ke beberapa orang. Dasi matching. Sekarang tinggal prsentasi dan siap-siap menjawab semua pertanyaan penguji. Untuk membat relax, tadi sempat foto-foto dulu di luar ruangan ujian. Aku sampai bawa dua kameramen sekaligus buat mengabadikan moment yang menentukan ini.


 

Hahaha….sebenarnya bukan untuk mengabadikan moment ini sih. Aku saja yang merasa sayang kalau nggak difoto padahal sudah dandan keren.


 

Sebelum duduk di depan penguji, terlebih dahulu menebar senyum lima jari memastikan kalau aku sudah member first impression yang bagus. Kemudian membuak kancing jas lalu duduk. Aku ingat, begitulah yang dilakukan oleh teman sekelas Ikal di Sorbonne dalam novel lascar pelangi.


 

Ketua penguji kemudian membuka uian dengan memeperkenalkan dua penguji lain which is udah aku kenal. Satunya Pak Langgeng dan Satu lagi Bu Galuh, advisorku yang bak banget itu. Pak Langgeng langsug menyapa terlebih dahulu.


 

"You write your thesis about Barack Obama, right? Your appearance is similar to him!

"Thank You Sir" aku menjawab sambil pasang senyum lima jari.

"Yes really. Do you have family relation with him?

Aku semakin lebar tersenyum. Hilang sudah debur di dadaku yang masih tersisa ketika pertama kali melangkah masuk ruangan tadi. Setelahnya nge-flow saja aku presentasikan skripsiku. Berbekal mind map warna-warni yang aku buat tadi pagi, mengalirlah kata-kata dari mulutku memenhi sepuluh menit kesempatan yang diberikan kepadaku.


 

Sessi pertanyaan dari penguji, dihabiskan oleh pertanyaan-pertanyaan dari Pak Langgeng selak penguji utama. Bu Rina hanya mengajukan dua pertanyaan di akhir sesi. Pak Langgeng mengeksplor habishabisan kenapa aku memilih topic dan objek ini untuk skripsiku.


 

"Is the reason you choose Obama as your object because he is our idol?

Aku tersenyum dan menjawab tidak kemudian mejelaskan alas an-alasanku. Setelahnya semua Chapter ditanyakannya. Beruntung juga aku revisi berkali-kali. Karena sering revisi aku jadi tahu benar harus menjawab apa. Tapi cara Pak Langgeng menguji benar-benar menyenangkan. Kayak interview. Ketika orang fakultas masuk membawa mainuman dan snack buat penguji, Pak LAnggeg engan santai bilang begini.


 

"We are interviewing Obama right now"

Aku tersenyum dan menganggap itu do'a. Kalau bisa haus lebih dari Obama dong!

Mudah-mudahan lacarnya ujian menjadi pertanda baik buat nilaiku nanti. Kita lihat sajaJ

Thanks buat Bro Ridho n' Bro Tata yang sudah rela jadi fotografer. Juga buat Bro Tio yang sudah jai pengawal. Nggak sia-sia antum gabung MENWA BroJ

Catatan Akhir Kuliah Part 3# Pintar, Kelihatan Pintar, dan Sidang Skripsi

Aku berniat menghadiri sidang skripsi seorag teman ketika menulis catatan ini. Aku pikir sidangnya terbuka, jadi aku bias ikut masuk dan melihat bagaimana sih siding skripsi yang kata-teman-teman bisa membuat makan nggak enak dan tidur tidak nyenyak sebelum hari persidangan. Ternyata sidangnya nggak boleh dihadiri oleh selain dosen penguji (3 orang). akhirnya aku hanya bisa melihat dri luar auditorium sambil menulis catatan ini. Padahal teman-temanku banyak yang menanyakan kapan waktu ujianku in case mereka mau hadir buat mensupport. Aduh, thanks banget guyz..!!


 

Kemarin-kemarin malah aku berpikir bahwa sidang skripsi itu adalah saat dimana kita benar-benar mati-matian mempertahankan penelitian seperti di film-film barat. Aku berencana untuk membuat presentasinya dalam format power point malah. Karena dalam pikiranku aku akan berdiri gagah di depan banyak audien dan mempresentasikan skripsiku dengan gaya seorang eksekutif menyampaikan presentasi atas idenya yang cemerlang di depan puluhan koleganya. Aku malah sudah menyiapkan gerakan-gerakan untuk menambah kesan wibawa dan elegan dalam presentasiku. Seperti memperbaiki letak kacamata (berencana pakai kaca mata), mengibaskan jas, dan menggerak-gerakkan tangan dengan ekspresif. Aku malah sudah berburu outfit yang pas ke Matahari. Dasi juga sudah siap. Bagaimanapun first impression itu sangat penting!!


 

Setelah melihat kenyataan sidang skripsi temanku yang hanya dihadiri oleh tiga penguji, aku jadi tidak terlalu rewel untuk masalah outfit. Aku beralih memantapkan materi skripsiku malah karena ketika aku kehilangan kata-kata kelak, aku tidak bisa mengalihkannya dengan geraka-gerakan penambah wibawa nan mantap yang sudah aku persiapkan itu. Aku juga berniat cari pafum yang cool karena aku bakal duduk dihadapan 3 penguji yang hanya dipisahkan oleh satu meja yang tidak lebar. Aku ingin ketika aku duduk di depan mereka, kesan yang mereka dapatkan adalah aku benar-benar laki-laki yang menyenangkan (kayak mau nge-date aja!!). Aku ingin dengan kesan pertama itu, mereka langsung berpikir buat memberiku nilai A.


 

Enaknya, aroma apa ya? Vanilla, Citrus, Sandalwood, atau Jasmine yang dipadu dengan musk? Atau Fahrenheit favoritku itu aja ya? Ini benar-benar penting karena sepuluh menit pertama orang akan melihat kepada penampilan luar. Nggak pengen kan, pertama ketemu aja orang langsung ilfil , padahal dalam diri kita menyimpan banyak hal yang luar biasa. Makanya, in this case, I agree to judge the book from it case. Pintar itu penting, tetapi kelihatan pintar lebih penting lagi. Tampan itu bagus, tetapi menarik adalah super super cool!!!


 

Berburu Parfum yuk…!!


 

Catatan Akhir Kuliah Part 2# Untitled

Cuma Ahad, 2 Agustus 09

Sejak menyerahkan Bab IV tanggal 28 kemarin yang kemudian direvisi total aku kemudian terkurung dalam kamar sendiri dan hanya ditemani oleh tumpukan draft skripsi, satu mug besar Chocochino, dan laptop. Keluar kamar hanya pas sholat dan makan siang. Wuih…benar-benar autis. Aku juga dah kasih ultimatum ke anak-anak; jangan ngobrol sama aku kalau nggak penting. Dua hari hanya tidur sekitar 3 jam per harinya membuat efek yang luar biasa: aku terserang flue berat dan demam yang membuat kepala rasanya berat banget. Apalagi ditambah harus mengerjakan Bab IV dan revisisiannya itu.


 

Berhubung aku sudah membuat hanya satu pilihan "ujian sekarang dan lulus" penyakit itu kalah. Dengan doping aneka macam makanan, susu segar, jus jeruk dan yang pasti STMJ Nabila yang ma nyus banget itu aku bisa bertahan nggak tidur dan menyelesaikan skripsi.


 

Beruntung banget aku karena dosen pembimbingku yang sekaligus ketua jurusan itu berbaik hati mengundangku datang ke rumahnya untuk membahas Bab IV. Hari minggu pula. Makanya dari kemarin aku cerita terus kalau ke teman-teman kalau dosen pembimbingkku itu baik baget.


 

Sore-sore sepulang dari ambil pas foto dari studio aku berencna langsung ke rumah dosen pebimbing. Di tengah jalan, ada sms masuk "better tomorrow at 9. Wadduh….dosennya nggak bisa ketemu sekarang. Pdahal besok hari terakhir pendaftaran. Ya udah lah, aku nyiapin persyaratan dan ngecek lagi kelengkapan skripsi aja. Sekalian bisa nonton coffe prince n' BBF lah ntar malam. Duh, mudah-mudahan nggak banyak yang direvisi.


 

Senin, 3 Agustus 09

Pagi-pagi masih flue berat, ngecek lagi skripsi. Edit-edit lagi. Tapi tentu saja hanya itu yang bisa aku lakukan. Bab IV nya belum pasti. Diapprove nggak ya? Sambil nunggu jam 9, aku masak sop jamur buat sarapan. Yummy bgt….! Tapi agak bĂŞte juga, belum berani ngopi. Flue itu ngundang batuk juga buat sama-sama berpesta di tubuhku. Padahal kan my day wouldn't complete without a cup of morning coffee…

Jam 9 ke kampus nunggu my advisor. Beliau baru datang jam 10.30. masuk ke ruangan jurusan, aku mulai ngitung-ngitung.

Kalau sekarang masih nunggu approve, masih cukup nggak ya, waktu buat bayar uang ujian ke Bank, Print semua dari Bab awal sampai akhir plus appendices yg berjibun. Belum lagi kalau harus revisi.


 

Dan ternyata benar! Bukan revisi sih, aku Cuma harus nambah satu sub-bab lagi. Begitu selesai berdiskusi dikit, aku langsung lari ke parkiran dan memacu motor pulang. Langsung konsentrasi di depan laptop. Dan rasanya otak mudah banget diajak kompromi kali ini. Semuanya mengalir. Kayak lagi nulis blog. Apa karena itu mudah atau karena aku yang ngawur nulisnya. Dan pas adzan dhuhur satu sub bab yang diminta , selesai sudah.


 

Langsung lari ke rental buat ngeprint semuanya. Jam 12. 45. 45 menit kemudian ngeprint kelar. Tinggal minta approve. Satu jam lagi kantor fakultas bakal tutup. Foto copy skripsi lima exemplar belum, bayar SPP belum. Ternyata my advisor masih rapat. Daripada nunggu, aku mutusin buat foto copy skripsi dulu. Sambil nunggu foto cpy kelar, aku ke Bank buat bayar registrasi ujian.


 

Oh God…!!! Antrian di Bank yang di kampus panjang banget. Aku lupa, kalau ini musim bayar SPP. Bukan hanya satu kampus, tapi hampir semua kampus di Malang yang bejibun banyaknya itu megharuskan mahasiswanya buat registrasi sekarang. Belum lagi registrasi mahasiswa baru. Dengan cepat aku memacu motor ke Bank di kampus sebelah. Lebih parah ternyata. Sampai Bank mendirikan terof di luar karena ruangan nggak mampu menampung mahasiswa.


 

Ah, masih ada bank di kota. Kantor pusat. Aku benar-benar ngebut memacu motorku ke kota. Buyi kampas rem yang sudah aus nggak aku pedulikan lagi. Satu menit rasanya sangat berharga. Jam 2.20 sampai di depan resepsionis bank. Dan aku sangat lega. Kelihatannya sepi. Ngambil nomor antrian kemudian melongok ke dalam. Ampun….! Ternyata penuh. Mahasiswa semua lagi. Kulirik nomor antrianku. Nomer 722, sedangkan sekarang baru giliran antrian 659. Tanpa berpikir panjang aku melesat keluar dan langsung memacu motor kembali ke kampus. Lebih baik minta Approval dulu. Rencananya, mau minta dispensasi buat bayar besok saja. Mudah-mudahan bisa.


 

Sampai di kampus, 5 exemplar skripsi sudah kelar dicopy. Aku berlari dari tempat foto copy ke kampus. Pake motor malahn bikin makin lama. Jalanan depan kampus macet banget. Sampai di fakultas, my advisor belum keluar dari ruang rapat. Gelisah aku mondar-mandir sambil meneteng setumpuk skripsi.

Akhirnya my advisor kelar juga rapatnya. Tanpa ba bi bu, lembar approvalku langsung ditanda tangani. Sekarang, tinggal ngomong ke orang fakultas minta dispensasi buat byar besok. Staf fakultas sudah mulai kemas-kemas.

Lucky me, ternyata bayarnya bisa besok. Dan ternyata banyak banget yang medaftar dulu dan skripsinya nyusul besok. Untung banget ada teman yang jadi staf di fakultas ngebantuin proses pendaftaran karena semua berkasku masih acak-acakan. Hffhhh…akhirnya selesai juga!!


 

Tapi begitu keluar dari fakultas, aku kembali panic. Kunci motorku nggak ada. Acak-acak tas. Rogoh-rogoh kantong, tetap nggak ketemu. Ngecek ke fakultas dan jurusan juga nggak ketemu. Cepat aku berlari ke tempat foto copy, siapa tahu kuncinya masih nancap di motor. Nggak ada juga. Alu kembali ke fakultas dan ngecek ulang di kajur. Tetap nggak ada.

Akhirnya aku pasrah, toh masih ada serepnya di rumah. Yang penting sudah daftar ujian. Dngan langkah gonti aku berjalan ke depan kampus buat nunggu angkot. Langkah rasanya ringan banget. Mulut nggak berhenti tersenyum.


 

Dengan santai aku duduk menunggu angkot yang nggak kunjung lewat. Pas raba-raba pinggang, tanganku merasakan ada sesuatu yang kasar.

Ya ampun…ternyata kunci motor itu terselip di ikat pinggang.

Tapi thanks ya Ir, sudah bantuin nyari kunci motorku. Ternyata keselip. Jadi malu sama orang-orang fakultasJ . thanks juga karena sudah bantuin proses pendaftaran…..


 


 

Tuesday, August 11, 2009

Catatan Akhir Kuliah part#1: The Best "Satpam" in the World

Ahirnya sampai juga ke ujung yang aku harus lewati sebagai mahasiswa S1. belum ujung-ujung amat sih. tapi 99,999999% lah. tinggal menunggu penentuan setelah menmbuktikan kalau ak pantas menjadi sarjana di depan para penguji bulan depan. jadi, bolehlah aku bilang kalau aku sudh sampai ke ujung. hitung-hitung motivasi buat diri sendiri.


 

Jangan tanya berapa tahun aku mengakhirinya.tidak cepat dan juga tidak lama. jadi, berapa? ini bukan soal hitungan hari, jadi aku tidak mau meng-angka-kannya. Pengalaman selama kuliah itu lah yang tidak bias dihargai dengan angka-angka.


 

Sudah lama aku ingin menulis tentang bagaimana aku melewati masa kuliah yang amat "menyenangkan" ini (biar dibilang bersyukur, padahal sih....)


 

Salah satunya tentang satpam atau sebutan kerenya s e k u r i t i (padahal sih sama saja).

Ketika pertama masuk kuliah hal yang paling membuat aku tidak betah adalah perpustakaan yang seadanya (sekarang sih udah keren banget), pelayanan di BAK (nggak ada ramah-ramahnya. kayaknya yang direkrut untuk jadi pegawai BAK itu yang judes-judes!sampai sekarang masih tuh), dan Satpam (idem dengan BAK).


 

Dibandingkan dengan satpam di kampus lain, satpam UIn memang jauh banget. satpam UMM misalnya, mereka selalu menyapa dengan ramah dan menempatkan dirinya sebagai pelayan civitas akademika. nah, di kampusku tercinta ini, satpamnya berlagak bos. walaupun aku sudah pasang senyum lima jari, tetap aja nggak ada rama-ramahnya. sering sih, kirim sms protes ke pak rektor dan dibalas. tapi tetap aja...!


 

Tapi itu dulu...

Sebelum dua satpam baru itu bergabung menjadi 'Guardian Angel' di kampus. mereka kemudian menjadi penjaga gerbang yang selalu ramah dan mengumbar senyum. tapi yang paling keren yang satunya. dan baru tahu belakangan ini kalau namanya Ferry. Mas Ferry! padahal dari dulu tag nama itu terpasang di dadanya,tapi aku nggak notice.


 

Nah karena mas Ferry ini lah au kemudian menaikkan grade penilaiankua atas satpam kampus. Mas Ferry ini pribadinya sangat menyenangkan. walaupun aku nggak kenal dekat, tapi dari pembawaannya yang selalu tesenyum dengan muka berseri-seri, itu tidak diragukan lagi. dia selalu tersenyum lima jari kayak aku:)


 

Begitu aku mau melewati gerbang tempat dia berjaga, biasanya dia langsung mengucap salam dan memsang senyum lima jarinya itu. baru kemudian mengecek STNK. setelah selesai, biasanya aku membalas memberikan senyum lima jari dan mengucap terima kasih. Nah, dia pasti akan bilang "sama-sama mas, hati-hati di jalan". dengan tetap tersenyum.

Aduh..sekuriti BCA kalah jauh lah sama Mas ferry ini. Apalagi sama front office rektorat yang belagu dan judes banget itu.

Menurutku sih, Mas Ferry ini cocoknya jadi customer service atau manajer marketing sekalian di perusahaan bonafide. Benar-benar pelayanan dari hati.

Aku jadi curiga, jangan-jangan dia alumni "Mr. Indonesia" dan dididik khusus kepribadian sama ibu Mooryati Sudibyo, atau Marta Tilaar.

Nah, mas ferry ini cukup membuat aku bertahan buat betah kuliah di kampus ini. Aku pun bela-belain keluar dari kampus melalui gerbang yang dijaga sama Mas ferry. Kalau dia jaga di gerbang depan, aku ikut keluar lewat gerbang depan. Pas lagi jaga di gerbang belakang, aku bela-belain keluar lewat gerbang belakang juga.

Seorang teman ketika membaca catatan ini di FB berkomentar begini:

    "Wah! Kayaknya Banyak Fans tu satpam, gimana kalo bikin Satpam idol aja, kayaknya nice to meet you..!!hehehe!

Oke, sedikit cerita tentang Satpam di UB.

kalo di UIn (untuk maksud penulisan UIn baca post pertama) ada mas ferry si bawang putih (sebut saja demikian), kayaknya bawang merahnya semua ngumpul di UB, semua satpamnya sok berkuasa, sok penting (sebenarnya emang penting sih) dan sok2 lainya (maaf kalo jadi ngomongin orang, kebawa suasana ne), kalo mas ferry selalu dengan senyum 5 jarinya, satpam UB gak mau kalah selalu dengan senyum -5 jarinya (bisa kalian bayangkan sendiri), walau tampang msih lulusan SMA tapi wuh gayanya bok udah kayak lulusan penjara!!. Believe it or not, untuk membuktikan Silahkan saja bertandang ke universitas yang kemarin juara umum PIMNAS XXII (promosi dikit) jika ingin membuktikan gimana si bawang merah bekerja"

Kayaknya itu ide yang oke juga, Satpam Kampus of The Year. Tapi jangan aku yang jadi jurinya karena jelas I"ll vote for Mas Ferry!!


 

Kalian pada tahu kan siapa Mas Ferry? Cerita dong gimana kesan kalian sama dia...!


 

Friday, July 17, 2009

Aku Bertemu Dengannya Lagi; Sekelebat Yang Penuh Makna


Dengan kantuk yang hamper tidak tertahankan aku terus memacu si Risma menyusuri jalanan kota malang yang entah kenapa sekarang sepi. Padahal malam minggu kemarin aku sempat bĂŞte berat karena macet yang mengular naga. Padahal Malang hanya lah kota kecil. Tapi jumlah mahasiswa yang semakin tahun semakin menyesak membuatnya padat oleh kendaraan bermotor. Datang mahasiswa baru, mahasiswa lama nggak lulus-lulus. Ternyata, biaya pendidikan yang semakin melangit tidak mengurangi minat untuk menyandang status mahasiswa.


 

Udara dingin yang akhir-akhir ini memuatku malas untuk keluar rumah stelah maghrib semakin menusuk. Lapisan kaus, hem, sweater plus jaket yang membalut tebal tubuhku tak mampu menahan lesakan dingin malam ini. Mungkin itu pulalah yang membua jalanan sepi malam ini. Padahal jarum jam belum juga beranjak dari angk a Sembilan. Penduduk kota lebih memilih untuk bercengkerama di dalam rumah yang hangat sambil menikmati secangkir STMJ barangkali.


 

Tujuanku jelas. I have to be in a coffee shop or café or whatever you name it. A cup of hot cappuccino will warmer me. Melewati pertigaan Dinoyo, tanpa sengaja mataku tertumbuk pada satu sosok yang sedang berjalan menyusuri pinggiran jalan yang tidak bertrotoar. Kota yang aneh, jalan utama tidak memiliki trotoar. Menjadi pejalan kaki di kota ini berarti membiarkan jantung memompa darah lebih cepat karena ketegangan yang tercipta dari kendaraan yang menyesaki jalan yang siap-siap akan "mencolek" pejalan kaki kalau tidak ekstra awas.


 

Sosok itu sepertinya familiar. Aku pernah melihatnya, tapi dimana?? Yup, bibir yang selalu tersenyum itu.


 

I got it!!! Iya, aku ingat!!! Ibu itu adalah ibu yang malam-malam membunyikan bel rumah kami ketika aku sedang asyik menulis di kamar. Aku sudah cuci muka dan bersiap-siap untuk menarik selimut sehingga aku tidak segera turun untuk membukakan pintu. Ku buka jendela kamarku yang langsung menghadap jalan dan setengah berteriak.


 

"siapa?

"Turun dulu Mas, saya mau bicara!


 

Penasaran aku turun membuka pintu dan mendapati seorang perempuan paru baya berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Tangannya menenteng sebuah tas plastic merah yang isinya masih penuh.

"Ada apa Bu?

"ini Mas, saya mau menawarkan ini, keripik kentang" katanya seraya menyodorkan tiga bungkus keripik kentang ke arahku.

"Mas yang satunya biasanya beli" katanya menambahkan.

"oh, dia lagi ke Surabaya Bu"

"Mas nya nggak mau?

"enggak Bu, makasih" jawabku karena emang aku tidak berniat untuk nyamil. Aku sudah cuci muka dan sikat gigi dan bersiap untuk tidur. Lagipula isi dompet pas-pasan, akhir bulan.

"enak loh Mas, Cuma 10 ribu tiga koq" katanya sambil tetap tersenyum.

"Makasih Bu, enggak" tolakku lagi sambil memasang senyum lima jari andalanku.

Sejujurnya batinku bergolak, aku ingin membelinya karena melihat kegigihan ibu itu menawarkan dagangannya. Apalagi malam-malam begini berjalan kaki menawarkan keripik door to door ala salesman. Apalgi dia seorang ibu. Tentu beban berat yang ditanggungnya sehingga membuatnya rela dari pintu-ke pintu menawarkan dagangan di malam yang dingin. Aku paling tidak tega terhadap perempuan.

"Mas mungkin mau menolong saya, saya sudah muter-muter jauh Mas tapi baru sedikit yang laku kaki saya sudah pegal Mas" katanya keukeuh.

Aku makin tidak tega. Tapi aku juga tidak memutuskan untuk membeli dagangannya. Betul-betul mental enterpreuner.

Aku tidak tahu harus ngomong apa lagi. Karena seharusnya aku memang tidak ada alasan untuk menolak membeli dagangan ibu ini. Tapi aku juga tetap tidak memutuskan untuk membeli barang sebiji. Aku malu dengan kegigihan ibu itu dan keputusanku untuk tidak membeli.

"Nggak Mas ya? Senyum tetap terpancar dari raut mukanya. Tapi kali ini bernada kecewa.

"Nggak Bu,makasih"

"Ya udah Mas, terima kasih ya" katanya sambil berbalik meninggalkan raut senyum kecewa yang terus terbayang ketika aku kembali ke kamar. Lama aku merenung kembali, menyesali diri kenapa aku tidak membeli dagangan ibu tadi. Mungkin kalau aku beli, itu sudah sangat berarti besar bagi dia. Aku tahu ia sudah berjalan jauh. Kemudian pikiranku melayang kepada Bundaku di rumah. Bagaiman kalau fragmen tadi beliau yang melakoninya?

***

Mataku masih menangkap kilas senyum yang tetap menghiasi bibirnya. Iya, benar, ibu itu. Di malam dingin begini dia masih berjalan menenteng dagangannya hanya memakai baju dan celana selutut seperti yang kulihat ketika dia membunyikan bel rumahku.


 

Dengan cepat aku memutar arah berlawanan dengan café yang kutuju. Mengambil jalan ke arah kampus. Aku masih bisa memanfaatkan fasilitas wifi gratis di kampus. Ibu itu berjalan sedemikian jauh hanya untuk sekian puluh ribu. Sementara aku hamper saja menukar jumlah yang sama dengan secangkir kopi yang bisa ku buat sendiri dan secuil broadband internet yang jumlah lebih besar bisa kudapatkan gratis.

Tidak untuk kali ini!

Teriring doa untuk Ibu penjual keripik yang perkasa; semoga engkau menjadi pengusaha keripik yang besar! Kalau kau datang membuyikan bel rumahku lagi, aku akan langsung beliJ


 


 


 


 

Sunday, July 12, 2009

Mirror Mirror in The Wall…


Mirror, mirror in the Wall….!!

Berkaca menjadi bagian dari rutinitas yang tak bisa lepas dari keseharian manusia. Pagi-pagi, begitu bangun dari tidur , hal pertama yang dilakukan adalah berdiri di depan cermin sambil memasang senyum 5 jari. Sebelum berangkat beraktivitas, paling nggak dibutuhkan 10 menit untuk mematut diri di depan cermin. Tapi bagi perempuan atau laki-laki yang suka dandan bisa lebih dari itu. Di kantor atau di kampus, begitu masuk toilet kaca di wastafel tak luput dari lirikan, sekedar memastikan apakah masih kelihatan cakep atau tidak. Lewat di depan ruangan berkaca, curi-curi pandang kea rah kaca atau purapura lihat pengumuman padahal sebenarnya bayangan di kacalah yang ditatap. Lewat di parkiran, kaca spion menjadi sasaran. Pernah ada seorang teman yang ngaca di kaca mobil yang diparkir yang berakhir dengan cengar-cengir menahan malu karena ternyata di dalam mobil ada pemiliknya yang menahan tawa melihat ada orang yang dengan pede ngaca di kaca mobilnya.


 

Cermin akan memantulkan bayangan apa adanya. Kalau yang bercermin kebetulan cakep, bayangan yang muncul pasti cakep juga dong. Kalau kurang cakep (not to say ugly), yah seperti itu juga dong yang akan muncul. Seharusnya sih seperti itu.


 

Tetapi aku selalu melihat bayangan yang berbeda-beda setiap bercermin. Ketika sedang berpikiran positif, aku melihat makhluk yang super ganteng tersenyum lima jari kepadaku. Sebaliknya ketika sedang bad mood bayangan itu menjadi sangat jelek. Begitu juga ketika aku sedang merasa ganteng, yang muncul di cermin adalah cowok ganteng. Begitu juga sebaliknya ketika merasa nggak gantengJ


 

Nah, aku sangat percaya kalau ganteng dan cantik itu bisa diciptakan. It's not a destiny. It's created. Dan aku juga percaya kalau ganteng dan cantik tu relative. Yang menurut aku cantik dan ganteng belum tentu cantik dan ganteng pula menurut orang lain. Teman-temanku sampai bilang aku aneh ketika aku bilang bahwa Miss Indonesia itu nggak cantik dan yang cantik adalah Miss Papua Barat dan Miss Maluku.


 

Masih ingat kan tokoh Diva di Supernova nya Dewi Lestari? Ketika Diva menjadi juri Fashion Show anak-anak dan mengacaukannya dia bilang begini kira-kira;

"adik-adik, semua menjadi pemenang dalam lomba ini. Kalau mau cantik, nggak usah ikutan lomba kayak gini. Kakak punya resep biar cantik, bilang aku canti, aku cantik sesering mungkin dan kalian akan menjadi cantik. Nah setelah ini, kalian pulang ke rumah dan teruslah bermain. Nggak usah pake lipsik mama, nggak usah nunggu orang lain bilang kalian cantik".

Konon Sang Dulunya adalah anak yang dianggap jelek dan aneh sehingga dikucilkan oleh teman-teman pantinya.


 

Back to mirror, mirror in the wall…!

Cermin biasa hanya memantulkan bayangan dengan dimensi yang sama tidak lebih tidak kurang seperti benda di depan cermin pada saat itu. Berbeda dengan kita bercemin dengan orang-orang di sekitar kita. Mereka memantulkan bayangan dengan berbagai dimensi. Kita bisa melihat masa lalu dan atau potret diri di masa depan. Bukankah cermin seperti itu bertebaran dimana-mana. Tinggal kita mau bercermin atau tidak. Bercermin kepada orang lain tidak akan membuat kita seperti Narcisius yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri.

So, Mirror mirror in the wall….

Thursday, June 4, 2009

Negara Baru Bernama Facebook


Bahwa facebook-an telah menjadi rutinitas harian kaum melek teknologi di Indonesia bukan sebuah kabar baru lagi. "facebook kamu apa", "punya facebook nggak" sekarang menjadi question item kalau berkenalan dengan orang baru atau bertemu teman lama. Kalau jawaban anda "apaan tuh" , bersiap-siaplah dengan jawaban balik "hari gene….??!!". Selain untuk keep in touch sama teman-teman, menemukan kembali teman SMA dan menambah teman, kan asyik juga tuh kalau di statusku tertulis "Erik Marangga now become friends with Mario Lawalatta", "Obama tagged Erik Marangga in his note". Erik, Penting nggak sih?? Penting ya? Penting nggak? Penting lah!!!

Bukan hanya personal yang mempunyai account di situs ini tapi juga group band, perusahaan dan institusi bernama universitas pun tidak mau kalah untuk unuk eksistensi di dunia maya walaupun hanya lewat facebook. Salah satu stasiun TV local yang terkenal saja menggunakan facebook untuk berinteraksi langsung on air dengan pemirsanya. Sampai-sampai situs jejaring social yang dibuat oleh…….ini sempat menjadi topic bahasan kaum pesantren dan mengharamkannya (aduh, kayaknya yang mengharamkan itu media deh)beberapa saat lalu. Segitunya kah? Is that a sign that facebook become one of central role in our life? Hmm…the answer is on how you place the fb in your daily life.

Terlepas dari pro dan kontra mengenai facebook, here are some fact of the so called facebook;

Pertama, per April 2009, Negara dengan penetrasi tertinggi oleh facebook adalah Islandia dengan tingkat penetrasi 46, 89%. Sementara Indonesia ada di urutan 71 dengan penetrasi 1, 35%. Wajar sih, mengingat penduduk kita 200 juta lebih.

Kedua, USA menjadi Negara dengan jumlah pengguna fb terbanyak, 5o juta lebih. Dan Indonesia menempati posisi 9 dengan jumlah pengguna 3,1 juta pengguna.

Ketiga, facebook adalah website paling popular nomor 2 di Indonesia setelah google. Apa kabarnya dengan friendster? Sekarang jatuh ke nomor 6. Website local yang ada di top 10? Detik di nomor 9 dan Kaskus di nomor 10.

Keempat, jika facebook adalah sebuah Negara, maka dia adalah Negara ke 5 terpadat di dunia dengan jumlah "penduduk" sebanyak 200 juta. Tepat di bawah Indonesia yang berada di posisi ke 4. Tapi bentar lagi, kayaknya Indnesia bakal disalib facebook sih. Makanya, yang pada bujang, cepetan nikah dan buat anak yang banyak biar Indonesia nggak disalib fcebookJ

Kelima, Negara dengan jumlah pengguna terendah adalah Iraq, Estonia, dan Latvia dengan jumlah user dibawah 20. Nah kan, kayaknya kesejahteraan dan keamanan itu berbanding lurus dengan penggunaan facebook. Tapi kalau facebook bisa dipakai buat nembak musuh, user di Iraq bakal meningkat tajam tuh. Sayangnya fb cuma bisa buat nembak pasangan (emang keterima?).

Yang terakhir, rata-rata pengguna facebook mengahabiskan waktu 21 menit disanadan mengunjungi facebook rata-rata 4 kali sehari, hampir sama denganishalat wajib harian dan mengalahkan waktu makan rata-rata orang Indonesia. So, how 'bout you? How much you spend (money and time)? For fb?

Setidaknya itu data yang aku dapat dari Applymagazine. Mudah-mudahan sih itu bakalan jadi soal yang bakal ditanyain sama professor penguji skripsiku nanti. Bakalan ada nggak pesaing yang akan menggeser facebook? Let see…!!

Oke deh, nama gue Erik, tinggal di istana Hijau, hobby travelling, swimming n cooking , R n B, Hip hop and Jazz Lover. fb gue; erikmarangga@yahoo.com. Facebook loe dong….!

Tuesday, May 26, 2009

Road to Pulau Sempu Part Two; Segara Anakan, The So Called Laguna



Terbangun karena suara deburan ombak membuatku tersadar akan tempatku tertidur. Tidur diatas pasir tanpa tenda semalaman cukup nyaman walaupun dingin cukup menusuk membuatku enggan untuk menyingkirkan sleeping bag yang membungkus sekujur tubuh. Dalam keremangan fajar, segara anakan mulai terlihat jelas.



Shalat subuh berjama'ah di atas pasir di tepi Segara anakan terasa sangat berbeda. Khusyuk menyatu dengan deburan ombak dan nyanyian burung pagi. Tak sabar lagi rasanya ingin segera menceburkan diri ke dalam Laguna yang sangat bening itu. Tapi kayaknya asyik kalau melihat-lihat sekeliling dan mengambil beberapa gambar.




 

Diatas tebing karang yang memisahkan sisi timur Segara anakan dengan Laut Selatan

(pakai baju hitam dipantai;jangan ditiru!! Bakalan panas banget tuh)



Background Segara Anakan

Dalam siraman mentari pagi Segara Anakan terlihat sangat Memakau. Dikelilingi oleh tebing-tebing karang yang tinggi dan tertutup rapat oleh pohon membuatnya terlihat seperti danau di tengah hutan ketimbang Laguna di tengah Pulau di laut Selatan. Yang enyadarkan kalau ini di tengah Laut selatan adalah, deburan ombak yang menggema menghempas di balik tebing-tebing karang itu. Kalau pernah nonton The Beach yang dibintangi Leonardo Di Caprio, anda akan merasakan De Javu karena Segara anakan mirip banget sama Laguna di Thailand yang menjadi setting film itu. Nah kan, ternyata Indonesia pun punya Laguna yang tak kalah indahnya. Nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri.



 


Air Laguna yang hangat diterpa mentari pagi. Nggak renang? Mana tahan!!

Air di Segara anakan ini dipasok dari Laut Selatan oleh ombak yang menerjang masuk lewat lubang karang di sisi barat Laguna. Kata Laguna sendiri berasal dari bahasa Inggris Lagoon yang berarti sebuah danau air asin yang dipisahkan oleh tebing karang atau hamparan pasir dari laut lepas. Nah, Segara anakan ini dipisahkan oleh karang tinggi dari laut lepas sehingga lautnya tidak kelihatan.


 


 


Air mengalir masuk ketika ombak menghempas lubang karang.

Melompat dari atas tebing karang tinggi ketika air itu menerjan masuk merupakan tantangan yang mengasyikkan.




Beruntung kami sempat membeli mata kail dan benang di Sendang biru kemarin. Memancing sambil melihat ikan karang berwarna-warni itu bergerombol dan berebutan memakan umpan yang dipasang merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Kalau mau dapat ikan yang lebih besar, bawalah kail dan umpan yang memadai. Dahulu sebelum tempat ini dikunjungi sesering sekarang, Segara anakan merupakan tempat tinggal bagi berbagai jenis terumbu karang dan habitat yang bergantung padanya. Tapi sekarang keindahan itu sudah terkikis oleh pemboman liar yang dilakukan oleh tangan yang tidak bertanggung jawab. Sayang sekali.



Hasil mancing sambil renang


 

Sebelum pulang kami sempat membersihkan pantai yang mulai kotor oleh sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Sayang sekali kan, tempat seindah ini direduksi pesonanya oleh sampah. Andaikan semua punya kesadaran untuk menjaga kelestarian alam, bisa dipastikan masih bisa disaksikan keindahan yang sama berpuluh tahun ke depan. Yang pasti Law of Attraction itu tetap berlaku. Ketika hal negatif yang kita sebarkan, hal negative pula yang akan didapatkan.

***

Travelling Guidance:

Jarak kota malang dengan Pantai Sendangbiru sekitar 71 km. Sendang biru bisa dicapai dengan menumpang angkot AG dari terminal Arjosari/LG&GL dari terminal Landungsari (pokoknya semua angkot yang berletter G akan sampai ke Terminal Gadang) dengan tarif Rp. 2. 300 per orang. Dari terminal Gadang, naik Bus jurusan Turen dengan tarif hanya Rp. 4. 000 per kepala. Perjalanan dari semua keberangkatan tadi ke Turen memakan waktu sekitar 2 jam. Baru kemudian dari Turen menempuh jarak 43 km ke sendang biru dengan angkot yang tarifnya Rp. 15. 000 per kepala. Jalan yang ditempuh berkelok-kelok dan anaik turun gunung. So, prepare yourself.

Bawa air minum yang cukup karena di Pulau Sempu air bersih agak susah didapat. Jaraknya jauh dari Laguna Segara Anakan dan rasanya pun payau. Yang pasti perbekalan dan camilan harus memadai. Saying sekali kalau harus bersenang-senang dengan perut keroncongan.

Pada waktu kami berangkat, ongkos penyeberangan dengan perahu dari Sendang Biru ke Pulau Sempu Rp. 100. 000 dan sudah termasuk fasilitas penjemputan ketika balik dari Pulau.kalau mau lebih hemat, bergabunglah bersama rombongan lain karena tarifnya dihitung per perahu bukan per kepala. Satu perahu bisa membawa sampai dengan 15 penumpang.

Usahakan menyeberang pada siang hari agar tidak kemalaman dalam perjalanan. Kecuali anda suka tantangan berjalan dalam gelap melewati hutan rimba dengan jalan setapak yang becek dan licin pastinya. Normalnya hanya butuh waktu satu jam untuk mencapai Segara Anakan.

Ok, selamat berpetualang and be wise to the nature….!!


 

.

Monday, May 25, 2009

Road to Pulau Sempu Part One



 

Terik mentari pagi itu begitu menyengat walaupun hari baru beranjak dari jam Sembilan pagi. Memang akhir-akhir ini kota Malang mulai terasa panas. Cuaca panas dan demam yang yang melemahkan tenaga dan konsentarasiku terkalahkan oleh keiginan untuk travelling yang sudah tak tertahankan lagi. Padahal kemarin aku matia-matian menolak untuk ikut. Tapi begitu anak-anak packing tadi pagi, aku nggak tahan!! Aku harus ikut ke Pulau Sempu!!

***

Perjalanan panjang dengan berganti angkot dan bus sampai tiga kali yang memakan waktu sekitar lima jam terasa melelahkan. Apalagi dengan medan jalan yang berkelok-kelok naik turun gnung daerah Malang Selatan yang memang berbukit-bukit. Tapi kelelahan itu terbayar ketika angkutan yang kami tumpangi berhenti di bibir pantai Sendang Biru. Benar-benar biru. Sebuah teluk sempit di laut selatan denganlatar belakang pulau kecil yang ditutupi vegetasi hutan tropis yang kelihatannya masih perawan tersaji di depan mata ketika memandang dari bibir pantai. Riak ombak kecil yang terbawa dari laut selatan yang trhaampar di mulut teluk sesekali menggoyang perahu kecil warna-warni bertebaran menghiasi teluk. Akhir pecan begini, pengunjung memang sangat ramai. Perahu-perahu hampir selalu penuh oleh pengunjung yang ingin menyeberang atau sekedar berlayar mengitari pulau sambil singgah di pantai-pantai kecil di pulau Sempu. Para penggemar olahraga dayung berseliweran diantara perahu-perahu motor yang bolak-baik mengantar wisatawan seolah berlomba mewarnai teluk biru yang tenang itu.

Sesaat kami terpaku di tepi pantai sebelum akhirnya menyeberang ke Pulau Sempu yang menajdi tujuan Adventur kami kali ini. Iya, daya tarik utama bagi petualang memang bukanlah pantai Sendang Biru melainkan Pulau Sempu yang ada ditengahnya dengan hutan yang masih menyimpan seribu misteri dan keindahan Laguna (Lagoon) Segara anakan. Kabarnya binatang-binatang liar dan ular phyton seukuran anaconda masih masih menjadikan pulau itu sebagi hunian mereka. Setidaknya seperti itulah yang dijelaskan oleh Pak Hendro, pencinta alam yang usianya tidak muda lagi yang punya perhatian khusus terhadap kelestarian cagar konservasi Pulau Sempu. Jarak Jakarta-Malang tidak menyurutkannya untuk rutin mengunjungi Pulau Sempu. Beliau begitu cinta sama Pulau eksotis degan hutan perawan itu. Apalah artinya jarak ketika cinta sudah tertambat?

Perahu merapat ke Pantai Semut di pulau ketika jarum jam sudah menunjukkan angka 5. Medan pertama yang kami lewati adalah hutan mangrove yang becek. Semakin ke tengah, vegetasinya berganti dengan pohon-pohon besar khas hutan tropis yang tumbuh rapat. Jalan setapak yang dilalui semakin menantang. Medan menanjak dan licin ditambah dengan kegelapan hutan cukup menyulitkan langkah. Beban di punggung jadi berlipat beratnya, apalagi kami membawa air bersih untuk memasak selain masing-masing air minum 3,5 liter di back pack. Disarankan untuk memakai sepatu dan celana lapangan kalau anda berniat mengunjungi pulau Sempu agar langkah anda mantap di tengah medan yang benar-benar bechek. Apalagi nggak ada ojyek. Cyapek kan?

Suara nyayian serangga hutan seolah orchestra alam yang tercipta menjadi soundtrack perjalanan kami sore itu. Sesekali diselingi bunyi berdebum badan beradu dengan tanah lembab yang dihasilkan oleh teman kami yan badannya memang extra itu. Dia sampai jatuh berkali-kali bergiliran dengan Ridho yang membawa tambahan beban 13 liter air di punggungnya. Keadaan ini membuat kami sebentar-sebentar berhenti. Sekarang mata hanya bisa melihat selangkah kedepan. Sinar mentari yang tadi masih samar-samar menembus pepohonan di awal perjalanan kini sudah tidak mampu lagi menembus rapatnya pepohonan. Hitam pekat kegelapan di depan mata meciptakan labirin yang membuat seolah-olah perjalanan malam itu tak berujung. Iya, tidak ada bayangan di benakku seperti apa tujuan akhir perjalanan kami itu karena aku tidak sempat untuk mengeceknya di internet. Bambang yang menjadi penunjuk jalan hanya memberi petunjuk "sebentar lagi sampai, sebentar lagi sampai" ketika teman-teman menanyakan ujung perjalanan kami. Dalam satu sesi istrahat (hampir setiap sepuluh menit setelah melewati 1 jam pertama, Siberat minta istirahat). Kami beristirahat dalam diam di tengah keheningan hutan yang hanya diselang-selingi serangga hutan. Cess….hati mejadi begitu tenang. Hal yang biasa menjadi sangat istimewa ketika bertemu moment yang luar biasa. Beberapa saat aku memejamkan mata merasakan kegelapan dan lantunan yang begitu meyejukkan itu.

Suara gemuruh ombak mulai kedengaran. Tapi tidak terlihat apa-apa selain hitam pekat. Kami semakin girang, ketika suara-suara teriakan dan gitar bersahutan dengan suara hempasan ombak. Dengan bantuan cahaya senter kami mulai mencari tahu. Dari celah dedaunan,tampak warna keperakan air yang tertimpa cahaya bintang. Ternyata kami sudah berjalan di atas tebing, dibawah kaki kami terhampar Segara Anakan yang menjadi ujung perjalanan kami malam itu.

Sampai di hamparan pasir yang lembut, kelelahan itu rasanya sirna. Di tempat itu sudah ada beberapa tenda para campers yang sudah duluan sampai. Setelah menghamparkan alas tenda, masing masing menjatuhkan badan berbaring dalam diam menghadap ke tengah Segara Anakan yang memantulkan kilau cahaya bintang di langit yang cukup cerah malam itu. Kata tak mampu lagi menggambarkan keindahan suasana malam itu. Biarkan diam menanamkannya ke otak untuk meresapi keindahan itu.

Setelah merasa cukup larut dalam keindahan malam di tepi Segara anakan, aku segera mnyiapkan makan malam buat kita semua. perpaduan letih, kegembiraan dan keidahan segara anakan menjadikan mie instan yang menjadi santapan kami malam itu terasa sangat nikmat. Siberat sudah kembali On setelah redup karena perjalan tadi. Masing-masing segelas Cappuccino tak mampu menahan mata untuk terbuka lebih lama. Semua menyusup ke sleeping bag masing-masing, tidur beratapkan langit. Tidur diiringi deburan ombak laut selatan yang mengemuruh di balik tebing karang yang melindungii Segara Anakan dari amukan laut selatan. Tenda dome yang kami bawa teronggok sia-sia. Biarkan diri menyatu dengan alam tanpa ada pembatas.

Sayup-sayup otakku bersenandung sebelum akhirnya terlelap.

Derai berderai

angin ombak di pantai

Bergema badai selatan

tinggi meninggi

gelombang mendatang

merenggut kasih seorang


 

musnah harapan

ditelan gelombang

aduhai alam lindungilah diri hamba

badai selatan

Berikanlah tawaran

harapan cinta bahagia

(Agus Wisman -Badai Selatan)

To be continued….


 


 


 

Monday, May 11, 2009

Antara Janjiku dan Skripsi


 

Ini tentang skripsiku yang menjadi "center" kehidupanku belakangan ini. Banyak hal yang aku ikrarkan untuk membuat skripsi ini selesai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Mulai dari tekad untuk nggak keluar rumah sebelum munulis skripsi setiap harinya sampai nggak akan menyentuh kolam renang sebelum skripsi selesai. Tapi toh akhirnya semua janji itu dengan semena-menadan tidak senonoh kulanggar sendiri.

Ini dia janji-janjiku yang aku ikrarkan demi skripsiku yang kalau dia sudah selesai bakal membuat aku senang sekali:

  1. Tidak keluar rumah sebelum menulis skripsi setiap harinya. Ini memang sangat spektakuler. Bayangin aja kalau aku setiap pagi menulis skripsi barang 1,5 jam saja. Paling dua minggu juga sudah kelar. Iya sih, aku ngetem depan laptop pagi-pagi tiap hari. File skripsi tersenyum mengoda menunggu dijamah terpampang di monitorku. Tapi setelah itu banyak hal yang menggodaku untuk selingkuh dari skripsi. Mulai dari memilah-milah file yang penting dan tidak penting buat dihapus sampai lihatin klip yang padahal sudah ditonton berkali-kali. Kalau ada bidang pekerjaan yang spesifikasinya mengatur-ngatur file dan folder, I'm the Expert!!!
  2. Janjiku yang kedua adalah tidak keluar kota buat jalan-jalan sebelum skripsi selesai. Sejauh ini janji ini yang masih kuat aku pertahankan. Pernah sih hampir ikutan Camping sama anak-anak The Gankzs. Tapi untungnya imanku masih kuat. Tinggal tunggu saja apa aku masih kuat menahan godaan anak-anak super- genit -tukang -manas-manasin orang itu buat campin ke Pulau Sempu minggu depan. Soalnya aku mau membayar semua pusa jalan-jalanku itu dengan Liburan Super panjang di Bali(yang panjang-panjan memang menggoda). Sudah janjian sama Chris.
  3. Nggak bakalan nyentuh kolam renang sebelum kelar skripsian. Sepertinya janji yang ini yang paling mengenaskan. Dengan tidak senonoh aku sudah melanggar janji itu sebelum genap seminggu aku mengikrarkannya. Renang dari pagi buta sampai siang sampe mata merah kayak orang mabok. Kayak tadi pagi, aku renang dari jam 7 sampai setengah 11. Pas kelar renang kok aku merasa udara di seputar kolam kog berkabut ya? Asapnya itu seolah-olah memenuhi celah-celah daun palem dan menyentuh tanah. Ah, paling-paling juga asap dari sampah yang dibakar sama petugas kebersihan kompleks pikirku. Tapi kok di shower room juga penuh asap. Ah, paling juga asap dari air yang menguap. Secara kan showernya air panas. Tapi aku tersadar ketika menuju tempat parker, kok mataku jadi kayak rabun gitu. Aduh, pasti gara-gara kelamaan renang nggak pake kacamata! Benar saja sepanjang jalan kok semuanya jadi berkabut. Aku jadi takutsekali. Tidak!! Aku nggak mau pake kacamata sekarang! Akhirnay kukebut motorku dengan penglihatan seadanya dengan tujuan sapai di rumah cepat-cepat dan tidur. Mungkin setelah tidur, akan jadi lebih baik. Huh, untung tadi nggak komplai ke petugas kolam renangnya karena "kabut" itu. Bisa diketawain aku!
  4. Nggak baca novel dan buku-buku yang tidak berkaitan dengan skripsi. Awalnya aku konsisten dengan janji ini. Tapi belakangan aku merasa kering banget tanpa petualangan imajinasi sama sekali. Akhirnya aku malah baca-baca novel baru lagi dan kadang kalau sudah sumpek, semalaman membaca aja pekerjaanku.

Yah, itu janji-janjiku yang ternyata cukup ampuh juga buat aku betah kencan sama si Skripsi. Akan tercapaikah targetku buat menyelesakan skripsi paling lambat tanggal 25 Mei (gampar yang bilang tahun depan!!)? Untungnya aku tidak berkomitmen buat nggak facebookan dan blogging. Bisa merana banget hidupku, macam popeye nggak dikasih bayam.


 

Anak 2004, adu cepat yuk!!! (Abel yang katanya sedang rajin, kalau antum nggak bisa selesai mei ini, keinginan untuk jadi Maba lagi itu diturutin aja! Tantangan ini juga berlaku buat ukhti Anti dkk. Bambang T. juga!!)