Thursday, June 30, 2011

Alhamdulillah, I was not Born as A Shopaholic


Saya baru tahu kalau hari ini hari libur resmi. Maklum bukan PNS. Kebiasaan baru saya kalau sedang libur adalah berdiam diri di kamar dengan setumpuk buku atau nonton ulang dorama yang berepisode-episode itu dengan pakaian seadanya. Inilah saatnya menikmati 'the art of doing nothing'. Akan tetapi siang teman ngebuzz YM saya ngajak jalan untuk makan siang. Saya sebenarnya baru selesai makan siang ketika online di YM. Tapi karena ada embel-embel jalannya, saya sambut dengan riang gembira. Tidak sampai 15 menit kemudian saya sudah meluncur bersama dua gadis yang mau makan siang saja mesti ke ujung kota.


Hari libur begini memang orang-orang sedang ingin makan-makan yang berbeda dengan kesehariannya. Di tempat tujuan pertama yang katanya punya sambal hijau ueennnak banget itu makanannya sudah habis. Setelah berdebat mana yang bagus antara fastfood ABC dan Fasfood EFG akhirnya mobil berhenti di depan warung bakso. Hehe…nggak nyambung ya? Tapi begitulah.


Ketika diantar pulang, saya minta di drop di Mega Mall saja. Mau mampir ke supermarket buat beli susu telur sama buah. Saya harus sering membeli susu akhir-akhir ini. Susu yang saya beli paling cuma bisa bertahan sehari setelah ditaruh di kulkas. Saya sering kesal pagi-pagi begitu mendapati kotak susu saya kosong melompong. Entah setan ompong mana deh yang doyan ngembat susu orang. Padahal kan saya sudah siap dengan telur dan bahan-bahan pancake buat bikin sarapan. Hehe…sorry curcol sedikit.


Begitu memasuki pintu selatan mal, saya langsung disambut cowok ganteng yang senyum-senyum mulu. Eits…saya tidak mau digoda cowok lagi. Kucek-kucek mata, eh ternyata si store manager butik langganan saya, Celcius. jadilah saya ditarik masuk butiknya dan dipamerin baju-baju dan jeans keren dengan diskon gila-gilaan. Asem! Padahal kemarin saya sudah bisa menghindari baju incaran saya yang sebelumnya selalu mengganggu pikiran itu.


Jadi ceritanya saya hampir beli kemeja biru yang menurut saya keren banget. Saya sedang berusaha kabur dari warna merah dan variantnya yang banyak menempel di badan saya. Setelah berkali-kali di fitting room, baju itu menempel dengan sempurna di atas kulit saya yang exotic dark caramel itu. Si Mbak pramuniaga sudah membuatkan saya nota dan tinggal dibayar ke kasir. Tuing! Otak saya langsung mengingatkan saya tentang financial planning yang saya buat. Otak saya menang dan kemeja keren tidak jadi dibeli. Lega.


Sesampainya di rumah, si kemeja keren kembali membayang di benak. Saya merasa rugi karena tidak jadi membelinya karena sudah lama saya mencari kemeja seperti itu dan belum dapat-dapat. Besoknya, setelah makan siang saya jalan bareng Mbak Nita dan Kak Dian ke Mega Mall. Saya paksa mereka buat meliat baju yang mengganggu pikiran saya itu. Ternyata kata mereka baju itu biasa banget. Eh, setelah saya lihat lagi, saya juga merasa baju itu tidak telalu istimewa. Jadi dia tidak pantas dibanderol dengan harga segitu. Akhirnya baju itu tidak terlalu mengganggu saya walaupun semua detailnya masih saya ingat dan kadang-kdang suka membayangkan saya memakai blue jeans, blue sling back, blue sneaker plus baju biru keren itu.


Kembali ke butik Celcius. Ternyata saya tidak tahan melihat baju-baju incaran saya itu dibanderol dengan setengah harga. Ah, nggak ada salahnya deh beli satu saja. Lagipula saya tidak punya kemeja warna putih. White good shirt kan the must item for a man's closet ya.


Keluar dari butik itu, saya teringat sama teman saya Indra yang juga pernah sangat menginginkan baju itu ketika kami jalan-jalan di sela annual meeting di tasikmalaya kemarin. langsung saja saya mengirimkan SMS profokatif tentang kemeja itu. Sambutannya singkat dan padat; if you think it's good I believe it's really good. I trust your taste. Take me one.


Kenapa tidak mengabarkan teman yang lain juga. Akhirnya saya mengirimkan SMS serupa dengan bahasa yang berbeda kepada tiga orang teman. Semuanya merespon. Dan satu orang langsung minta dibelikan. Oke, saya harus shalat maghrib dulu biar tenang dan bisa pilih baju bagus.


Kembali ke Butik Celcius saya disambut bahagia oleh teman saya dan gadis cantik temannya yang mengaku berasal dari Padang. Kita panggil saja Uni feby. Gadis cantik ini sekilas mirip Aura Kasih. Memilih ukuran untuk Indra bukan masalah besar. Kami sama-sama penganut ramping itu gagah perkasa. Tapi memilih baju untuk Adhen teman sya yang satunya lagi butuh perjuangan keras, lelehan air mata, kucuran keringat dan genangan darah. Alah, lebay!


Pelanggan butik tidak terlalu ramai. Kesempatan yang tidak saya sia-siakn untuk foto-foto koleksi mereka. Lumayan ada dua model ganteng dan cantik yang oke-oke saja dijepret sama saya. Ngobrol ngalor-ngidul sambil memperhatikan pelanggan yang rewel minta ini itu. Ada yang sudah pas sama ukuran dan model bajunya tapi waranya terlalu gelap. Ada yang warna krem sudah dapat katanya kurang krem. Haha…saya seperti berkaca. Saya juga seperti mereka kok kalau belanja. Sampai adik sepupu saya malas jalan sama saya kalau belanja. Malu katanya.


Ada seorang mas-mas dari tadi mematut-matut baju berbagai model dan warna. Pakaiannya sangat mencolok dengan bentuk tubuh yang dua setengah kali ukuran tubuh saya. Polo t-shirt yang dikenakannya berwarna merah menyala senada dengan headset yang terkalung di lehernya. Celananya bermuda putih selutut. Hoh….Merdeka bung! Tangannya sibuk meraba-raba bahan baju. Di sela-sela raba-rabanya itu entah berapa kali dia keluar masuk fitting room.Puas menggerayangi baju, dia pindah ke jeans dan juga berkali-kali bolak-balik masuk fitting room sepertipenderita diare masuk toilet. Akhir-akhirnya saya juga jadi gatal untuk membantu teman saya meyakinkan kalau pilihan jeans yang dia ambil itu bagus banget. Eh, dia malah curhat.


Katanya dia sudah mutar-mutar ke semua tenant dan department satu mal ini hanya untuk mencari jeans yang dia inginkan. Seleranya langka sekali ya?

Pramuniaga dadakan (saya : Emang cari yang kayak gimana

Mas-mas merah putih : Saya kan lagi nyari yang bisa dipakai ke kantor pas weekend. Jadi, kalau saya pulang kantor saya langsung bisa hang out tanpa harus pulang buat ganti baju dulu.

Pramuniaga dadakan : Yang ini boleh loh. Ini bisa masuk ke casual tapi juga masih bisa dipakai ke kantor (sok-sok jadi fashion advisor)

Mas-mas merah putih : Akyu sudah punya warna yang itu. Maunya yang warna krem gitu.

Pramuniaga dadakan : (mengitari pandangan ke seantero butik dan tidak menemukan warna yang diingini si Mas-mas merah putih). Aha….beli punya saya saja mas. Warnanya sama seperti yang diinginkan mas. Itu keluaran brand bla..bla…. saya jarang pakai karena saya lebih suka blue jeans blab ala bla…(hoho…otak dagang saya langsung main. Tapi jatuhnya mendapat delikan mata dari teman saya. delikan mata yang berarti; hoiii….ini butik loh ya. Bukan pasar loak!)

Mas itu banyak maunya. Saya jadi malas melanjutkan advise gratis saya. Setelah membuat sibuk sesisi butik dengan detail keinginannya yang tidak terpenuhi si Mas-mas merah putih itu akhirnya membeli sebuah ikat pinggang yang menurut saya nggak banget. Hey man…., you need a fashion advisor!


Nah, itu ada mas-mas berlesung pipit manis masuk. Dia langsung terpaku di depan kemeja dengan motif kotak-kotak dan sehelai pullover rajut warna biru yang saya juga ngiler melihatnya. Karena logika saya mengatakan saya tidak butuh pullover di kota yang panas sehingga saya sering membayangkan boleh berkeliaran dengan singlet dan bermuda aja.


Kedua teman saya tidak sanggup meyakinkan si mas-mas belesung pipit manis dengan cambang mirip Lucca Argentero pemeran Giovanni di Eat, Pray and Love. Dia sudah beberapa kali keluar masuk fitting room sampai akhirnya meraih sebuah kemeja kotak-kotak dengan warna yang sangat klasik dari Celcius sama dengan motif bermuda saya. Tapi ternyata dia tidak sreg dengan pilihannya itu karena ia ingin yang warna hitamnya diganti dengan biru dongker. Warna biru dongker dengan ukuran S kosong. Padahal ukuran M itu sudah pas melekat di badan dia. Rupanya dia penganut paham "M = XL seperti saya.


Sepeninggal mas-mas itu kami sibuk ngobrolin dua mas-mas pelanggan rewel tadi. Oopppss…seperti ini juga kali ya, para pramuniaga itu membicarakan saya ketika saya meninggalkan butik mereka. Haha…tapi prinsip saya kan ' what people talk about me is not my business'. Capek kalau harus memikirkan dan menelusuri semua apa yang dibicarakan dan tanggapan orang tentang kita. Entah deh kalau nanti saya jadi presiden kayak SBY yang suka curhat itu.


Setelah berdadah-dadah ria, saya meninggalkan Celcius. Bertambah satu lagi pekerjaan yang ingin saya coba. Kalau ada kesempatan di hari libur misalnya, saya ingin mencoba menjadi barista dan pramuniaga di butik (sebutannya apa ya?)


Begitu melangkah meninggakan Celcius, entah ada magnet apa, kaki saya ringan saja memasuki Levi's store tidak jauh dari Celcius. Bahaya ini. Dan benar saja, the tragedy happened!


To be continued.




No comments:

Post a Comment

Whaddaya think?