In the end, I have to leave. Berat rasanya harus kembali lagi ke rutinitas pekerjaan setelah sehari-hari hanya berkutat dengan pantai, kolam renang, hotel, sepeda motor, kafe dan sedikit clubbing. Tapi toh saya harus menerima. Semua yang punya awal pasti ada akhirnya. Saya nggak mau meninggalkan kesedihan untuk liburan saya ini. Tujuan utama saya berlibur kan untuk merecharge energy saya biar bisa lebih joss lagi beraktifitas.
Seperti biasa, kalau sudah menginjakkan kaki di airport, saya langsung berjalan lurus segaris dengan dada busung dan pandangan lurus ke depan. Apalagi efek bvlgari man yang menjadi aroma saya kali ini membuat saya semakin menjadi-jadi. Biasalah, berasa model busana musim panas dolce and Gabbana saya kalau sudah kayak gini. Tapi sayangnya, saya nggak bisa jalan kayak pas datang kemarin. Tangan kiri saya penuh tentengan. Tangan kanan megang buku. Padahal kemarin kan Cuma bawa backpack buat laptop 14 inchi saja.
Namanya juga orang Indonesia, kalau nggak bawa oleh-oleh rasanya nggak afdhol. Walaupun dalam kasus saya, saya mau nggak mau harus bawa karena sms dan status fb saya penuh dengan request oleh-oleh. Padahal buat saya sendiri saya nggak beli apa-apa kecuali cincin silver keren yang sekarang menghiasi jari manis saya (kok, namanya jari manis ya? Bukan jari cincin kayak dalam bahasa Inggris. Ada historisnya nggak?) dan sepasang sepatu yang sekarang juga menghiasi kaki saya yang seksi.
Tapi langkah lurus segaris saya terganggu ketika saya samai di boarding pass. Metal detector di tangan mbak-mbak muka judes itu berbunyi nyaring yang kontan mengundang semua mata tertuju pada saya. Semua mata tertuju padamu (Miss Indonesia banget!). eits….buru-buru saya merogoh kantong saya dan mengeluarkan sepotong cokelat yang nggak saya habiskan dan saya masukkan ke kantong. Mana itu cokelat sudah meleleh aja gitu. Cokelat keluar, metal detector masih saja berbunyi. Apa lagi sih? Oalah saya baru sadar, saya juga mengantongi parfum Cartier saya plus Hand and Body Lotion. Dibawah tatapan mata banyak orang saya menggenggam barang-barany yang keluar dari kantong saya. Mungkin mereka pada berpikir, itu kantong apa karung ya?
Di tengah kesibukan saya mengeluarkan barang-barang ajaib tadi dari kantor saya, perhatian saya tertujua kepada buku saya yang terjepit di antara dua koper segede bagong ketika melewati pemeriksaaan sinar X-Ray. Saya memandang khawatir ke buku saya dan mengacuhkan mbak-mbak yang masih meraba-raba badan saya (hey..! bayar oii!! Enak aja raba-raba). Si mbak rupanya nggak terima diacuhkan sama saya.
"hey Mas. Saya tuh Cuma mau periksa!
"loh, periksa aja! Emangnya saya menghalagi gitu?
"@&**))(_*&^#" ngeremeng nggak jelas.
" nih, ada cokelat, parfum, koin sama lotion" saya menunjukkan tangan saya yang penuh oleh isi kantong saya tadi.
"baru pertama kali naik pesawat ya?" Mbak itu tiba-tiba berucap sinis
"ngomong apa tadi mbak? What did you say?" Saya balas dengan nada tinggi. Inggris saya langsung keluar kalau sudah marah kayak gini. Kurang ajar banget dia ngomong gitu ke saya. Do you know whom you speak with?
Saya langsung mendekat kembali ke mbak itu dan ngomong tepat di depan muka dia.
"Heh Mbak, nggak usah judes kayak gitu kalee! Biasa aja! Did your mother tech you how to behave?? Listen! Airplane is like sister to me. Ketika lo sedang berteriak-teriak mengadahkan tangan dengan ingus meleleh minta duit pas pesawat lewat, gw udah bolak balik naik pesawat! You got it??
"Oke, gw harus bayar berapa biar lo nggak judes nggak jelas gitu. I'll pay with my platinum credit card! Saya menrogoh kantong dan mengeluarkan dompet saya. (padahal kartu kredit aja saya nggak punya. Apalagi yang platinum).
Suara berat saya dengan kalimat panjang langsung di depan mukanya membuat di alngsung mengkerut. Kemarahan saya mengundang perhatian petugas lain, laki-laki berbadan gempal dan dua orang gadis langsung mengerubungi saya.
"Ada apa Mas? Suaranya seperti ditegas-tegaskan.
"Is she your staff? Tell her to behave! Dia ngatain gw kalau gw baru pertama kali naik pesawat!
Haha….si bapak-bapak berbadan gempal ikut-ikutan mengkerut.
"Maafkan kami Mas" katanya dengan senyum kaku.
"Oke. Saya maafkan. And you don't need to pay to get my forgiveness!
Saya langsung mengangkat backpack saya ke pundak dan memungut buku saya dengn puas. Mungkin saya berlebihan. Mungkin juga si Mbak tadi kecapekan sehingga dia ngomong gitu ke saya. Tapi ngomong kayak gitu keterlaluan banget. Jangan salahkan saya kalau sumbu saya juga tersulut. Ngerusakin mood saya saja orang ini.
Lagian ini di Bali gitu loh. Sadar dong, kalau mereka itu harusnya ramah dalam melayani. Yang namanya tourism itu nggak cukup cuma jual pemandangan indah saja. Yang paling penting itu hospitality. Kayaknya Angkasa Pura harus memberikan pendidikan lebih deh sama para karyawannya.
No comments:
Post a Comment
Whaddaya think?