Monday, May 16, 2011

Sunday in Batam; Perjalanan Melintasi Tiga Pulau


di atas jembatan pertama yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Barelang

Minggu ini sepertinya minggu yang banyak ditunggu-tunggu orang. Ada weekend yang digandeng dengan cuti bersama. Tentu buat para PNS ini sangat menyenangkan sekali. Tapi bagi saya sih biasa saja karena pada saat orang lain kerja saya libur tapi konsekuensinya juga, saya harus siap kerja keras pada saat PNS libur. Being a bussinessman, you have to be ready to work anytimeJ


 

Pagi-pagi saya sudah jalan kaki keluar kompleks tempat saya tinggal buat nyegat busway. Saya akan mengunjungi tempat sahabat saya, Ridho, sekaligus mengambil kemeja saya yang kemarin dikecilkan ke penjahit sekaligus mau potong rambut juga. Saya harus berjalan cukup jauh untuk sampai di halte busway karena angkutan umum tidak lewat di jalan depan kompleks walaupun itu jalan besar. Inilah salah satu kelemahan kota Batam, transportasi umumnyanya susah.


 

Halte di depan Politeknik Batam sepi pagi ini. Maklum hari minggu. Hanya saya sendiri yang nagkring menunggu busway lewat. Jalanan pun lengang. Menyenangkan sekali. Beberapa pesepeda merayakan kelengangan ini dengan bersepeda santai sepanjang jalan. Arrggg….pengen punya sepeda.


 

Saya tenggelam dalam bacaan saya sampai busway datang dan hap, saya melompat naik. Lagi-lagi sepi. Hanya ada saya dan satu orang penumpang lain. Perjalanan yang akan saya tempuh cukup jauh. Saya kembali menekuri buku saya. Kesempatan seperti ini adalah kesempatan yang paling saya sukai. Membaca dalam perjalanan. Mau di pesawat ataupun di angkot, sama-sama nikmatnya. Makanya, jarang saya mengeluh karena perjalanan yang jauh selama saya masih punya persediaan bacaan.


 

Hari ini saya tidak ingin bersentuhan dengan laptop dan file-file pekerjaan. Mau menikmati punggung yang bebas tanpa backpack yang berisi laptop, buku-buku dan file-file pekerjaan yang berat. Saya hanya menyandang tas kamera saya. Saya dan Ridho akan melakukan perjalanan dengan sepeda motor melintasi jembatan Barelang menikmati keindahan pulau-pulau yang berserakan di perairan Batam. Sesuai dengan namanya, jembatan ini menghubungkan pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang.


 

Sepanjang jalan yang membelah bukit-bukit kecil itu, saya berusaha menikmati pemandangan di kiri kanan jalan. Saya sangat suka melihat lembah yang penuh hamparan hutan bakau yang menghijau. Hamparan itu sangat luas.


 

Berdiri di atas jembatan pertama yang menghubungkan pulau Batam dengan Pulau Rempang, saya memandang lepas ke kanan dan mendapati hamparan pulau-pulau kecil yang berserakan. Air laut berwarna biru jernih yang kelihatnannya tenang seolah mengundang saya untuk segera menanggalkan pakaian dan melompat. Tapi sayangnya saya tidak membawa pakaian renang. Lagipula, saya tidak melihat satu orang pun yang berenang. Ighhh….ada buaya kali ya?




 

Memasuki Pulau Rempang, di ujung Pulau, masih terdapat beberapa bangunan pemerintahan. Akan tetapi ketika perjalanan sampai ke tengah, pulau ini didominasi oleh bukit-bukit dengan pepohonan yang lumayan masih hijau dan lembah-lembah kecil berawa dengan hutan bakau yang rapat. Jalanan yang lagi-lagi membelah bukit naik turun ini, beraspal mulus. Jadi, kalau ingin menantang adrenalin untuk 'seolah-olah' merasa seperti Valentino Rossi, di sinilah tempatnya.





 

Sementara itu, ketika memasuki Pulau Galang, mata saya disughi pemandangan yang berbeda. Di kiri-kanan jalan terhampar lahan pertanian yang diselang-selingi dengan bukit berhutan. Lahan pertanian berisi jagung, ubi, tanaman sayuran dan buah ini terhampar berkelompok-kelompok kecil sesui dengan ketersediaan air.


 

Pulau Galang sempat menjadi kamp pengungsian korban perang Vietnam yang berlayar dengan kapal kayu melintasi lau China Selatan untuk penghidupan yang lebih baik. Kamp itu sekarang masih terawatt baik lengkap dengan kantor UHNCR yang menangani pengungsi itu sampai tahun 1996. Pada tahun 1996 pula UHNCR memutuskan untuk menutup kamp pengungsian ini dan mengembalikan para penghuni kamp terakhir kembali ke Vietnam. Banyak tahaan yang bunuh diri karen atakut dikembalikan ke Vietnam tanah air yang telah menciptakan trauma untuk hidup mereka.


 

Sayangnya, perjalanan saya siang itu tidak mencapai kamp pengungsian manusia perahu dari Vietnam itu karena hujan lebat yang menghalangi.


 

Di balik gaung Batam sebagai kota Industri dan wisata belanja, sebenarnya ia menyimpan potensi wisata laut yang menjanjikan. Serakan pulau-pulau kecil itu berpotensi menjadi tempat leisure yang tenang dengan akses yang cukup dekat ke Pulau Batam sebagai pusat Keramaian. Sayangnya, potensi itu belum tergarap. Padahal turis asing terutama dari Negara tetangga, Malaysia dan Singapura berdatangan mengunjungi Batam setiap harinya. Mereka datang karena daya tarik wisata belanja yang ditawarkan kota Batam dengan fasilitas pusat perbelanjaan yang berserak di mana-mana. Alangkah menguntungkannya kalau wisata belanja itu dipadukan dengan wisata alam laut Batam yang mempesona. Digarap seperti Pulau Lagoi yang dekat pulau bintan itu misalnya.


 


1 comment:

  1. wah dulu gagal ke batam karena sakit,
    tapi akhir tahun ini ada rencana ulang kesana,.
    berharap bisa lancar

    ReplyDelete

Whaddaya think?