Tuesday, May 17, 2011

Saya, Handphone, dan Financial Planning


Saya sekarang sedang mau (baru mauJ) giat-giat belajar financial planning di samping tetap focus belajar marketing dan manajemen. Saya ingin punya asuransi kesehatan, saya sudah mulai mengalokasikan dana pendidikan, saya juga mulai memikirkan dana buat mudik lebaran. Saya juga berkomitmen untuk tidak mengutak-atik salah satu account Bank saya karena mau saya jadikan tabungan plus dana buat jaga-jaga. Katanya, kita harus punya dana cadangan minimal sebesar biaya hidup kita sebulan. You don't know what will happen.


 

Itu artinya saya harus menutup mata begitu melihat ada jeans keren. Saya juga harus membuang dulu list lensa thamron buat kamera saya dari list. Berhubung saya lagi di Batam yang kata orang syurganya belanja gadget murah, saya juga harus menahan diri untuk tidak tergoda. Yang paling berat adalah kalau saya lagi jalan di Nagoya Hill. Parfum-parfum incaran saya bertebaran di mana-mana. Dan godaan itu sangat berat karena tiap hari saya pasti nongkrong di coffee shop dari mal ke mal. Dan frekuensi nongkrong saya ngalah-ngalahin anak-anak alay yang biasanya heboh banget bergerombol di mal. Bisa pindah dua kali tempat nongkrong seharian.


 

Hal yang paling parah dalam spending saya adalah, saya mudah sekali membeli barang-barang yang idak saya rencanakan tapi masuk dalam list yang saya sukai. Kebalikannya, saya malah bisa menangguhkan lama-lama untuk membeli barang-barang yang harus saya punyai. Dan ketika saya tidak bisa menghindari barang yang harus saya punya itu, jadilah saya harus mengeluarkan uang banyak karena barang-barang keperluan itu menumpuk harus dibeli sekaligus. Makanya, sekarang saya sedikit-sedikit mencicil hadiah-hadiah yang ingin saya berikan kepada orang walaupun waktu untuk memberikan hadiah itu masih sangat lama. Permasalahannya adalah, saya harus membawa barang-barang hadiah itu kemana-mana karena hidup saya yang 'nomaden'.


 

Kembali ke financial planning. Saya akan 'menyehatkan' dulu pundi-pundi saya beberapa bulan ini. Saya mau semua pos pengeluaran saya masuk dalam taraf sehat dulu. Untuk itu, saya akan mengetatkan pengeluaran pada pos yang important but not urgent. Tapi kemarin, saya tiak bisa mengindari untuk membeli dompet dan ikat pinggang di Nagoya Hill. Dompet itu menggantikan dompet eiger saya yang sering mendapat 'teguran' dari orang karena setengah badan dompet itu menyembul keluar dari kantong belakang jeans saya kalau saya lagi memakai standard jeans. Saya juga sudah nggak tahan memadukan kat pinggang pink yang pernah menjadi kebanggaan saya dan selalu menjadi perhatian sehingga sering dikomentari oleh peserta training. It's no longer fun now. So, I think I deserve to have that stuff. Jadi, nggak melanggar prisnsip 'pengetatan' saya lah ya.


 

Tapi masalahnya sekarang, saya sepertinya harus segera mengganti handphone saya karena ke 'erroran'nya sudah sampai tahap yang tidak bisa ditolerir lagi. Kalau kemarin-kemarin hanya bermasalah di kejernihan suara yang masih bisa diakali dengan headset, sekarang malah nggak bisa dipakai menelepon sekaligus juga tidak bisa menerima telepon. Kayaknya ini gara-gara jatuh karena dilempar sama Rihdo pake buku tadi malam ketika kita lagi dinner meeting. See, nggak ada kerjaan banget kan si Ridho ini pakai melempar-lempar hape saya. lo kate main bowling! Tanggung jawab lo Ridho!

No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?